“Bahwa yang selain bunga pun harus mekar tanpa menunggu musim panas yang segar.”
***
Hari Senin adalah hari paling siallllll bagi seorang gadis bernama Alya Azzahra Anindita— Bagaimana tidak sekarang ia malah telat untuk datang ke sekolah hingga membuat dirinya terburu-buru hingga tidak mandi dan berakhir hanya menggosok gigi serta cuci muka.
"Stop, stop, Pak. Di sini aja gapapa kok soalnya sekolahan saya udah deket." ujar Alya kepada sopir angkot.
"Beneran, Mbak? Itu di depan lagi macet parah loh, sekolahan Mbak nya juga lumayan aga jauh dari sini."
"Aman kok, Pak!"
Selembar uang 10K ia gunakan untuk membayar harga angkot walaupun harga asli tak segitu, tapi tak apa lah, dirinya juga terlalu malas untuk mengambil kembalian mana posisinya jalanan sedang macet parah.
Nafasnya turun naik saat kaki miliknya terus berlari menerobos jalanan yang macet, mana lebih parahnya ia belum sarapan sama sekali.
"Ah cape banget gila! Ini sih udah pasti gue telat banget. Udah jam 7 aja." matanya melirik ke arah arloji berwarna hijau tua yang melingkar dia pergelangan tangan miliknya.
"Pelajaran pertama gue itu 'Kan—" Alya menjeda ucapannya kala otak ia berputar. "WAH! WAH BISA GAWAT INI GUE, IYA GUE BARU INGET MAPEL PERTAMA ITU BAPAK GALAK!"
"Ibun, Lia. Nggak mau dihukum,"
Buliran keringat memenuhi pelipis Alya membuat ia sangat kacau sekali, apalagi tadi ia menerobos jalanan begitu saja dan sekarang malah berakhir tragis di depan Taruna Jaya dengan posisi gerbang sudah tertutup rapat.
"Ini gue gimana dong, mau manjat, tapi gue takut ketauan."
Dari balik celah gerbang sekolah ia mencoba menelisik melihat ke dalam dan benar saja beberapa murid yang terlambat di hukum tepat ditengah-tengah lapangan upacara.
"Nggak! Gue gamau sumpah, mau ditaroh kemana ni muka gue kalo sampe gue ikut-ikutan dihukum juga!"
Bugh!
Bugh!
Bugh!
"Akhhhh s-sakit."
Suara samar sekaligus dengan beberapa bogeman itu membuat Alya segera mencari sumber suaranya.
Hingga kaki miliknya membawa ke sebuah gang kecil tepat disamping Taruna Jaya. Namun, di detik itu juga kedua bola matanya melotot seketika melihat Alvin— tengah terkapar lemah tidak berdaya begitu saja setelah dikeroyok oleh sekitar 6 orang.
Sekitar 2 menitan ia berdiam diri dibalik pohon-pohon, hingga memastikan orang-orang yang memukuli Alvin pergi barulah ia beranjak untuk menghampiri sang crush yang sudah tidak sadarkan diri atau kemungkinan besar sudah dipukuli.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA ALVIN: Two Different People
Teen FictionUnknown, Stalker 991, Obsessed, Romansa. Tak ada yang spesial dari cerita ini hanya mengisahkan sebuah kisah romansa masa abu-abu. Kisah romansa yang berjalan dengan sangat rumit sekali, bahkan dipenuhi dengan teka-teki serta misterius. Alvin Regan...