1. Patah Hati

410 81 4
                                    

Tadinya aku mau update kemarin tapi lupa, jadi aku updatenya hari ini yah. 

Jangan lupa tinggalkan jejak and Happy reading


❤❤❤❤


Georgia menatap pria yang tengah berbicara dengan para sepupunya dengan tatapan memuja. Pria itu terlihat berkilau diantara seperti para sepupunya. Pria itu bagaikan permata bagi Georgia. Di mata Georgia, pria itu sangat tampan. Bukan hanya tampan, tapi juga sempurna.

Bagi Georgia, Eadric adalah pria yang selama ini sangat diidam-idamkannya. Eadric pria yang dewasa, menyenangkan dan juga lembut. Ia bahkan langsung jatuh cinta pada Eadric saat Brook mengenalkan mereka untuk pertama kali.

Sejak pertemuan pertamanya dengan Eadric, Georgia langsung menyukai pria itu dan bertekad untuk menjadikan Eadric suaminya suatu saat nanti. Tapi harapan itu sempat hilang ketika ia mengetahui Eadric menjalin hubungan dengan wanita lain.

Saat itu Georgia mengalami patah hati yang berkepanjangan. Ia mengurung diri di kamar selama beberapa hari, enggan makan dan melakukan kegiatan lain sehingga membuat kedua orang tuanya dan juga sang kakak khawatir. Hal itu membuat Georgia sadar bahwa apa yang dilakukannya salah. Ia tidak seharusnya membuat keluarganya khawatir. Patah hati adalah hal yang biasa dalam hidup, yang terpenting adalah bagaimana ia bisa bangkit seolah tidak terjadi apa pun.

Waktu terus berlalu dengan cepat, Georgia terus berusaha melupakan apa yang dirasakannya pada Eadric tapi tetap saja ia mencintai pria itu. Georgia hampir menyerah dengan perasaannya sampai akhirnya Georgia yakin kesempatan itu akhirnya tiba juga untuknya karena ia tidak pernah mendengar berita tentang Eadric menjalin hubungan dengan wanita lain setelah berpisah dari mantan kekasihnya.

Hal itu tentu saja tidak akan disia-siakan Georgia. Ia akan mengatakannya apa yang selama ini dirasakannya pada Eadric karena ia yakin Eadric juga memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

Berbekal keyakinan itulah, Georgia meminta Eadric menemuinya di halaman belakang yang cukup sepi. Tidak ada yang menyadari dirinya dan Eadric pergi karena saat ini semua orang tengah sibuk berpesta.

Georgia berdiri gelisah di bawah pohon rindang. Ia meremas kedua tangannya dan berjalan kesana kemari, menunggu dengan jantung berdebar kedatangan Eadric.

Wajah Georgia langsung sumringah melihat Eadric berjalan ke arahnya. Jantungnya terasa melompat keluar ketika Eadric berjalan semakin dekat ke arahnya. Sontak ia tersenyum lebar menyambut kedatangan pria yang menjadi pujaan hatinya itu selama ini.

"Ada apa, Georgia? Kenapa kau memintaku menemuimu disini?" tanya Eadric begitu ia berdiri di depan Georgia.

Georgia tertunduk malu, sambil meremas kedua tangannya, Georgia berkata. "Maaf, tapi ada yang ingin aku katakan padamu, Eadric."

"Hal penting apa yang ingin kau sampaikan padaku sampai kita harus bertemu seperti ini, Georgia?" kening Eadric berkerut ketika melihat kedua pipi Georgia yang merona. "Apa kau tengah jatuh cinta pada seseorang?" tebak Eadric.

Georgia langsung menatap Eadric dengan wajah terkejut. "Apa terlihat jelas?"

Eadric tersenyum. "Kedua pipimu merona," Eadric mengelus pipi Georgia lembut, membuat warna merah di pipi putih wanita itu menyebar semakin luas. "Aku sering melihat hal yang sama pada seorang wanita saat mereka tengah menyukai seorang pria. Jadi katakan padaku, apa kau tengah menyukai seseorang? Siapa pria beruntung itu?"

Georgia menggigit bibir bawahnya. Jantungnya bertalu kencang sehingga memekakan telinganya.

Seharusnya tidak sulit bagi Georgia untuk mengatakan siapa pria yang disukainya karena pria itu sendirilah yang saat ini tengah bertanya padanya. Tapi setiap kali melihat Eadric entah kenapa Georgia selalu kehilangan kata-kata yang ingin disampaikannya. Eadric selalu saja membuatnya grogi dan tidak percaya diri. Sebesar itu memang efek dari Eadric untuk dirinya.

"Kenapa kau diam? Coba aku tebak, apa aku mengenal pria itu sehingga kau ingin mengatakannya kepadaku?"

Georgia menatap Eadric lekat lalu mengangguk pelan.

Eadric yang melihat Georgia seperti itu tertawa pelan dan mengusap puncak kepala wanita itu dengan lembut. Baginya Georgia adalah adik kecil yang sangat menggemaskan. Ia bahkan menyukai Georgia saat Brook pertama kali mengenalkan mereka.

"Kalau begitu katakan padaku siapa pria itu. Jika kau tidak berani mengatakan perasaanmu padanya, biar aku yang menemuinya dan mengatakan perasaanmu padanya, bagaimana?"

"Apa kau tidak akan marah kalau seandainya aku mengatakannya padamu?"

"Kenapa aku harus marah? Kalau pria itu menyakitimu tentu saja aku akan marah padanya," Eadric membungkuk sehingga tingginya dan Georgia sejajar. Georgia adalah wanita bertubuh paling mungil yang pernah dijumpai Eadric. Tidak heran jika ia selalu merasa gemas ketika berhadapan dengan Georgia dan selalu ingin melindungi wanita itu layaknya seorang kakak kepada adiknya. "Jadi katakan padaku siapa pria yang telah membuatmu jatuh cinta. Aku tidak akan memukulnya jika itu yang kau khawatirkan."

Georgia tersenyum. Ia tahu Eadric akan menjaganya seperti Brook menjaganya selama ini. Itu yang membuat Georgia semakin menyukai pria itu. Di mata Georgia, Eadric adalah pria sempurna yang pasti akan menyempurnakan hidupnya.

"Aku..." Georgia menghela nafas, membulatkan niat untuk mengakui perasaannya selama ini. Ini adalah kesempatan emas yang dimilikinya. Ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan matanya. Sekarang atau tidak sama sekali. "Aku menyukaimu, Eadric. Kaulah pria yang selama ini aku sukai."

Setelah mengatakan hal itu Georgia kembali menundukkan wajahnya sehingga ia tidak bisa melihat perubahan wajah Eadric begitu mendengar pengakuannya. Pria yang tadinya menatapnya lembut itu kini tatapannya berubah dingin dan terlihat menakutkan.

"Kau pikir apa yang baru saja kau katakan, Georgia?"

Suara dingin Eadric-lah yang pada akhirnya membuat Georgia kembali mengangkat wajahnya. Ia tertegun ketika manik birunya beradu dengan manik coklat Eadric yang tengah menatapnya tajam.

"A... aku... aku hanya..."

"Aku tidak mencintaimu jika itu yang ingin kau dengar," sambar Eadric cepat. Ia benar-benar tidak ingin mendengar apa pun dari Georgia mengenai perasaan wanita itu. Eadric sudah menganggap Georgia seperti adiknya sendiri. Tidak ada perasaan sedikitpun yang dirasakannya terhadap wanita itu.

"Bagiku kau tidak lebih seorang adik, itulah yang membuatku selama ini bersikap baik padamu. Tidak seharusnya kau memiliki perasaan seperti itu padaku. Lagipula aku tidak mungkin jatuh cinta padamu karena seperti yang aku katakan sebelumnya, bagiku kau hanyalah seorang adik. Jadi aku mohon padamu singkirkan perasaan apa pun yang saat ini kau rasakan padaku karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa membalas perasaanmu."

Georgia menggigit bibir bawahnya. Respon Eadric terlalu mengejutkannya. Ia tidak menyangka jika Eadric akan menolak cintanya. Ternyata sikap baik dan penyayang yang selama ini Eadric tunjukkan adalah karena pria itu menganggapnya seorang adik.

"Aku mengerti, maafkan aku. Aku hanya ingin mengakui apa yang aku rasakan padamu," kata Georgia lirih. Ia menahan air mata yang mendesak keluar dan berbalik. Ia tidak ingin Eadric melihatnya menangis. Ia tidak ingin dikasihani apalagi setelah melihat bagaimana cara Eadric menatapnya. "Kau tidak perlu khawatir, mulai sekarang aku akan belajar melupakanmu dan perasaan yang aku rasakan kepadamu. Sekali lagi maafkan aku."

Georgia sudah akan pergi tapi langkahnya terhenti ketika manik birunya bertemu dengan manik coklat seorang pria yang tengah menatapnya lekat. Georgia tidak harus mencari tahu kenapa pria itu menatapnya seperti itu karena Georgia yakin pria itu pasti tengah mengasihaninya saat ini.

Siapapun yang melihatnya saat ini tentu akan mengasihaninya. Bagaimana tidak, ini adalah jatuh cinta pertamanya sekaligus patah hati pertamanya.

Menyedihkan, bukan?



❤❤❤❤

31122023

FALL IN LOVE (SEQUEL OF SEASON SERIES#2)Where stories live. Discover now