Festival Matahari

10.3K 835 25
                                    

Setiap lima tahun sekali, ketika para petani mendapatkan hasil panen yang sangat melimpah.

Sebagai bentuk rasa syukur mereka terhadap Dewa Matahari yang selalu memberkati Kerajaan Erikas. Diadakanlah festival yang sangat meriah. Festival yang dirayakan selama tiga hari tiga malam penuh. Orang-orang menamainya sebagai Festival Matahari.

"Jadi, ini kali keduanya aku merayakan festival Matahari, kan?" ucapnya dengan penuh semangat.

"Ya, yang pertama pada saat usiamu tiga tahun, tapi kamu pasti tidak ingat, karena itu terjadi lima tahun yang lalu." ucap wanita dengan rambut coklat bergelombang.

Jawabannya membuat senyum Seanthasia berkedut. Anak kecil yang memiliki rambut merah muda itu memindahkan pandangannya ke arah jendela kereta kuda. Iris mata hijau cerahnya menangkap burung-burung yang tengah hinggap di dahan pohon sepanjang jalan.

Seanthasia sendiri bukan seperti anak kecil pada umumnya, jadi jawaban dari ibunya yang mengatakan bahwa dia tidak mengingat kejadian lima tahun yang lalu itu merupakan kesalahan besar.

Ingatan itu masih sangat membekas pada dirinya, bahkan mungkin meninggalkan sedikit trauma.

"Ayo lihat ini sayang." Casandra memperlihatkan sebuah batu berwarna hijau yang mirip seperti warna mata miliknya dan Seanthasia.

Sebuah batu dengan ukuran besar yang dijual dengan harga yang mahal disebuah gerai yang memang menjajahkan beragam batu berwarna unik.

Sebenarnya harga batu itu tidak terlalu mahal, namun karena dijual pada saat Festival Matahari, harganya menjadi sepuluh kali lipat.

Batu yang memang dijual hanya untuk pajangan semata. Ini adalah pemerasan yang nyata.

Jangan beli itu Ibu... ucap Seanthasia dalam hati. Sebenarnya dia sudah lancar berbicara pada umurnya yang sudah menginjak tiga tahun. Namun Seanthasia terlalu malas untuk bicara.

Dia hanya akan membuka mulut jika menyangkut hal penting. Pada saat usia Seanthasia baru menginjak beberapa bulan, kedua orang tuanya bahkan sempat menangis karena satu-satunya putri mereka tidak menangis seperti anak kecil seusianya.

Sebagai orang tua yang baik, mereka tentu saja mengkhawatirkan kondisi ini, mereka takut jika Seanthasia mengalami kelainan tertentu.

Tapi hal itu ternyata bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Karena Casandra sempat mempergoki Seanthasia membuat senyum yang aneh untuk anak seusianya saat memegang koin emas.

Jadi untuk memastikan Seanthasia merupakan anak yang normal, Casandra berinisiatif mengambil uang yang Seanthasia sembunyikan tanpa sepengetahuannya.

Hal itu membuat tangis Seanthasia pecah kala mengetahui uang yang dia kumpulkan selama ini raib begitu saja. Dengan air matanya yang terus mengalir, anak kecil yang sudah bisa duduk sendiri itu meratapi kantong uang yang tergeletak tanpa isi diatas lantai kamarnya.

Pengasuh, juga pelayan Seanthasia yang mengetahui rencana yang dibuat oleh Ibu Seanthasia itu hanya bisa menatap dan menahan tawa saat Seanthasia menangis. Dia yang menangis sangat menggemaskan.

Dan kini, saat usianya tiga tahun, Casandra mengajak Seanthasia ke festival. Ini merupakan kali pertamanya dia mendatangi festival yang dirayakan di tanah Erikas.

"Lihat! Bukankah ayahmu akan menyukai batu yang mirip denganku jika aku memberikannya sebagai hadiah?" Casandra menatap Seanthasia dengan wajahnya yang berbinar.

Membuat Seanthasia menganggukkan kepalanya beberapa kali. Selera Ibu sangat buruk. Ah, lagi-lagi Seanthasia hanya bicara dalam kalbunya.

Mendapati anaknya menganggukkan kepala, Casandra dengan senyumnya yang sangat manis mengeluarkan koin emas untuk membeli batu yang ia pilih sendiri.

JANGAN TERLALU MENYUKAIKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang