37. Apapun untuk Kaivan

20 2 0
                                    

Keluargaku memang tak ada yang memperdulikanku tapi aku punya mereka yang selalu memperdulikanku dan akan melakukan apapun untukku- Kaivan.

Aku bangga mengatakan itu.
            
 

                    

*
               
 

      

🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️
     

        
        
         
      
                                             
                                 
       

          
         
             
                  

                                 

"Kaivan bangun . . . Kaivan,"

"Kavy butuh bantuan kita,"

"Gue hitung sampai 3 kalo lo nggak bangun gue . . . gue . . . Gue nggak mau temenan sama lo lagi, ngerti!"

"Satu,"

"Dua,"

"Ti . . .  Ooh lo bener-bener nggak mau bangun,"

"OKE,"

Brakk

Suara itu terdengar lirih ditelinga Kaivan lirih tapi tegas dan begitu jelas didengar, tapi Kaivan tidak bisa menuruti apa yang ia dengar, tubuhnya begitu sakit badannya gemetar. Kaivan rasa seperti berada didunia lain karena hanya kegelapan yang ia lihat.

Dia ingin membuka matanya tapi matanya terasa sulit dibuka dan badannya juga ingin dia gerakan tapi sepertinya dia tak mampu badannya begitu lemah, dadanya sesak ia rasa seperti berada di tempat dimana tidak ada tempat kembali dan tempat dimana hanya rasa sesak yang ia rasa.

Dia ingin sekali membuka matanya saat ada seseorang yang memanggilnya tapi dia begitu lemah. Teriakan, tangisan dan cara orang itu membangunkannya rasanya Kaivan ingin langsung membuka matanya. Tapi ada ketakutan didalam dirinya, takut akan kehilangan lagi orang yang ia cintai, takut dia akan hidup sendiri, takut tidak bisa menepati janjinya.

Ia takut jika saat dia membuka matanya tidak ada orang yang berharap dia bangun lagi. Rasa sepi, takut, sakit menjadi satu sampai Kaivan tak mampu membuka matanya.

"Sayang bangun sayang,"

"Ini mamah, mamah bisa jaga diri mamah sendiri, jangan ikuti mamah!"

"Kamu janjikan akan menjaga orang yang kamu cintai,"

"Kembalilah pada mereka!"

"Kaivan kembali pada mereka yang membutuhkanmu dan kamu tidak sendiri ada mereka, jangan takut hidup sendiri sayang,"

"Bangun lah Kaivan!"

Mendengar suara yang terdengar lembut itu tiba-tiba Kaivan meneteskan air matanya, apa dia harus membuka mata dan kembali pada mereka? apa ketakutan itu hanya perasaaannya? apa ada yang membutuhkan keberadaannya?

Tiba-tiba saja dengan seketika seperti ada sesuatu yang menghantamnya dan membuatnya . . .

uhuk uhuk uhuk

Kaivan terbatuk nafasnya terengah saat dia merasa ada sesuatu yang mendesaknya dan perlahan-lahan membuka matanya yang terasa berat.

"Aksay,"

Lima Pandhawa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang