(2)

340 26 0
                                    

   Rettakka kini terjun akibat tangannya di lepas sengaja oleh anak bermata Zambrut itu, mata Rettakka salfok dengan mata anak laki laki itu, berbeda di pikirannya sebelum ia merengut nyawanya.

      Thorn melihat kebawah jurang itu, iyup kepala Rettakka hancur terkena batu batu di bawah, "wahh sayang sekali otaknya"  sesalnya.

      "Hem lagian juga otaknya udah tercemar narkotika, bodo amatlah" bocah itu langsung meninggalkan teman itu menuju ke sekolahnya kembali.

      Di rumah Solar masih saja tampak gelisah ia masih takut kalau bagaimana berita kematian 2 siswi itu sudah hilang atau kadaluarsa? Berganti dengan omongan dirinya kembali. Ais yang tertidur di sofa menatap heran ke arah adik bungsunya itu.

      "Solar kamu kenapa dah"

     Solar menatap ke arah Ais, "A-ah ga ada" jawabnya.

     "Bilang saja kamu masih takut dengan momongan yang di sekolah"

     "He-em" 

     "Biarkan saja ntar mereka lupa sendiri kok"

     Tetap saja tu bocah masih gelisah, dan kakaknya itu menatap datar saja.

     Jam menunjukan pukul 18:01 bocah bermanik Hijjau Zambrut itu kembali ke rumah dengan membawa tanaman baru, "Halo Kakak Thorn pulangg!!".

    "Oh Hai Thorn webe" sambut kakak terdinginnya itu.

    "Hihihi, omong omong mana yang lain?"

    "Ohh ntahlah, aku aja baru bangun tidur"

    Thorn meng-oh saja, dan dia berjalan ke kamarnya. "Thorn ke kamar dulu ya", Ais berdehem dan melanjutkan tidurnya.

       Ya para saudaranya ternyata sedang pergi ke kebun untuk mengambil beberapa sayur, ya tentu saja kebun itu melewati Gunung Collapse, Blaze melihat sesuatu yang tertancam di batu.

      "Kak Hali itu apa?" Tanyanya

      Halilintar menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas, ia melemparkan lampu sorot ke arah batu itu dan ternyata itu mayat Rettakka.

     "Apa itu anjer, watafak!!?" Pekik Taufan yang menutup mulutnya.

     "Pengen muntah ihhh-" ngeri Solar menutup matanya.

     Halilintar pun turun untuk melihat mayat siapa itu, "ya ampun, i-ini-"

     Gempa juga ikut turun, "ini Rettakka!" Pekik kakak tertua itu, "Gempa telfon polisi!" Suruh Halilintar, Gempa mengangguk dan langsung menelpon polisi.

      Adik bungsu itu menatap terkejut ternyata itu adalah pembullynya yang sudah tewas, "ka-kak" panggil Solar, dan kakak bermata Oren kemerahan itu mengelus rambut adiknya, "ga papa" tenangnya.

     "Anggap saja Karma sudah menyebarkan Fitnah" kesal Taufan, ia juga lega ternyata pembully mereka selama ini tewas.

     "Hush Kak jangan gitu kita malah mirip kayak pembunuhnya" tegur Solar.

     "Tapi ini emang pembunuh ya? Apa kecelakaan?" Pikir Blaze saat ini.

     Mereka bertiga langsung terdiam, "ah ini kecelakaan pasti, iyakan?"

    Halilintar berjalan ke arah mobil, "kalian bertiga jangan kemana mana tetap di sini, polisi akan segera datang kita akan menjadi saksi paham?"

    "Paham kak" ucap mereka bertiga. "Oh ya Gem telfon Thorn dan Ais di rumah bilang kita pulangnya agak telat" gempa mengangguk dan segera menelfon orang di rumah.

shhhh don't disturb....Onde histórias criam vida. Descubra agora