35. Doa Tulus

205 11 7
                                    

Sebuah lengkungan tipis tercipta di bibir Syila kala memperhatikan fotonya bertiga bersama Kafi dan Ikhlas yang diambil di bukit impian setahun yang lalu. Di foto tersebut mereka terlihat seperti keluarga cemara.

Syila ingat saat itu Ikhlas pernah bercanda jika dia adalah anak dari Kafi dan Syila. Anak laki-laki itu memang ada saja hal yang dikatakan yang bisa membuat Syila tertawa.

Menghela napas, Syila mengusap sudut matanya yang sedikit berair. Kini, anak laki-laki yang selalu membuatnya tertawa itu sudah tidak ada lagi di dunia ini. Ikhlas sudah pergi jauh meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Syila beralih ke aplikasi WhatsApp setelah puas melihat-lihat kenangannya dengan Ikhlas di galeri ponselnya. Ia lihat kontak Kafi yang ternyata sudah berganti profil. Kafi tampak tampan dengan setelan jas hitam dan latar belakang merah. Syila bisa menebak bahwa itu merupakan pas foto laki-laki itu untuk sidang skripsi.

"Semua udah pada sidang, aku kapan, ya?" monolog Syila. Beberapa teman kampusnya sudah melaksanakan sidang skripsi. Selain itu, dua teman KKN-nya, yaitu Giska dan Amanda juga sudah melaksanakan sidang skripsi. Sekarang, Kafi pun akan menyusul.

Syila menghela napas panjang, di saat teman-temannya sudah mulai sidang skripsi, ia masih harus berurusan dengan penelitian. Tempat penelitian Syila mengalami sedikit masalah sehingga penelitian skripsinya diundur entah sampai kapan.

Melihat foto profil baru Kafi, Syila ingin sekali mengirim pesan untuk lelaki itu. Namun, seminggu yang lalu ia baru saja mengirim pesan untuk Kafi. Jika dipikir-pikir, Syila sudah beberapa kali mengirim pesan terlebih dahulu untuk Kafi.

Sudahlah, kali ini Syila tahan saja. Daripada Kafi tahu mengenai perasaannya, nanti semakin rumit jadinya. Syila melirik jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Lebih baik ia mencuci muka dan bergegas tidur.

Ting!

Ponsel Syila tiba-tiba berbunyi, menandakan ada sebuah pesan masuk. Dengan malas ia mengambil ponsel yang sudah diletakkannya di meja tadi. Namun, gerakan jempolnya mendadak terhenti saat melihat notifikasi yang baru saja muncul ternyata dari Kafi.

Alkahfi :
Send a picture.
Datang kamu, Nas? Wkwk

Kening Syila mengerut heran saat membaca pesan tersebut dari notification bar. Apa maksud pertanyaan Kafi? Syila juga bertanya-tanya foto apa yang dikirim oleh lelaki itu.

Mendadak Syila mengulum senyum ketika melihat foto yang dikirim oleh Kafi adalah undangan sidang skripsinya. Baru saja dipikirkan, lelaki itu sudah mengirim pesan untuknya. Apakah ini tandanya jika Kafi adalah jodoh Syila?

Syila merapikan rambutnya, kemudian berdeham beberapa kali ketika membaca sekali lagi isi pesan tersebut.

"Lucu banget cara ngundangnya," gumam Syila seraya mengetikkan pesan balasan untuk Kafi.

Nasyila :
Wahh udah mau sidang aja.
Insya Allah aku bakal datang, Kaf.

Alkahfi :
Hehe, iya, Nas. Alhamdulillah.
Okee.

Syila mengecimus membaca pesan balasan Kafi. Kalau begini caranya, percakapan mereka tidak akan berlanjut. Perempuan itu pun memutar otak agar percakapannya dengan Kafi bisa berlanjut menjadi panjang.

Nasyila :
Teman KKN yang lain ada kamu undang, Kaf?

Alkahfi :
Enggak, Nas.
Cuma kamu aja. Aku segan mau undang, udah lama nggak ketemu.

Nasyila :
Hmm, baiklah.
Berarti besok sidangnya jam 11, ya?

Alkahfi :
Iya, Nas.
Kemungkinan selesai jam setengah 1 atau jam 1. Kamu datangnya setelah zuhur aja.

Sandyakala TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang