SSTHL: Pertemuan Tidak Terduga

11 4 1
                                    

"Dalam mencintai, semua harus ada batasannya. Apalagi dalam mencintai makhluk-makhluk-Nya. Tidak semua orang mendapatkan balasan cinta yang sama. Ada yang terluka karena terlalu mencintai. Ada yang tersesat karena terlalu mencintai. Dan Laksamana adalah satu dari sekian banyaknya makhluk yang terluka akibat terlalu mencintai"

🍂🍂🍂


Bagian 1: Pertemuan Tidak Terduga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagian 1: Pertemuan Tidak Terduga

Hujan hari itu mengguyur kota Hungary dari pagi hingga sore hari. Membuat jalanan menjadi licin apalagi sekarang cuaca sedang dingin-dinginnya, karena sebentar lagi memasuki pergantian musim.

Berita kecelakaan Mobil truck yang meleng akibat jalanan licin hingga menghantam dua mobil di depannya yang terjadi di kota menjadi headline sejak siang tadi. Menemani aktifitas orang-orang di dalam café itu sambil menunggu hujan hingga reda.

Disudut café seorang laki-laki dengan setelan santai untuk musim-musim rawan dingin seperti biasa: hoodie polos putih dilapisi dengan coat warna khaki dan dipadukan dengan celana jeans serta sepatu convers warna putih. Masih bergulat dengan laptop di depannya menampilkan beberapa muka orang di dalam layar sedang berdiskusi yang menandakan bahwa ia tengah berada dalam sebuah rapat. Sambil sesekali ia menyesap kopi pesanannya yang sudah dingin. Sejak siang tadi masih belum selesai.

"Laksa, untuk subtitel punya Ronald aman kan?"tanya seorang laki-laki—Zahran namanya, pemimpin rapat mereka siang ini—yang wajahnya tertera pada layar laptop Laksamana berbentuk persegi panjang dalam ruang zoom.

"Udah bang. Tinggal gue cek sekali lagi nanti malam. Terus gue kasih Sonata buat di edit. Besok bisa kelar kontennya, 'kan, Son?"tanya Laksamana pada sosok perempuan yang wajahnya tidak mengarah pada kamera layar. Sepertinya sedang sibuk mengedit konten.

"Hah?"jawab perempuan itu tidak fokus.

"Besok konten buat Ronald bisa clear nggak? Nanti malam gue kasih demo subtitelnya"kata Laksamana lagi menatap layar dimana perempuan macam rimba itu berada—sepertinya dia baru saja habis bergadang.

Perempuan bernama Sonata itu mengalihkan wajahnya pada layar, menggeram murka pada Laksamana. "Mau gue mati muda ya, lo? Nggak kira-kira. Subtitel baru dikasih nanti malam, disuruh kelar besok? Ini gue lagi ngedit konten dari talent yang lo pegang juga ya, Laksamana"gerutunya. Dia mengetuk-ngetuk layar ponselnya dimana wajah Laksamana terpampang jelas disana, "Mentang-mentang jauh, jadi ngelunjak, ya, anda"lanjutnya masih terus mengetuk-ngetuk wajah Laksamana di layar ponselnya.

Laksamana tertawa renyah. Merasa tidak bersalah. Ia memang sengaja mengerjai perempuan itu. "Biasanya lo suka ngerjai banyak tugas mau dekat-dekat weekend, biar weekendnya bisa hibernasi. Gitu 'kan, kata lo, waktu itu"

"Iya itu dulu pas gue cuma pegang satu-dua video doang. Sekarang gue pegang banyak video. Gara-gara si Molekuler kampret itu tiba-tiba resign, gue sama Nanda jadi keteteran"mulutnya boleh mendumel tiada henti, namun, tangannya tetap bekerja mengedit video yang akan tayang besok. "Bang, udah ada belum calon buat editing video?"kalimat tanya itu ditujukan pada Zahran.

Someone Still that He LovedWhere stories live. Discover now