Mahkota bunga

3.3K 342 4
                                    

"Maaf," ujarnya.

Riftan mengangguk. Mata abu-abu miliknya terus memperhatikan Seanthasia yang tampak ringkih dengan bunga-bunga itu.

"Em..." Dia merundukkan kepalanya. Tangannya diletakkan di atas meja tempat vas bunga itu berada. "Bagaimana kalau kita belajar di luar mansion?"

Seanthasia mendongakkan kepalanya mendengar tawaran itu.  Wajahnya bertemu dengan Riftan yang tersenyum tipis. "Bolehkah?"

Riftan mengangguk lagi. "Ya ... kebetulan, Yang Mulia Duke memberi saya izin untuk melakukan pembelajaran di manapun."

Seanthasia membulatkan mulutnya. Gadis itu berdiri dan akhirnya mengekori kemana Riftan akan membawanya pergi.

Seanthasia tidak berpikir Riftan akan membawanya kemari, menuju ladang bunga yang bahkan selalu berusaha ia hindari.

Bunga-bunga dengan berbagai warna dan jenis yang tumbuh di pekarangan mansion.

Serangga menjadi alasan utama Seanthasia sangat jarang menginjakkan kakinya di sini.

Punggungnya bergidik ngeri. "Saya tidak mau belajar di sini," ungkapnya.

Mendengar hal itu. Riftan mengernyitkan keningnya. Sebagai guru eklusif Seanthasia, tentu saja dia sudah diberitahu apa saja yang muridnya ini sukai dan tidak. Termasuk masalah serangga.

"Untuk apa kita belajar di ladang bunga? Saya membawa anda kemari untuk duduk di meja sana." Dagunya menunjuk ke arah meja dengan taplak bermotif kotak-kotak. Dia kembali melanjutkan kalimatnya, "lagipula, Yang Mulia Duke mengundang saya datang bukan untuk bermain."

Seanthasia menggulung bibirnya ke dalam. "Ah ... begitu." Dia berjalan dan kini duduk di kursi dengan meja yang sudah dipenuhi bunga.

Riftan sudah menjelaskan dasar-dasar tentang merangkai bunga pada Seanthasia, sehingga dirinya hanya perlu mengawasi gadis itu.

Sekarang, aku seperti sedang berkencan dengan saingan Kyle di dalam novel. Matanya melirik Riftan yang tengah merangkai bunga membentuk lingkaran.

Lihat wajah itu! Bukankah terlalu cantik untuk seukuran laki-laki? Dasar curang!

Lirikan itu semakin menusuk.
"Ekhem! Saya bisa mati tertekan jika anda terus menatap saya seperti itu lebih lama lagi," ungkap Riftan.

Seanthasia dengan cepat kembali berfokus pada bunga yang harus ia rangkai ini. Kenapa dirinya selalu ketahuan saat mencuri-curi pandang?

Sudut bibir Seanthasia tiba-tiba naik. Matanya masih setia pada bunga itu. "Orang yang anda sukai pasti akan senang jika dibuatkan rangkaian bunga seperti ini."

Riftan memberhentikan aktivitasnya kala mendengar apa yang diungkapkan oleh Seanthasia padanya.

"Um ... apakah, anda memiliki orang yang anda suka?" tambah Seanthasia.

"Bagaimana jika saya menjawab orang itu adalah, anda?" tanya Riftan balik.

Seanthasia spontan mendongakkan kepalanya. "Iya?" Ia takut kalau pendengarannya ini tengah bermasalah.

Dan, bukannya menjawab, Riftan justru terkekeh sekarang. "Sudah saya duga akan seperti ini," katanya sembari menggelengkan kepala.

Senyum gadis di hadapan Riftan ini berkedut. "Apa yang maksud anda? Apakah anda sedang mengerjai saya?"

Riftan membulatkan matanya. Tangannya segera melambai-lambai di depan dada. "Bukan maksud saya seperti itu."

Bocah berambut ungu ini menurunkan tangannya. Kemudian, keheningan mendominasi diantara keduanya sekarang ini.

JANGAN TERLALU MENYUKAIKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang