16. Pacaran?

28.4K 2.3K 92
                                    

Happy Reading


Cukup lama mereka saling menatap satu sama lain. Hingga Eksha duluan lah memutuskan eye contact dengan Arkie, namun dia belum sadar jika dia masih memeluk tubuh tegap Arkie.

Pipi mereka berdua sudah terlihat memerah. Apalagi saat Arkie yang tiba-tiba meletakkan kepalanya dibahu Eksha. Deru napas Arkie yang terdengar tenang menyapu leher Eksha. Geli rasanya namun menenangkan.

"Kie?" ujar Eksha dengan pelan.

"Biarin gue begini sebentar ya Sha"

Perkataan Arkie membuat degup jantung Eksha semakin tidak karuan. Akhirnya dia membiarkan Arkie seperti itu, bahkan tangannya terangkat untuk mengelus punggung lebarnya.

Begitu juga dengan Arkie, tangan kekarnya tergerak untuk memeluk tubuh yang sedikit lebih kecil darinya. Eksha tersentak saat tangan besar memeluk pinggangnya. Tapi, lagi-lagi dia hanya bisa diam sambil menetralkan degupan jantungnya.

Eksha gak tau apa yang sedang terjadi kepada Arkie sekarang. Tapi jika dilihat dari gelagat cowok yang sedang dia peluk saat ini. Tampaknya dia sedang tidak baik-baik saja. Apalagi Arkie sendiri masih memakai baju olahraga, apa dia sakit. Timbul berbagai pertanyaan yang memenuhi isi kepala Eksha.

Hangat tubuh mereka berdua juga sunyinya ruangan olahraga, seakan mendukung mereka.

Hingga Arkie menjauhkan wajahnya dari bahu Eksha. Namun tangannya masih berada dipinggang Eksha. Cukup lama loh mereka berpelukan seperti itu, seperti keduanya tidak ingin saling melepas.

Arkie memandangi wajah Eksha, dan menyadari ada bekas luka lama dikeningnya.

"Sorry" hanya itu yang keluar dari mulut Arkie.

"Sorry buat apa?"

"Sorry kalo gue egois, sorry kalo gue meremehkan lu, sorry kalo gue berlagak sok bisa. Nyatanya gue cuma manusia biasa. Gue gak bisa memenuhi semua ekspektasi yang ada di kepala gue. Gue terlalu serakah Sha" penuturan Arkie membuat Eksha menatap mata hitam legam itu.

"Gue capek Sha..." kalimat terakhir sebelum Arkie kembali memeluk Eksha dan membenamkan wajahnya diceruk leher Eksha.

Eksha langsung sigap mengelus-elus punggung yang sebenarnya rapuh tapi tertutupi sifat keras pemuda ini.

"Gue disini Kie, lu boleh taruh beban lu ke pundak gue. Gue akan siap jadi sandaran lu. Dan sekali lagi berhenti merasa kurang dengan apa yang telah lu lakuin. Dan jangan ngepush diri lu terlalu keras. Lu manusia bukan robot. Gue ngerti gimana rasa capek yang sedang lu rasain sekarang." suara pelan Eksha seperti melodi yang menghanyutkan perasaan Arkie sekarang.

"Jangan benci gue" jawab Arkie. Eksha mendengarnya tiba-tiba tergelak.

"Emang lu siapa yang harus gue benci?"

Arkie menjauhkan wajahnya saat mendengar gelak tawa Eksha. Dia juga melepaskan pelukan nya. Arkie menatap Eksha sambil sedikit cemberut.

"Ya siapa tau kan?"

"Haha ngga Kie, kecuali lu penjahat yang kejam. Baru gue benci sama lu" lagi-lagi Eksha terkekeh kecil. Arkie yang melihatnya ikut menyunggingkan senyum kecilnya.

Rasa capek setelah beberapa hari lembur bekerja terobati saat melihat Eksha tertawa seperti itu.

Sedikit cerita kenapa Arkie tiba-tiba memeluk Eksha seperti itu. Karena tubuhnya sangat lelah bayangkan saja pulang sekolah jam 3 sore langsung bekerja dibengkel sampai jam 7 malam,  lanjut langsung bekerja di restoran hingga tengah malam. Dia lakukan semua itu tanpa henti untuk melunasi 'utang'.

Hingga saat teman-temannya yang jail tadi menyuruh Arkie mengambilkan bola voli diruangan ini, tanpa tau maksud terselubung yang direncanakan mereka. 

Tapi sepertinya Arkie bersyukur jika memang harus terkunci bersama Eksha disini. Dia bisa menghilangkan penatnya di bahu Eksha seperti tadi.

"Mau duduk?" tawar Arkie sambil mengambil matras dan duduk di situ. Dia menepuk-nepuk sisi sebelahnya, menyuruh Eksha untuk duduk disebelahnya.

Eksha mengangguk dan ikut duduk disebelahnya Arkie.

"Sha" panggil Arkie.

"Apa?"

"Lu pernah pacaran?"

Eksha yang semula menatap rak rak peralatan olahraga langsung beralih menoleh Arkie. Apa katanya pacaran? tiba-tiba Eksha merasa malu.

"Tapi jangan ketawa.."

"Kenapa?"

"Jujur gue belum pernah pacaran." jawab Eksha sambil memalingkan wajahnya. Malu lah, masa udah mau lulus belum pernah ngerasain yang namanya pacaran di SMA.

Arkie terkekeh pelan. Menurut nya lucu aja, gaya Eksha yang sangar tapi belum pernah pacaran.

"Tuhkan ketawa! Gak asik lu ah!" Eksha merengut kesal dan mendorong pelan bahu Arkie.

"Hahaha lucu aja Sha.. anak pemilik sekolah masa gak pernah pacaran"

"Ya biarin sih!" gerutu Eksha masih dengan cemberut. Arkie menoleh sambil tersenyum lagi, tangannya mencubit pelan bibir Eksha yang sedikit cemberut itu.

"Apasih!!" Eksha menepis tangan Arkie dari bibirnya, dengan mendengus kesal. Padahal mah aslinya dia deg-degan lagi. Arkie menyentuh bibirnya, gimana dia gak langsung panas dingin coba.

"Tenang, gue juga belum pernah pacaran kok" Jelas Arkie.

"Gak percaya" sahut Eksha.

"Beneran Sha, emang banyak sih yang ngajak pacaran cuma gue gak mau" Entah ya Eksha kayak semakin kesal mendengar nya. Oke, Eksha ngaku. Wajah Arkie memang tampan. Tapi ketika Arkie 'menyombongkan' dirinya kalo dia banyak yang menyukai. Eksha tidak bisa terima. Kira-kira itu kenapa ya..

"Cih pamer!"

"Nggak pamer cuma ngasih tau"

"Sama aja itu" Arkie mendekat kearah Eksha, dan meletakkan kepalanya dipundak Eksha. Eksha memaki-maki Arkie didalam hatinya.

Lu gak ngerti gimana jantung gue sekarang Kie, mau copot! Lu mah anjing!  -Eksha

Arkie menegakkan tubuhnya. Tangannya memegang pundak Eksha. Netra hitamnya menatap lurus kearah manik coklat yang indah menurut nya. Telapak tangannya yang kasar menangkup pipi tirus Eksha.

"Mau gak pacaran sama gue?"

tbc... voment + follow

✎ nevyy -27/12/23

Enchanted ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang