3. 꿈속에서 꿈을 꾸다 - 최범규

200 108 37
                                    

🎶TXT, Jonas Brothers - Do It Like That🎶

Aku menyandarkan tubuh pada sandaran sofa, merasa lelah setelah seharian menggeluti pekerjaan. Tepat di hadapanku sebuah tangga berdiri dengan kokoh, tangga yang sehari-hari menjadi jalan bagi para pekerja di tempat ini. Kepalaku pusing menatap tangga yang baru saja ku turuni itu. Mataku beralih menatap jam dinding, setengah jam lagi rapat evaluasi akan dimulai, dan sebelum itu aku ingin beristirahat sejenak di sofa ini, memanjakan mata yang rasanya berat sekali untuk terus terbuka.

Dalam hitungan detik, jiwaku pergi ke alam mimpi.

Namun suara gaduh di tangga membuatku tersadar sesaat. Mataku masih tertutup namun telingaku dengan jelas mendengar langkah-langkah kaki yang turun dari tangga, semakin banyak dan mendekat. Sepertinya mereka juga sudah selesai dengan pekerjaan mereka.

Mataku yang berat kubuka sedikit untuk memastikan, dan remang-remang aku melihat beberapa pemuda berjas hitam berjalan menuruni tangga sambil berbincang ringan. Oke, aku jelas tahu bahwa pemuda itu berjumlah lima orang. Semuanya berjalan melewatiku tanpa peduli, mengabaikanku yang sedang tertidur di sofa ini. Ah baguslah, aku tak akan merasa terganggu jika mereka tak peduli. Karena aku juga sama sekali tidak peduli.

Anehnya saat mataku hendak kupejamkan lagi, aku merasa terusik, merasa diintai diam-diam, apalagi saat seorang pemuda di barisan paling belakang menghentikan langkahnya. Dari sini aku bisa melihat bahwa pemuda itu sedang menatapku sambil tersenyum.

Apa maksudnya senyuman itu, apa dia sedang mengejekku karena tertidur di sini?

Aku membuka mataku lebih lebar, dan sekarang aku bisa melihat dengan jelas siapa pemuda yang tersenyum mengejekku itu, dan dia adalah pemuda menyebalkan itu, Choi Beomgyu.

Sialan!

Senyum pemuda itu semakin lebar saat tatapanku bertemu dengannya. Aku balas tersenyum kecut, menandakan bahwa aku tidak peduli dengan keberadaannya.

Dia melanjutkan langkah setelah semua kawannya turun dari tangga dan masuk ke ruangan di belakang. Beomgyu masih menatapku, dan oh jangan lupakan senyum mengejek yang masih tergambar di bibir pemuda berambut merah itu.

Ingin rasanya aku bangun dan meninju perutnya keras-keras, tapi rasa kantukku sepertinya lebih kuat dari keinginan tersebut. Dan karenanya aku hanya bisa kembali menutup mata, melanjutkan kegiatan tidurku tanpa peduli lagi dengan Beomgyu.

Warna gelap kembali memenuhi.

Namun tidur soreku lagi-lagi terusik saat bau parfum yang hangat menyebar di sekeliling ruangan. Dengan mata yang masih tertutup aku bisa melihat bayangan seseorang berdiri di hadapanku.

Menyadari sesuatu aku mulai kesal. Apa waktu istirahatku sudah habis? Dan seorang staff hendak membangunkanku untuk segera mengikuti rapat?

Ah.. Aku belum siap. Aku masih ingin tidur di sini, istirahatku belum cukup.

Terpaksa aku membuka mata perlahan. Tapi alih-alih seorang staff yang ada di hadapanku saat ini aku malah melihat wajah Beomgyu yang tersenyum lebar-lebar tepat di depan wajahku. Jika bisa aku ingin menampar wajah menyebalkan itu dengan sepatu yang sedang kupakai, tapi aku tak sanggup berbuat apapun, sebagian jiwaku masih tertidur dan hanya mataku saja yang bangun.

Walau begitu aku masih bisa merasakan wajah Beomgyu mendekat, napasnya yang hangat bahkan menerpaku dengan begitu teratur. Dan semuanya terjadi begitu saja. Si gila Choi Beomgyu dengan santai menempelkan bibirnya pada milikku, mengecupnya lembut dan sesingkat mungkin.

Aku hanya bisa mematung. Tidak bisa berbuat apapun. Tidak bisa menghentikan tangan Beomgyu yang kini terangkat untuk mengusapkan ibu jarinya ke bibirku setelah melakukan pencurian ilegal barusan. Dia melakukannya secara perlahan dengan gerakan lembut, membuatku ingin kabur atau mati saja sekalian.

Dan tunggu sebentar!

Kenapa bisa dia tersenyum semanis itu saat melakukan hal ini?

Berhenti Choi Beomgyu, kumohon. Kau benar-benar akan membuatku mati.

Aku memejamkan mataku kuat-kuat, berharap semuanya tidak nyata. Ini mimpi, aku meyakinkan diri sendiri. Aku tidak bisa menerima kenyataan ini. Aku sungguh tidak akan pernah sanggup menatap wajah Beomgyu lagi.

Tenangkan dirimu! Bernapaslah dengan benar! Semua akan baik baik saja. Baiklah, hiruplah udara dengan baik dan hembuskan perlahan. Lalu bangunlah! Buka matamu, sedikit demi sedikit. Ini hanya mimpi, jadi jangan takut.

Begitu mataku terbuka, cahaya lampu di ruangan menyakitiku. Tak ada Beomgyu di sana, sungguh. Seharusnya aku merasa senang karena harapanku terkabul, tapi kemudian kenapa rasanya sakit sekali, kenapa aku kecewa?

Bodoh sekali. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba aku ingin menangis. Ini terlalu mengejutkan. Aku selalu berharap Beomgyu akan berhenti mengabaikanku. Maksudku, dia selalu aneh sejak aku bekerja di sini. Dia bersikap seolah tak mengenalku padahal dia selalu mengusiliku setiap waktu saat ada di luar. Dia juga sudah jarang sekali menemuiku selain untuk kepentingan pekerjaan.

Ini sungguh mengejutkan hingga membuatku kembali membuka mata. Terbangun. Dan air mata turun tanpa disadari. Aku tertawa miris mengusap cairan bodoh itu.

Oh lihatlah. Aku bahkan bermimpi di dalam mimpi.

Ini semua sebab lelaki itu. Bagaimana bisa dia meninggalkanku setelah melakukan hal itu, setidaknya—hanya di dalam mimpi—dia harus tetap ada di sisiku dan berhenti berpura-pura menjadi orang asing.

Menyebalkan—aku tidak sadar melempar identitas pegawaiku ke lantai.

Lihat saja Choi Beomgyu aku akan membunuhmu dengan brutal saat kita bertemu lagi nanti.

***

Tanpa kusadari, di balik dinding di belakangku Choi Beomgyu sedang menyunggingkan senyum setengah merasa bersalah dan bergumam, "maafkan aku Park Yebin. Aku merindukanmu. Sungguh."

-FIN-

[]

Happily Ever After || TXT One-Shot Where stories live. Discover now