LAMPU LENTERA LANGIT

409 52 4
                                    

𝗔𝘂𝘁𝗵𝗼𝗿 𝗣𝗼𝘃

" Saya sudah menyelesaikan semuanya. Kamu tidak perlu memikirkan ayah dan mama." Ucap bible

' 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘯𝘺𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘢𝘮𝘢𝘳-𝘴𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘥𝘦𝘵𝘢𝘬 𝘫𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘪𝘯𝘪, 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘶𝘢.' batin Biu seraya kini tangannya menyentuh gelas yang berisi coffelate yang sudah dingin.

kLAP!!

Lampu kembali hidup.

Biu menatap dinding dan ternyata sudah pukul 00.38, " Kakak, harusnya kakak meniup lilin 38 menit yang lalu.

" Bolehkah saya meminta hadiah saya sekarang? "

" Hadiah? "

' 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶𝘴, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘪𝘯𝘪? 𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘯𝘺𝘢.' batin Biu dengan raut wajahnya yang terlihat seperti kebingungan.

" Ha-hadiah apa? "

" Cium saya agar kamu mengingat kapan dan seperti apa ciuman pertama yang kita lakukan saat itu."

" Ha? "

" Lebih tepatnya kamulah yang pertama melakukannya, kamu menggoda saya."

Biu menarik nafas panjang. " Kakak, apapun yang terjadi pada saat itu lebih baik kakak tidak perlu mengingatnya lagi."

" Kalau begitu bicaralah sambil menatap mata saya."

" Baik." Biu menoleh menatap Bible. Kedua mata saling menatap beberapa saat. " Kakak, apapun yang terjadi pada saat itu ayo kita lupakan. Soal apa yang pernah aku katakan tentang perasaan ku waktu itu juga, anggap saja kakak tidak mendengar apapun." Biu kembali menarik nafasnya panjang lalu membuangnya perlahan. " Maaf, aku menarik ungkapan cinta itu."

" Baiklah." Bible mengangguk ringan lalu ia berdiri dari duduknya dan kembali ke tempatnya, tempat dimana ia duduk sebelum duduk disebelah Biu.

Hening dan hanya suara sendok dan garpu yang men denting halus saat bersentuhan dengan Piring.

" Maaf, karena sudah lancang menyimpan ponselmu." Tiba-tiba Bible membuka suara.

Biu menggeleng cepat dengan mulutnya yang penuh. " Ahh tidak apa-apa kak. Lagian juga ponselnya sudah kembali. Terimkasih karena sudah merawatnya."

" Tapi kemarin kamu sempat kesal kan?"

Bible tersenyum malu seraya ia menganggukkan kepalanya ringan.
" Sebenarnya kesal sedikit tapi sekarang tidak kesal kok."

" Terimakasih, nasi gorengnya sangat enak."

" Iya sama-sama, tapi sayangnya tidak ada lilin. Maaf karena aku tidak bisa memberikan perayaan yang layak."

" Begini saja sudah cukup."

" Hmm.. Lalu apa harapan kakak? "

Brother or LoveWhere stories live. Discover now