Masa lalu

12 10 0
                                    

~Beberapa dekade yang lalu~

Perjanjian tersebut sudah disetujui adanya oleh kakek dari papa,  terlebih lagi memang keadaan mereka yang semakin buruk dan tidak ada jalan keluar selain meminta pertolongan kepada maklhuk gaib tersebut. Pada saat itu, istri kakek buyut juga telah meninggalkan keluarganya dan pergi bersama laki-laki lain, tidak ada tempat berppulang bagi pikiran dan anak-anak kakek buyut. Tepatnya, disaat beliau sedang berusaha memperbaiki ekonomi untuk keluarga dan istrinya sendiri, sore itu disaat kakek buyut baru menginjakan kaki dirumahnya, tiba-tiba saja istrinya keluar lengkap dengan tas yang berisi barang-barang kepunyaannya dan mereka berdua terlibat cekcok. 

"Mas, aku udah ga tahan hidup susah sama kamu, aku mau pergi aja." Ucapnya seraya mengangkat barang-baranya.

"Loh apa maksudmu? kamu janji bakal sama aku sampai kapanpun," balasnya sambil meraih tas istrinya. "Aku juga lagi usaha untuk kita, dek." Jelas kakek. 

Tetapi, nampaknya sang istri tidak memperdulikan kata-kata tersebut dan meraih tasnya kembali, namun tidak ada yang ingin mengalah, baik dari kakek buyut maupun istrinya. Mereka berbicara dengan nada yang tinggi seakan-akan tidak ada yang melihat perkelahian tersebut. 

"USAHA APANYA?!! KITA SUDAH BERTAHUN-TAHUN SEPERTI INI, KAMU GAADA YANG BERUBAH." Sambung istrinya dengan wajah amarah.

Anak-anak mereka yang saat itu masih seusia anak Sekolah Menengah Atas datang untuk melerai, kedua anak mereka datang dan berusaha memisahkan mereka namun dampaknya anak-anak tersebut yang dimarahi oleh ibunya. 

"Ibu, Ayah. Sudahlah, jangan berantem disini, malu sama tetangga." Ucap salah satu anaknya sambil mengelus pundak sang ibu.

"Kalian lagi! jangan ikut campur urusan orang tua," jawabnya sambil menepis tangan anaknya. "Kalian mau ikut ayah atau ibu? cepat." Sambungnya.

"Ka- kami pilih kalian berdua, kami tidak ingin terpisah seperti ini." Jelas anak mereka dengan bercurai air mata. 

"Jangan jual air mata kamu disini, kalau gamau ikut yaudah, emang cocok sama ayah kalian." Jelasnya sambil melihat sinis ke kakek buyut. "Sama-sama bodoh, cenngeng, miskin, keluarganya baji-" Sambungnya seraya menggunakan wajah mencibir. 

PRANGG

Bunyinya kencang sekali, anak-anak mereka yang sementara sesenggukan dalam tangisnya pun diam seketika, ayah mereka menampar ibunya atas hal buruk yang dia katakan.

"JANGAN PERNAH KELUAR SEDIKITPUN DARI BIBIRMU SOAL KELUARGAKU, AKU YANG MENYELAMATKANMU DARI KEJARAN ORANG TUA MU, IBU DAN AYAHKU YANG MERAWATMU, INGAT ITU!!" Jelasnya dengan menunjuk-nunjuk tangan ke istrinya.

"A-aku ga nyangka kamu tega mas! aku akan pergi, aku tidak akan kembali." Sambungnya seraya memegang pipinya yang masih merah itu.

Jelas saja pipinya menjadi merah, tangan kakek buyut tentunya lebar dan besar sehingga dengan sekali tamparan dapat memberikan efek yang sungguh kepada istrinya. 

"Ya, saya memang tega, silahkan pergi dari sini, jangan pernah ganggu saya dan anak-anak saya kedepannya." Sambungnya seraya meraih kedua anaknya. 

Istrinya hanya bisa mengusap pipinya dan bulir air mata yang jatuh dan langsung beranjak dari tempat tersebut, setelah dia pergi anak-anak mereka berteriak dengan kencang agar ibunya jangan pergi.

"IBU!!!! JANGAN TINGGALIN KAMI BU!!!." Ucap salah satu anak sambil menangis.

Mereka yang sedang berada di dekapan ayahnya ingin pergi mengejar sang ibu, tetapi semakin dipeluk erat oleh ayahnya, sejujurnya ayahnya sudah mengetahui jika sang istri memiliki laki-laki lain diluaran sana, dan dia tidak ingin anak-anaknya menyaksikan kelakuan sang ibu yang begitu buruk.

"Sudah, jangan dikejar nak, biarkan saja ya? ada ayah disini." Jelas ayah mereka sambil memeluk dengan erat.

