17

412 23 0
                                    

⭐⭐⭐

Sejak saat itu Eunseok seolah-olah menghilang dari kehidupan Wonbin, Wonbin merenung dalam mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen.

Hari ini Sungchan sudah boleh pulang dari rumah sakit, bersama Aeri dan suster Renjun mereka pulang ke apartemen. Suster Renjun memutuskan untuk tinggal sementara membantu Wonbin, dan Aeri sudah berjanji akan berkunjung setiap hari untuk mengecek kondisi Sungchan dan melakukan terapi rutin.

Kata Dokter Aeri, Eunseok memutuskan mengambil tugas perjalanan ke eropa dan mungkin akan kembali dalam waktu yang lama. Dada Wonbin terasa nyeri, ketika sekali lagi mengakui kenyataan itu kepada dirinya sendiri, Oh ya, dia merindukan Eunseok, sangat merindukannya.
Ternyata cinta memang bisa tumbuh tanpa direncanakan. Wonbin mencintai Eunseok. Dia tidak tahu kapan perasaan ini bertumbuh. Dia hanya tahu dia mencintai Eunseok, itu saja.

"Aku tidak menyangka bosmu yang kelihatannya sombong itu bisa begitu baik, meminjamkan apartemennya" Sungchan memecah keheningan, menatap Wonbin dengan sedikit menyelidik, dia bertanya-tanya karena akhir-akhir ini Wonbin begitu murung

"Aku yang membujuknya" Aeri yang duduk di kursi depan cepat-cepat menjawab, tahu bahwa Wonbin pasti kebingungan dengan pertanyaan Sungchan itu

"Sungchan adalah sahabat suamiku, aku bilang merawatmu penting bagiku, karena kamu adalah salah seorang yang selamat dari kecelakaan yang menewaskan suamiku. Jadi Eunseok mau meminjamkan apartemen itu, toh apartemen itu tidak terpakai." Diam-diam Wonbin dan suster Renjun menarik napas lega mendengar kelihaian dokter Aeri menjawab.

Mereka sampai di apartemen, dan Wonbin mendorong kursi roda Sungchan memasuki ruangan itu. Begitu mereka masuk tanpa sadar Wonbin mengernyit, semua kenangan itu seolah menghantamnya. Di sini, di apartemen ini dia menghabiskan waktu berdua dengan Eunseok, makan malam bersama, bercakap-cakap bersama.....

"Apartemen yang sangat bagus, kita beruntung Wonbin, bos mu sangat baik." Sungchan mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Wonbin sambil tersenyum

Mau tak mau Wonbin memaksakan senyuman di bibirnya. Kuatkah ia berada di sini? Apalagi di kamar itu... Wonbin melirik kamarnya, tempat Eunseok juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Tidak! dia tidak mau masuk lagi ke kamar itu! Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan segalanya sehingga Sungchan selesai di terapi dan beristirahat di kamarnya.
Suster Renjun menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.

Setelah memastikan Sungchan tertidur pulas, Aeri menyeduh teh dan mengajak Wonbin duduk di ruang depan.

"Dia sudah kembali dari eropa." Aeri membuka percakapan, menatap Wonbin dari atas cangkir kopi yang diteguknya.

Seketika itu juga hati Wonbin melonjak, tahu siapa yang di isyaratkan sebagai 'dia' itu.

"Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Wonbin pelan. Aeri tersenyum miring mendengar kelembutan dalam suara Wonbin

"Kau itu baik hati ya, sudah menerima arogansinya yang tidak tanggung- tanggung, tetapi masih saja mencemaskannya" dengan pelan Aeri meletakkan cangkirnya

"Yah, dia baik-baik saja, sedikit kurus, terlalu memaksakan diri dan jadi pemarah seperti beruang terluka, tak ada yang berani menyinggungnya dan mendekatinya dalam radius 100 meter kalau dia sedang mengeluarkan aura pemarahnya, bahkan direktur keuangan memilih berhubungan dengannya via telepon" Aeri terkekeh. Lalu wajahnya berubah serius melihat kesedihan Wonbin, "Yah.... dengan melupakan fakta kalau akhir-akhir ini dia lebih seperti mayat hidup daripada manusia, sepertinya dia baik-baik saja."

Wonbin memalingkan wajahnya dengan pedih

"Dia menderita Wonbin..." desah Aeri kemudian "Aku tidak pernah melihatnya seperti ini sebelumnya."

A Romantic story about wonbin (Eunseok X Wonbin) GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang