BAB 5

166 21 1
                                    

Para murid serempak keluar dari kelas mereka karena jam sudah menunjukkan waktu pulang. Beberapa ada yang tetap tinggal karena suatu hal, seperti membersihkan kelas, kegiatan eskul, dll.

Arme sibuk membereskan peralatan belajarnya di atas meja, meski tangannya terus bergerak, pikirannya justru melayang ke mana-mana.

Hal yang paling mengganggunya adalah cerita tentang monster penghuni sekolah, dan jawaban keempat kakak kelasnya tadi. Mereka bilang kejadian yang dialami jauh lebih buruk daripada miliknya.

Arme mendengus pelan, dia memakai tasnya, berniat langsung pulang ke asrama. Ketika menyusuri jalan, kakinya berhenti di dekat sebuah danau kecil.

Manik mata Hazel nya menangkap sosok Nicholas yang sedang bersantai di salah satu kursi kayu, wajahnya terlihat sangat damai menikmati suasana yang tenang.

"Kak Nicholas," sapa Arme datang menghampiri.

Si pemilik nama menoleh dan menemukan lawan bicaranya, dia menyuruh Arme agar duduk bersamanya di sini sejenak.

"Kok sendiri aja, Kak?" tanya Arme memulai basa-basinya.

"Yang lain sibuk," jawab Nicholas, dia kemudian menoleh dan memperhatikan wajah Arme seksama.

"Wajahmu terlihat gelisah," celetuknya berhasil membuat Arme kaget, ia langsung bercermin lewat layar ponselnya.

"Belum satu tahun kau bersekolah di sini, tapi wajahmu sudah seperti orang yang kebanyakan beban," ucap Nicholas diiringi tawa ringan.

Arme tidak menjawab, ia menunduk sangat dalam ke bawah. Hatinya ingin bercerita, tapi pikirannya mengatakan untuk tetap diam saja, karena ia tidak ingin itu merusak mood baik Nicholas.

"Kalau menurutku, kau sekarang memikirkan tentang monster itu, kan?" tebaknya tepat sasaran. Arme mengangguk ringan.

"Aku dengar dari Geon, kau takut gelap, aku juga sudah dengar cerita lengkap tentang kejadianmu kok."

"Agak aneh, ya, laki-laki tapi takut gelap." Arme menunduk penuh rasa malu.

"Tidak. Semua orang punya alasan tersendiri atas ketakutan mereka, itu wajar kok, Arme," sangkal Nicholas cepat, "hey, kira-kira kau mau memberitahuku alasannya?"

"Kau sudah tau, kan, kalau ayah dan kakekku adalah alumni di sini, dan mereka sering bercerita tentang kehidupan sekolah mereka dulu. Ada satu waktu di mana kakekku bercerita tentang kasus kematian misterius salah satu teman sekelasnya yang "katanya" disebabkan monster, dia bilang dia sempat melihat sosoknya atau apalah."

"Anak kecil itu sangat polos, kan? Mereka mudah percaya hal-hal yang mereka dengar. Aku juga begitu dulu, di malam harinya aku seperti melihat bayangan hitam yang sangat besar di balik gorden jendela kamarku."

"Sejak saat itu aku jadi takut gelap. Meski kalau kupikirkan baik-baik, itu sangat tidak masuk akal, tapi rasa takutku malahan tidak bisa hilang. Dan ... kalau mengingat cerita tadi, aku jadi berpikir, apa jangan-jangan monster benar-benar ada?"

Nicholas terdiam sejenak, dia menarik dan menahan napasnya lumayan dalam sebelum dihembuskan kembali. "Kalau mendengar ceritamu tadi, seperti tidak mungkin monster berkeliling di sekitar rumahmu, karena tidak ada kejadian seperti ini di luar, hanya terjadi di sekolah saja. Tapi, monster itu tidak muncul setiap waktu, dan ada kalanya beberapa tahun sekolah terasa damai. Kemana kira-kira monster itu pergi?"

"Aku bertanya kepadamu, tapi kau malah bertanya balik," dengus Arme.

"Aku jadi ikutan berpikir karenamu, Arme," balas Nicholas, "ayo, pulang ke asrama. Pokoknya sebelum jam 8 malam sudah berkumpul di tempat rahasia, ya!" serunya mengganti topik pembicaraan.

At the Midnight [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang