🐼🐨🐰 : Mau Punya Abang

212 31 0
                                    

"Ini lo berempat nggak akan dimarahin sama abang lo pada kalo pulang lewat dari jam 10?" tanya Yasir sambil mengunyah kacang garudanya.

"Dimarahin lah!" jawab Haruto usai meneguk colanya.

Jangan heran kalau Haruto minum cola dimana-mana. Dia maniac cola soalnya.

"Ya terus?"

"Ya terus apaan anjir?" tanya Safka bingung. Lagian nggak jelas banget si Yasir. Kalau udah tau jawabannya NGAPAIN NANYA?!

"Lagian masih lama. Ini baru jam setengah sepuluh. Masih ada lah sekitaran setengah jam lagi."

"Cih, setengah jam doang. Setengah jam sekarang tuh sebentar cui." kata Yasir membalas ucapan Haruto. "Kalau gue sih tenang-tenang aja. Karena nggak akan ada tuh yang ngomelin gue kalau gue pulang telat. Karena gue anak tunggal!" tambah Yasir sambil senyum-senyum songong. Orang tua Yasir ada kok, tapi memang mereka sibuk kerja. Yasir bukan anak broken home.

"Bang, gimana rasanya jadi anak tunggal?" tanya Erza yang sedari tadi diam karena sibuk makan donat itu akhirnya angkat suara.

"Kenapa? Lo mau jadi anak tunggal juga? Wahhh!! Gue harus laporin Bang Heksa nih!!!" kata Safka heboh. Haruto mengangguk setuju.

Dean sama Erza menghela nafas. Itu dua orang itu kenapa suudzon mulu sih?!

"Lo berdua dengerin Erza dulu kenapa sih?" kata Dean. "Jangan sampe ini sendal jepit gue melayang ke muka lo berdua ya?" Dean menunjuk Safka dan Haruto sama rata sambil mengangkat sendal jepitnya. Kalau lagi gini persis Jio banget.

Kelakuannya.

Haruto sama Safka cuman cengar-cengir aja.

"Ada enaknya ada nggak nya sih. Enaknya, ya, gue nggak perlu ada rasa iri hati sesama saudara. Karena menurut gue itu ribet. Nggak enaknya itu, ya, gue kesepian. Kayak, meskipun temen lo banyak nih diluaran, tapi kalau sama saudara sendiri tuh rasanya beda aja." jawab Yasir.

Erza manggut-manggut lalu makan donatnya lagi. Dia udah mengira kalau jawabannya itu gitu. Cuman dia pengen aja nanya.

"Kalau kalian?" Yasir melirik empat bocil itu bergantian. "Gimana rasanya punya abang?" tanya Yasir. "Dimulai dari Erza dulu."

Safka yang kebetulan duduk disamping anak itu segera menepuk bahunya pelan. "Za, ceritain Za."

Erza terlebih dahulu menelan kunyahannya.

"Enak kok. Bang Heksa selalu sayang sama Erza. Dia nggak pernah marahin Erza sekalipun." jawab Erza yang membuat semuanya melengos kecuali Dean.

"Ya jelas enak! Abang lo modelan Bang Heksa gitu siapa yang mau nolak? Manusia sabar setebal isi dompetnya!" kata Haruto kesal.

"Inget gue waktu Bang Heksa digangguin tidurnya sama Bang Jio. Dia ngomel sih, tapi keliatan banget kalau dia cuman bisa sebatas itu. Maksudnya dia nggak bisa marah yang marah banget gitu. Waktu nggak sengaja dia neriakin Bang Jio pun dia langsung minta maaf udahnya. Padahal Bang Heksa neriakin Bang Jio pun karena kesalahan Bang Jio sendiri. Tapi anehnya malah Bang Heksa yang minta maaf."

"Serius Bang Heksa orangnya kayak gitu?" tanya Dean kaget sambil membuang bungkus ice creamnya ke tong sampah. Dia kaget sih, masa ada orang sesabar Heksa? Kalau dia ada diposisi Heksa yang digangguin tidur sama Jio gitu, udah Dean tendang atau ajak baku hantam tuh si Jio.

Tapi sayangnya itu cuman haluan Dean karena dia bukan Heksa dan dia juga nggak seberani itu sama Jio.

"Dia baik banget anjir! Udah dibilang tadi sabar dia itu setara sama isi dompetnya!" sambung Safka. "Mana kebanyakan yang bikin dia emosi itu abang lo." katanya sambil melengos.

Siblings | Treasure's TripletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang