5. 하나, 둘, 셋! 돌아서라!! - 휴닝카이

200 103 49
                                    

🎶TXT - Magic🎶

Park Yesa tak pernah merasa sebahagia ini saat bel sekolah berbunyi. Pelajaran sudah berakhir. Guru sudah pergi setelah mengucapkan salam. Dirinya juga sudah menenteng ransel di atas kedua bahu. Siap untuk pulang. Dan tentunya siap menemui sang pujaan hati sebelum benar-benar pergi dari sana.

Matahari terik sekali. Yesa bersembunyi dari semburan panas itu di sisi lapangan. Menunggu penghuni kelas di sebrang sana untuk segera keluar. Pemuda itu masih terkurung di dalam sana, sang pujaan yang telah merenggut hatinya beberapa bulan lalu, saat dirinya tengah kewalahan karena harus belajar sebelum ujian akhir semester yang akan berlangsung tiga hari selanjutnya. Tak sengaja bertemu di sebuah padang rumput kosong dekat sekolah.

Gadis itu memutuskan belajar di tempat segar dan dipenuhi warna hijau untuk menghilangkan rasa stresnya sedikit saja. Duduk di bawah pohon rindang sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya. Tapi tetap rasa lelah masih menghajar tanpa henti, sementara kewajiban untuk belajar masih harus ia penuhi, meskipun dirinya baru saja selesai dengan kegiatan tersebut di sekolah beberapa menit lalu.

Yesa mengeluarkan buku-buku dari dalam ransel, lalu perhatiannya teralihkan saat seorang pemuda-yang entah siapa-datang dan duduk bersandar pada pohon tepat di sampingnya. Pemuda itu seakan tak peduli dengan kehadiran Yesa, dia hanya duduk lalu memejamkan mata begitu sampai di sana.

Sementara Yesa merasa bingung, sedikit was-was karena bertemu laki-laki asing di tempat sepi seperti ini. Meskipun pemuda itu juga memakai almamater yang sama dengan dirinya, bukan berarti dia bisa merasa tenang. Tidak ada yang tahu kan, bisa saja pemuda itu melukainya atau melakukan hal-hal buruk lain.

Namun saat Yesa memutuskan untuk pergi karena merasa tidak aman dan berniat menemukan tempat belajar lain, pemuda di sebelah itu berucap tak acuh dengan mata yang masih terpejam, "lanjutkan saja, aku tidak akan mengganggu."

Jadi Yesa mengurungkan niatnya. Tidak jadi pergi. Melanjutkan acara belajar sambil sesekali menatap ke arah pemuda tersebut. Takut jika dia lengah sedikit saja pemuda itu bisa menyergapnya sekali tangkap, dan menculiknya jauh dari rumah. Kendati pemuda itu terlihat tenang sekali, tertidur seperti orang mati. Yesa malah meruntukinya dalam hati, bisa-bisanya dia tertidur saat ujian di depan mata.

Mencoba berhenti mengalihkan pandangan pada pemuda yang entah siapa namanya-Yesa seketika menatap nametag di dada pemuda tersebut.

Huening Kai.

Huening?

Namanya saja sudah aneh. Seperti manusia dari planet lain saja.

Jangan-jangan dia memang manusia dari planet lain. Kelakuannya aneh, dia tertidur nyenyak hanya dalam waktu satu menit. Wajahnya juga aneh-atau mungkin, tampan?

Yesa mengernyit dan menatap lebih dalam, dia bahkan tidak pernah menemukan sosok tersebut di sekolah (lupa dengan fakta bahwa ada beribu-ribu siswa di sekolah yang tak mungkin ia temui dan ia kenali seluruhnya).

Yesa lalu menggeleng, menghilangkan pikiran anehnya jauh-jauh dari otak. Tidak mungkin. Sepertinya Yesa harus berhenti membaca buku-buku tentang makhluk luar angkasa yang bertumpuk di kamarnya, bersatu dengan buku fiksi ilmiah lain. Dia harus fokus. Tujuan utamanya ke sini adalah belajar. Jadi, fokus, fokus, dan fokus.

Segera meraup buku dalam genggaman, Yesa berusaha kembali memusatkan perhatiannya pada kalimat demi kalimat di dalam buku. Menulis di buku catatan. Mengisi beberapa soal. Begitu seterusnya sampai waktu tiba-tiba berjalan cepat tanpa bisa berhenti.

Matahari sudah agak turun dari tempat semula. Cahayanya juga sudah tak seterang tadi. Yesa masih menyibukkan diri dengan soal-soal. Tidak peduli keadaan sekitar. Tidak menyadari sama sekali jika sejak satu jam lalu mata itu selalu mengawasinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 08 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Happily Ever After || TXT One-Shot Where stories live. Discover now