'Sungguh tega ibu kalian nak, ayah tidak tahu harus bagaimana jika tanpanya, tetapi dia juga memilih untuk pergi, bagaimana nasib adik kalian?? dia tidak pernah memikirkan hal tersebut.' Ungkapnya dalam hati. Anaknya masih ada yang berumur satu tahun, dan sangat jelas membutuhkan ibu mereka, ayahnya merasa sangat sedih dan terpukul atas kejadian tersebut, bagaimana jika anaknya tidak bisa tumbuh dengan kasih sayang seorang ibu, bagaimana semuanya akan berjalan semestinya jika seperti ini? harusnya kita tetap bersama dan mengerti satu sama lain. 

Kurang lebih satu jam mereka menangis, dan setelahnya hanya sedikit rengekan saja yang keluar, ayahnya menyuruh mereka masuk rumah dan lebih baik beristirahat, mereka pun menuruti ayahnya dan masuk ke dalam rumah. Mereka mengerti kalau ayahnya butuh ruang untuk sendiri, sehingga mereka pun menaati perintahnya. Kakek buyut pun yang sedari kecil dia kuat akhirnya menyerah dan memilih untuk bersedih atas keadaan yang ada, dia duduk dan menangis sejadi-jadinya. Dalam pikirannya, masa istrinya tega meninggalkan cinta dan kasih sayang yang telah mereka bangun selama ini karena masalah ekonomi. 

Dalam gelutnya malam pun kakek buyut masih duduk diluar, dia sendiri dan bertanya-tanya pada dirinya akan hal yang terjadi. 

"Aku sebenarnya ga nyangka kamu ninggalin aku dek, aku tau jadi seperti ini itu gaenak, tapi apa salahnya kita bertahan dek, kamu ga inget sama si adek masih satu tahun umurnya. Aku ga sanggup kalau kamu ga disini." Jelasnya sambil terus merenung. 

Dengan terus memikirkan hal-hal buruk yang sedang terjadi, tiba-tiba saja teman kakek buyut mampir kerumah karena ada urusan tertentu. 

"Permisi, selamat malam, mas-" ucap temannya yang terhenti atas pemandangan yang dia lihat.

"Eh-eh iya malam juga kang," jawabnya sambil mengusap air matanya. "Duduk aja kang."

"Lagi ada masalah mas? tumben." Sambungnya seraya duduk disamping kakek buyut.

"Istriku kang, ninggalin kami semua disini." Jelasnya.

"Astaga, istrinya mas, meninggal?" sambung temannya. 

"Hus, ya ngga, maksudku dia pergi sama laki-laki lain, selingkuh dia kang." Jawabnnya seraya menatap tenmannya.

"Sejujurnya, aku pernah liat mas, istrimu lagi sama laki-laki lain tapi ya ndak berani ngomong sama kamu." Jelasnya. 

"Yasudahlah, aku juga sudah tahu akan hal itu." Balas kakek buyut.

Mereka pun saling bertukar pikiran akan hal yang sedang terjadi, dan temannya menanyakan atas kejelasan yang sebenanrnya terjadi. Dia menceritakan bahwa istrinya pergi karena masalah ekonomi, istrinya tidak bisa bertahan dengan keadaan yang ada. Kakek juga menjelaskan bahwa dia sudah melakukan banyak cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan, perubahan ekonomi yang jujur saja secara tiba-tiba membuat semuanya semakain susah. 

"Aku datang kesini buat ngajak kamu nyari hal baru mas." Jelasnya.

"Apa itu kang? kerjaan?" tanya kakek.

"Aku tau ini hal yang buruk tetapi, kita coba saja melakukan perjanjian dengan iblis." Jawabnya.

Disaat dia menjawab, seketika kakek buyut menoleh dan melotot ke arah temannya.

"Apa-apaan ajakanmu kang, gaada begitu, gabaik." Sentaknya.

"Aku ngajak aja, kalau kamu pengen ya ayo, aku punya kenalan." Sambungnya seraya berdiri. 

"Dosa kang, aku ga berani." Balasnya sambil ikut berdiri. 

Tanpa menjawab temannya langsung berbalik badan dan pergi dari rumah, memang sifatnya seperti itu sudah tidak dipungkiri lagi. Namun, sebelum menghilang dari pandangan kakek, ada yang bersuara.

"Nanti kabari aja mas kalau berubah pikiran, aku nunggu dirumah." Jelasnya sambil terus menjauh.

Kakek buyut pun berpikir bahwa sepertinya dia akan mencoba, tetapi lain kali saja ketika dia memang sangat membutuhkan hal tersebut. Meskipun kakek bukan orang yang begitu religius tetapi dia juga tidak semena-mena terhadap hal buruk seperti itu. Namun, jujur saja untuk kedepannya mungkin saja dia butuhkan perjanjian itu, sejujurnya dia juga tidak mengetahui akan bagaimana perjanjian dengan maklhuk tersebut, apakah ini layalnya disebut pesugihan? mungkin saja memang begitu. Kakek buyut pun memilih masuk rumah dan bersama anak-anaknya untuk sementara seraya memikirkan persetujuan yang harus dia lakukan untuk anak-anaknya. 

Kalih welasWhere stories live. Discover now