Kemarahan Gina?

30 4 0
                                    

.
.
.

“Kalian berani sama gue?” tanya Shyla menatap Gina dan Vera tajam. Selanjutnya gadis itu tersenyum meremehkan.

“Haah! kali ini gue maafin kalian karna kalian masih baru disini, gue peringatin buat kalian, di sekolah ini gue yang punya kuasa atas kalian, bahkan osis aja tunduk sama gue karena gue Queen di sekolah ini.”

“Kepala sekolah aja bisa gue keluarin, apa lagi murid sombong kaya kalian, itu gak ada apa-apanya buat gue,” jelas Shyla tersenyum bangga, dia yakin setelah ini murid baru itu akan meminta bahkan memohon-mohon untuk bergabung dengan mereka.

“Gue gak peduli seberapa pengaruh lo di sekolah ini bahkan setenar apa lo di sini, yang pasti mulai sekarang berhenti gangguin kita-kita apalagi sama Azza, karena sekarang kami semua yang ada di sini bakal lindungin Azza,” ucap Gina ia berdiri lalu diikuti yang lain kecuali Azza, sedari tadi gadis itu sibuk dengan makanannya  sendiri hingga habis.

“Wah ada yang mau jadi pahlawan disini.” Shyla tersenyum ketika melihat Raden yang datang membela dirinya, diikuti dengan kelima pria di belakangnya.

“Ka liat deh kelakuan murid baru ini, mereka ngebela sicupu ini kasihan yah, padahal kalau dilihat-lihat orang tua mereka kaya-raya deh tapi kenapa anaknya mau temenan sama cewek cupu miskin ini, ck ck ck gak bisa dibiarin,” Laska tersenyum miring menanggapi ucapan Raden.

“Hey tuan muda,” sentak Gina menatap Raden dingin.

“Mampus lu, Gina mode mafia dah on,” batin Bara menyeringai. Ia tau betul bagaimana perubahan sikap Gina dari gaya bahasanya yang sangat baku.

Sahabatnya yang lain juga menyadari perubahan Gina, mereka hanya diam dan membiarkan saja, selagi gadis tomboy itu tidak menggunakan fisik maka mereka akan membiarkan Gina menangani curut-curut di depan mereka ini.

“Apa!” Sahut Raden balik menyentak. Percaya atau tidak, pria tinggi ini sedikit gagap karena ia merasa ada aura yang berbeda yang muncul dari Gina.

“Apakah anda tidak bisa mengendalikan mulut anda saat mengeluarkan kalimat seperti tadi, apakah anda lupa bahwa gadis cupu miskin yang anda hina ini adalah saudari anda sendiri.” ucap Gina dengan santai.

“goblok nah anak malah keceplosan, kalau mereka curiga gimana,” batin Faris merutuki kebodohan Gina.

Raden mematung mendengar penurutan Gina, dari mana gadis itu tahu jika Azza adalah adik kandungnya. Vino dan Vano pun terdiam mendengar hal yang murid baru ini ketahui.

“Aah saya hampir melupakan sesuatu jika anda sendiri tidak pernah menganggap kehadiran Azza bukan? Astaga saya benar-benar baru menyadari hal itu, pantas saja Azza diperlakukan seperti sampah di mata kalian ter–”

“Itu emang pantas!” sarkas Shyla dengan cepat, tentu dia mendengar dengan baik apa yang Gina ucapkan, dan memang Azza hanyalah sampah di mata mereka.

Tak!

“Nona Shyla di mana sopan santunmu, saya bahkan belum menyelesaikan ucapan saya, apakah ini didikan dari tuan Frans dan nyonya Ayu?  Atau memang sifatmu sudah kurang ajar seperti itu dari duluh, sangat tidak sopan.”

Shyla terdiam, ia terperanjat kaget saat Gina megrepak meja dengan keras, ucapan Gina sangat menusuk ditambah dengan aura yang berbeda dari sebelumnya.

“Lo gak tau apa-apa tentang Azza kita lebih tau semuanya tentang dia, dan kalau dia kita jahatin itu emang pantes buat dia,” timpal Sari dengan berani menentang Gina.

“Hey nona saya tidak menyuruh anda untuk membuka mulut kotormu, diamlah sebelum mulutmu dan tubuhmu saya jadikan makanan singa nantinya, dan saya serius.”

Ara or Azza[on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang