Papa

39 26 0
                                    

Baswara Biantara Nawangkubimo, beliau adalah keturunan dari si kakek yang berhasil menjalani hidup sejauh yang dia bisa tanpa dia ketahui rahasia terbesar di keluarga mereka. Baswara merupakan cucu sulung dari kelanjutan keturunan kakek, sedari kecil dia tidak terlalu sering bertemu dengan kakek karena kesibukan kakek yang tinggi, beliau sering sekali bolak-balik Surabaya dan Kalimantan, sampai saatnya kakek memilih untuk tinggal di Kalimantan secara permanen dan akhirnya papa tidak pernah bertemu dengan kakek. Papa sebenarnya orang yang tidak gampang percaya dengan hal-hal mistis, tetapi pada faktanya ayahanda dari Baswara selalu menjauhkan keluarganya dari lingkup keluarga Nawangkubimo. Menurutnya, banyak sekali kejadian buruk yang akan menimpa keluarga mereka jika terlalu dekat dengan inti keluarga tersebut. Beliau hanya berpesan bahwa mereka jangan terlalu dekat dengan keluarga yang lain, karena masa lalu mereka terlalu suram dan sukar untuk diingat. Sama halnya dengan kakek Baswara, ayah juga pergi dan menetap di Kalimantan karena memang keluarga mereka mempunyai usaha di daerah tersebut yang harus dijaga oleh ayah Baswara.

Seiring berjalannya waktu, Baswara beranjak dewasa dan beliau pun melakukan hal-hal yang sama seperti makhluk sosial lainnya yakni, menikah. Dari pernikahan Baswara dan istri tercintanya tersebut mereka dikaruniai tiga orang anak, ada dua penjaga laki-laki dan seorang malaikat kecil perempuan di keluarga mereka. Papa sungguh bahagia melihat keluarga kecilnya bahagia, pada dasarnya papa tidak terlalu bergantung pada kekayaan turun-temurun dari keluarganya. Beliau mempunyai prinsip bahwa semuanya harus dia curahkan dari usahanya demi kebahagiaan istri dan anak-anaknya. Maka dari itu, dia tidak tahu menahu soal perjanjian dengan si bajingan tersebut, tidak ada yang pernah menceritakan hal tersebut kepada papa, sampai dimana dia pindah tugas ke Kalimantan dan bertemu dengan ayahnya seorang, ayah dari papa tidak mengetahui bahwa dia mempunyai dikaruniai cucu seorang lagi sebagai seorang kakek, cucu perempuan. Disaat diperkenalkan tiba-tiba wajah dari ayah Baswara berubah menjadi tegang dan takut, tetapi dia berusaha untuk tetap tersenyum didepan cucu dan anaknya.

Setelah mereka menetap kurang lebih tiga tahun, dan pada suatu saat kakek tiba-tiba hadir dirumah dan bertemu dengan papa, setelah kedepannya cerita ini akan berdasar pada sudut pandang aku, Cakra. Mereka berdua tampak berbicara dengan wajah serius dan tegang, sesekali papa berbicara dengan nada yang tinggi dan nampaknya kakek hanya terdiam dan menatap satu ke arah papa. Aku yang masih cukup kecil disitu umurnya hanya bisa mendengar mereka yang cukup sengit pembicaraannya. Tetapi, yang pasti setelah pembicaraan tersebut kakek tidak pernah terlihat lagi datang kerumah sampai adek bungsuku berumur sepuluh tahun, kami tidak pernah diberitahu alasannya oleh papa. Pikir kami ini adalah urusan antara ayah dan anak saja, namun nampaknya tidak sesimpel itu. Namun, aku ingat sekali pertemuan terakhir mereka, aku ingat pembicaraan tersebut tentang apa dan kata-kata mereka pun terekam di memori ingatanku.

'Bas, kamu harus tau rahasia keluarga kita.'
'Rahasia? ada apa pak, kenapa nampaknya serius sekali'
'Dahulu kakeknya berbuat kesalahan, dia membuat perjanjian dengan iblis Bas, itu sebabnya adikmu meninggal disaat dia berusia dua belas tahun'
'Maksud bapak apa? saya ga paham'
'Itu artinya, anakmu yang bungsu menjadi target selanjutnya, maafkan bapak nak'
'APAAN SIH PAK?! ngapain percaya yang gituan, toh dulu adek karena ditabrak kan? kenapa jadi dibawa-bawa begini pak'
'Yowes Bas, terserah kamu, tapi intinya jaga anakmu baik-baik'
'Keluarga aneh, jadi ini alasan bapak menyuruh kami semua menjaga jarak? pak kita ada agama pak, SADAR PAK'
'KAMU TENANG BASWARA, bapak nyampein ini karena peduli sama keluarga kamu'
'Aku benci kepedulian kalau soal perjanjian tidak jelas itu, aku benci bapak percaya soal hal itu, aku benci bapak'
'Bapak sayang kamu Bas, bapak sayang semua keluarga kita, tapi kalau soal ini sudah susah bas'
'Sudahlah pak, buang-buang waktu saja bicara sama bapak, bapak pulang saja'
'Kalau itu maumu bapak turuti, tapi kalau ada apa-apa cari saja bapak'
'Ya, aku tidak peduli lagi pak'

Mengerikan bukan? aku yang mendengarnya saat itu sungguh sangat ciut dengan bentakan yang bergantian tersebut, ntah dari bapak, dari kakek. Mereka semua menggunakan emosi dalam berbicara, sungguh membuat kepala sakit. Tetapi, yang pasti apa yang diberitahu kakek itu menjadi nyata, adik bungsuku menderita sakit dan tak ada ujung hentinya, papa juga dengan hati yang masih marah kembali kepada kakek agar mereka berjuang bersama kembali, tetapi apa boleh buat memang pada akhirnya adik kami pergi untuk selama-lamanya. Aku tahu, papa sangat sayang pada adik.

Kalih welasDonde viven las historias. Descúbrelo ahora