2

16 8 1
                                    

Bagaimanapun keadaanya dan pada akhirnya akan mengalami sebuah proses yang namanya melupakan dilupakan –Niskala-
***


Di salah satu perempatan lampu merah ada musisi jalanan menampilkan sebuah angklung dengan lagu mendung tampo udan yang dimainkan oleh laki-laki bertubuh kurus, sedangkan satunya itu memainkan drumnya laki-laki yang mengaku paling tampan dan di laki-laki berambut gondrong itu mendapat giliran membawa kaleng bekas biscuit.

Musisi jalanan yang tidak asing lagi bagi yang sering lewat jalan itu karena memang hampir setiap hari meski tidak tentu jamnya, kadang dari pagi, kadang siang, kadang sore.

Cukup menghibur pengendara yang lelah dalam perjalanan apalagi jika siang dengan cuaca yang panas menghibur sekali paling tidak jadi mengantuk, selain mendapat hiburan musik juga dapat cuci mata gratis melihat tampang meski dengan pakaian kaos lengan pendek, topi, kulit agak kusam karena terpapar matahari namun tetap tampan.

"Terima kasih semoga rezeki bapak lancar," Ucapnya pada seorang pria paruh baya pengendera motor yang memasukkan uang ke kaleng.

"Sama-sama, aamiin terima kasih doanya semoga doa nya kembali ke kamu," tutur pria tersebut di aamiin pemuda itu terus berjalan. 

Lampu april kembali hijau pemuda tersebut menyingkir untuk se saat musik berhenti selama lampu masih hijau. 

Memang tidak banyak hasilnya namun bisa untuk makan, tak jarang juga yang memberi makanan jika di hari jum'at. 

"Yan gantian gih biar lo bisa istirahat," ucap si tinggi pada sosok yang dipanggil Yan tadi muter. Fian Ferdian sosok pemuda dengan rambut hitam legam gondrong agak ikal yang kini mengenakan kaos pendek abu-abu dengan celana panjang jins sobek serta topi yang dibalik.

"Boleh Jer nih," memberikan kaleng tersebut sebelum menganti posisi minum dahulu. Jeriko nama panggilannya memang mirip-mirip Jeriko Langit Gunawan sosok yang memiliki gigi mirip kelinci. 

"Minum dulu yan," mengulurkan Jeriko memberikan satu botol minum pada sosok tampan itu. Ian Dewantoro sosok laki-laki tampan seperti gambar.

Tak lama mereka kembali memulai kebetulan lampu sudah kembali merah, di temani cahaya sandyakala.

Kaca mobil hitam itu terbuka berhenti tepat di hadapan sosok Fian yang tengah memainkan angklung, fian yang memang dapat dengan sangat jelas melihat itu tersentak kaget dengan siapa orang yang ada di dalam mobil itu.

Namun, berbeda dengan orang itu yang menyergit bingung tak lama menampakkan senyum membuka pintu mobil sambil membawa satu kresek hitam kebetulan lampu merah masih cukup menyerahkan itu pada sosok Fian. "Buat kamu sama teman-teman kamu," ucapnya ramah menampakkan senyum.

Menghela napas panjang dan berdehem. "Terima kasih semoga abang diberikan kelancaran rezeki dan diberikan kemudahan di segala urusan. Sekali lagi terima kasih banyak," jawab Fian menerima pemberian orang itu.

"Sama-sama sampai jumpa lagi," ucap pemuda itu langsung kembali masuk ke mobil pas banget dengan lampu berubah menjadi hijau. Mata Fian masih terpaku dengan mobil hitam itu yang menjauh.

"Memang ini yang terbaik untuk kita, kamu sudah bahagia sekarang aku ikut senang lihatnya," batin Fian.

Adzan magrib berkumandang membaut mereka berhenti sejenak untuk istirahat masing-masing mengambil minum tidak ada yang bicara semua larut dalam pikiran masing-masing. Setelahnya beberes dan bergegas untuk pulang ke tempat Ian sebuah rumah minimalis yang memang ditinggali sendiri. Ian memang tinggal terpisah dengan keluarganya sejak smp sampai sekarang sudah kelas dua belas, keluarganya ada di luar kota.

Niskala (Selesai Belum Revisi)Where stories live. Discover now