kambuh

710 43 0
                                    

Mungkin untuk sebagian orang mempunyai masa kelam yang berbeda, masa kelam di mana kita berada di titik terendah dan jika di titik itu kebanyakan orang ada yang sampai ingin bunuh diri, karna terlalu kecewa dengan diri sendiri terlalu kecewa pada takdir yang telah menempatkan dia di posisi jahat ini.

Kini seorang pemuda tengah terbaring lemah di atas brankarnya, matanya tertutup namun reaksi tubuhnya terlihat gelisah, orang orang yang berada di ruangan itu tentu saja merasa khawatir, Raka anak itu kembali dengan trauma nya kembali pada rasa sakitnya yang ingin sekali ia lupakan namun sulit. Erik anak itu sekarang berada di samping kakanya sambil menggenggam tangan yang terinfus itu dengan pelan. Berkali kali ia memanggil nama kakanya namun tetap saja tak ada respon, anak itu seakan takut untuk sekedar membuka matanya.

Kalian pasti menanyakan apa yang terjadi tadi saat di kamar mandi, saat mendobrak pintu hal pertama yang di lihat oleh Leonard dan Amelia adalah Raka yang yang tergeletak di lantai kamar mandi dengan nafas yang tak beraturan, saat akan di sentuh oleh Leonard anak itu menolak, begitu juga yang di lakukan ya pada Amelia bahkan ibu empat anak itu terkena lemparan benda tumpul di dahinya, membuatnya sedikit berwarna keunguan, karna tak ada pilihan lain Leonard membawa paksa Raka yang seperti kehabisan oksigen ke rumah sakit tempat Naufal bekerja, dia juga sudah menghubungi anak anaknya. Tentunya ia sempat terintograsi oleh Erik,

Lagi! kejadian ini yang selama Erik takutkan, kakanya menderita rasa sakit ini lagi,

"Heii, Kaka dengerin Erik buka matanya pelan, pliss Do not be afraid"

"Hei boy Don't be afraid, open your eyes, papa is here."

"Buka matamu Raka, tidak ada yang perlu di takutkan, Raka gak sendiri" itu suara dari om Naufal

"Maaf sayang, buka matanya pelan pelan nak, jangan takut banyak yang sayang sama Raka"

Semua orang di buat khawatir oleh Raka yang tak juga membuka matanya namun dalam keadaan mata yang tertutup terlihat gelisah. Sebenarnya Raka mendengar suara itu namun entah ada apa pada matanya seakan tidak mau terbuka, matanya seakan di tempeli oleh perekat.

Mencoba tak panik, Raka mengontrol dirinya sesuai arahan dari om Naufal, perlahan mata itu terbuka walau masih menyesuaikan silau dari ruangan yang dominasi dengan warna putih itu. Melirik sekitar lalu pandangannya jatuh pada wanita yang menatap nya khawatir, bukan senang atau apa responnya di luar dugaan.

"Nak-"
Belum sempat Amelia melanjutkan ucapannya, lagi lagi Raka melemparinya dengan barang di nakas yang dapat terjangkau olehnya, tidak ada yang bisa mencegah karna itu di luar prediksi mereka.

Dug

"Ma"
"Amel"
"Kak"
"Mom"

Berbagai ucapan khawatir tertuju untuk wanita itu, namun tidak dengan Erik dia langsung memegang kuat kakanya yang akan melempari mamanya benda lagi, tatapan anak itu penuh dengan kilatan amarah,

"Pergi kau wanita jahat, pergii, jika saja aku bisa memilih aku tak Sudi keluar dari rahim seorang wanita picik sepertimu" ujar Raka dengan penuh amarah, sesakit sakitnya ucapan adalah ucapan dari seorang ibu yang menyesal telah melahirkan dirinya, hei jika saja setiap manusia di tanya ingin dilahirkan dari rahim mana dan di tempat mana, maka ia akan memilih lahir dari tempat yang terbaik dan lahir dari rahim ibu yang baik.

"Apa yang kau lakukan Raka" marah Delton, ia tak suka ada yang melukai mamanya, Elden memegang pundak mamanya sedangkan Leonard menatap putra nya.

"Tidak seharusnya kau-"

"Mending kalian keluar semua" final Erik karna tak begitu mampu menahan Raka yang bersiap untuk mengamuk lagi, bahkan infusanya sudah terlepas dan darah mengucur hebat di punggung tangan anak itu. Karna Elden tak ingin keributan nya berlanjut ia membawa mamanya keluar bersama Delton. Amelia menatap sedih anaknya yang melihatnya dengan tatapan marah. Apakah terlalu besarkah kesalahannya sampai sang anak tidak Sudi memaafkannya, sedangkan suaminya? Anaknya Bakan tadi sudah bisa menyebut nama papa, ia rindu dengan panggilan mama dari putra ketiganya itu.

"Hiks hiks, mama terlalu jahat" sedih luar biasa yang Amelia rasakan, saat bersama suaminya anaknya sudah bisa bicara, sedangkan dengannya bahkan menatapnya saja membuat trauma anak itu kembali kambuh.

"Kita bisa memperbaiki ini mom, pelan pelan" ujar Elden menghibur.

"Seperti kata Fitri, gelas yang telah pecah tak akan bisa kembali semula walau itu bisa direkatkan maka keretakan itu tidak bisa kembali Mulus" ujar Delton yang malah membuat Amelia semakin merasa bersalah, dan mendapat tatapan tajam dari Elden.

Sedangkan di dala. Ruangan sendiri, Naufal hendak menyuntikkan obat penenang namun Raka memberontak begitu kuat, "jangan mendekat,, gak Raka gak salah, gak mau"

"Kaka Kaka hei lihat Erik, RAKA, tenang ok semua baik baik aja" akhirnya Raka kembali tenang ia langsung memeluk Erik dengan tangan gemetar takut. Leonard? Dia bingung mau melakukan apa karna memang hanya Erik dan Naufal yang bisa mengendalikan emosi anak itu.

"Dia kem ba Li, Erik jangan tinggalin Raka hiks hiks dia jahat sakitt hiks" Erik mengkode Naufal saat akan mengambil kesempatan menyuntikkan obat itu dengan gelengan.

"Syuutt, semua aman orang jahatnya udah pergi, udah Erik usir tadi"
Raka mendongak dengan linangan air mata

"Mereka jahat,

"Nanti Erik marahin"

"Mereka buat Raka sakit"

"Nanti Erik pukul"

"Mereka gak sayang Raka, mereka nyalahin Raka mereka-

"Syutt ada Erik, Erik selalu ada untuk Kaka, gak perlu ada lagi yang ingin di takutkan, Kaka gak sendiri ada Erik untuk Kaka"

Kembali membenamkan kepalanya pada dada bidang adiknya, linangan air mata keluar tanpa di minta, inilah yang Raka benci, inilah yang tidak Raka inginkan, dia ingin hidup damai tanpa bayang bayang masa lalu itu, Namun seakan dunia menolak untuk dia bisa damai selamanya, mereka adalah sumber dari masa kelam itu, dan sekarang mereka datang dengan kata 'mengucap maaf'. Ia ingin membenci mereka untuk selamanya namun mengapa rasanya begitu sulit.

Ia bisa lakukan namun Fitri dan Erik selalu mengucap agak membuka pintu maaf untuk mereka, apakah ia harus memaafkan mereka, atau berpura pura memaafkan namun menyimpan rasa sakit ini untuk setiap harinya. Ia ingin mengeluh, mengadu, dan mengakhiri ini semua namun pada siapa. Erik? Atau kak Fitri? Apakah ia masih memberikan sebuah kepercayaan pada mereka berdua setelah ini.

Mungkin di pandangan orang lain greyson adalah keluarga yang harmonis, dan terpandang. Namun di balik topeng yang tertutupi itu ada seorang anak yang malang, seorang anak yang terkurung dalam sangkar emas tak kasat mata oleh keluarganya sendiri, di caci setiap hari di maki setiap hari bahkan tak segan segan kadang ia pernah di kasari. Ia hanya anak kecil biasa yang tak tau apa apa, sungguh hinaan paling menyakitkan dari seorang anak adalah dari keluarga nya sendiri.

Bersambung...

Doble ni mumpung mikir alurnya rada lancar hahha.

Ok see you the next part>

RAKA GREYSON Where stories live. Discover now