5 p.m

128 15 2
                                    

Yibo sendiri yang mengantar jasad Sean ke bandara. Remaja usia tujuh belas tahun itu terbujur kaku di dalam peti. Dia telah dimandikan, diurus, lubang peluru di kepalanya ditutup sedemikian rupa, tidak terlihat lagi. Pesawat segera membawa jasad Sean pergi.

Maverick lewat telepon bilang, mereka akan menguburkan Sean malam ini juga, pukul 19.00. Itu berarti sebelum pukul 19.00, pembunuh Sean harus sudah mati.

Setelah dari bandara, pukul empat sore, Yibo meluncur menuju restoran tersebut, memenuhi janji bertemu dengan Chen Presiden Grings’Corp. Rencana itu dijalankan. Dan kabar baiknya, Xiao Zhan akhirnya menyetujuinya, dia bahkan menambahkan beberapa sentuhan agar jebakan itu tidak terdeteksi oleh Sersan Phazo ─saran yang sangat penting, karena Xiao Zhan tahu psikis seorang pembunuh bayaran─dia pernah melakukan profesi itu, meski bedanya dia adalah penembak pistol jarak dekat. Rencana Yibo harus berjalan senormal mungkin.

Pertama, informasi itu tidak dibocorkan oleh Anggota Atlas dari kota ini. Seorang teman di Amerika yang membocorkannya, hingga berita itu akhirnya tiba di telinga Morgan Thiago. Lantas dia sendiri yang menelepon Phazo. Itu jelas akan disambar Phazo, karena yang memberitahu adalah Morgan Thiago. Dia tidak berpikir sesenti pun kalau itu jebakan.

Kedua, Restoran itu ditutup untuk umum, lantas dibanjiri oleh banyak petarung. Keberadaan petarung itu seolah sebagai pesan, Atlas serius menanggapi kejadian tadi pagi. Petarung berbaris, menjadi pagar hidup.

Pukul 16.45, lima belas menit sebelum pertemuan. Phazo sudah berada di salah satu dari tiga gedung di seberang restoran ternama. Dia tertawa kecil saat melihat lewat teleskopnya.

“Dasar bodoh, aku tetap bisa membunuh seseorang meski dengan ratusan pasukan melindunginya.”

Dia memang bisa tetap membidik kursi sasaran di celah-celah petarung.

Tiga, Yibo sengaja datang terlambat.  Itu juga saran dari Xiao Zhan. “Phazo akan sabar menunggu. Dia justru memang berekspektasi kali ini tidak semudah sebelumnya. Dia akan menduga Tuan Besar mungkin ragu datang, mungkin bahkan membatalkan pertemuan. Persis saat dia akhirnya melihatmu, dia akan tertawa kecil.”

Pukul 17.50, hampir lewat satu jam dari janji bertemu, Yibo akhirnya muncul. Phazo bisa melihatnya dari teleskop, dia tertawa, “Bajingan ini akhirnya datang juga.”

Phazo memastikan sekali lagi arah dan kecepatan angin. Senjata M24-nya telah siap dari tadi.

Di restoran Yibo bersalaman dengan Chen Presiden Grings’Corp.

Phazo berhasil menemukan celah terbaik, di antara dua kepala petarung yang menjadi pagar hidup, dia persis membidik jantung Yibo.

Pukul 17.52, Phazo tersenyum, “Selamat tinggal, Kawan.” Dia menarik pelatuk senjata. Peluru melesat cepat di atas jalan protokol, menghancurkan kaca restoran, melewati celah dua kepala petarung.

“KLONTANG!!” Menabrak sesuatu. Peluru itu terpelanting jatuh.

Empat, Xiao Zhan menyarankan memasang kaca anti peluru persis di dekat meja tempat Yibo bertemu dengan Chen. Peluru memang tepat mengincar jantung Yibo, tapi tidak berhasil menembus banteng terakhir. Tergeletak di lantai restoran.

Phazo menelan ludah. Apa yang terjadi? Kenapa tembakannya gagal? Targetnya terlihat sehat walafiat di kursi. Dia berpikir cepat.

Lima detik, dia tahu, ada kaca anti peluru di bawah sana. Dua detik kemudian, dia tahu, ini jebakan. Dia segera bangkit, berdiri, mengambil koper senjata, membereskan peralatan.

Tapi dia telah terlambat. Di bawah sana, Yibo dan Si Kembar telah tahu di mana persis posisinya menembak. Teman Amerika mengirimkan ‘Boomerang’ dari angkasa sana. Alat counter sniper. Alat itu menggunakan sensor super untuk mendeteksi ‘sonic shock wave’ yang dikeluarkan oleh peluru yang melesat cepat. Kafka yang bertugas membaca alat itu dari salah satu mobil van di dekat restoran, kemudian memberitahu Yibo di 15 detik pertama setelah tembakan.

The Death Knell at 5 p.m ✔Where stories live. Discover now