00. The Beginning

618 58 1
                                    

"Chik?"

Chika terhenyak ketika pintu kamarnya terbuka dan sang mama memanggilnya.

"A-Apa, Ma?" Di tempatnya duduk, Chika sudah gemetaran. Terlebih Ranti berjalan mendekatinya.

"Apa yang kamu sembunyikan, sayang?" tanya Ranti, dia melihat sang anak sedang berusaha menyembunyikan sesuatu dibelakang tubuhnya.

"Bu-Bukan apa-apa, Ma." jawab Chika gugup.

"Mama mau lihat" ucap Ranti mengulurkan tangannya di hadapan Chika.

Chika beranjak berdiri dengan mempertahankan genggaman tangannya yang berusaha menyembunyikan benda itu dari mamanya.

Ranti menatap penuh tanya karena tingkah laku Chika yang tidak biasa. Kemudian dengan gerakan paksa, dia merebut benda yang di genggaman putrinya itu.

"Ma, ini bukan apa-apa," lirih Chika yang berusaha menghindar dari serangan Ranti yang tiba-tiba.

"Mama tidak percaya sebelum kamu memperlihatkan apa yang sedang kamu sembunyikan." jawab Ranti dengan tegas.

Srek

Tiba-tiba benda tersebut terlepas dari genggaman Chika. Jantung Chika berdetak dengan kencang setelah benda tersebut tergeletak di tengah-tengah antara dirinya dan sang mama. Sedangkan Ranti menatap secara bergantian pada benda dan putrinya.

Dengan tangan gemetar, Ranti meraih benda tersebut dan menelitinya dengan seksama. "Ini punya kamu?"

Karena sorot mata Ranti yang menatapnya dengan tajam membuat lidah Chika terasa kelu. Yang hanya bisa dia lakukan adalah menatap ibunya dengan sendu.

"Ma, Chika Bi-"

"Mama tanya sekali lagi. Ini punya kamu?!" Tanya Ranti dengan sorot mata yang tajam.

Kedua bahu wanita paruh baya itu merosot ketika mendapat anggukan kepala dari putri tunggalnya itu. Ranti tertawa pelan dan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Ada apa ini?" Seorang pria paruh baya datar ke kamar putrinya.

"Sayang, kenapa kamu menangis?" Angga mendekati istrinya, lalu memeluk dan menenangkan Ranti walaupun dia tidak tahu penyebab istrinya menangis.

Angga menatap penuh tanda tanya benda yang ada di tangan istrinya itu. Lalu, dengan keingintahuan yang besar, dia mengambil dan menatapnya dengan seksama.

"Ini punya kamu?" Ranti hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan tersebut.

"Lalu punya siapa?" tanya Angga penasaran.

Beberapa detik kemudian jari telunjuk Ranti mengarah pada putrinya. Angga yang melihat itu mengerutkan keningnya. "Jangan bercanda Ranti!"

"Aku tidak bercanda! Kamu tanya sendiri sama anakmu itu." Ranti berteriak histeris.

"Chika?" panggil Angga menuntun jawaban yang benar. Dan dia sangat berharap jika putri tunggalnya itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"I-Iya, Pa." lirih Chika yang mampu menusuk perasaan Angga. Penyesalan mulai menusuk di dadanya dengan perlahan, menjadikan itu sebuah rasa sakit yang Angga sendiri tidak tahu bagaimana cara mengobatinya.

Plak

Chika pasrah ketika merasakan tamparan dari papanya. Walau darah mulai menetes dari sudut bibirnya, Chika tidak protes karena memang dia merasa pantas mendapatkan itu. Akibat perbuatan yang dia lakukan dia berhasil mendapatkan tamparan untuk pertama kalinya dari sang ayah.

Sedangkan Ranti terkejut melihat suaminya memberikan tamparan yang sangat kencang pada putri tunggal mereka. Walaupun dia sangat kecewa dengan semua perlakuan yang telah diperbuat oleh Chika, tetap saja Ranti tidak terima jika putrinya mendapatkan kekerasan dari ayah kandungnya sendiri.

SaturnusWhere stories live. Discover now