#65 : Arrow Generation

77 8 0
                                    

Sebaiknya kita update sebelum tahun berganti

Enjoy!

*

Tangan raksasa dari Chisaki yang telah berubah wujud dengan mengubah rekannya menjadi hujan darah berdebum di sampingku sementara tubuh besarnya mendekat ke arahku.

Aku menelan ludah seraya mundur selangkah. Mau tidak mau aku merinding juga melihat wujudnya yang sekarang. Dia melakukan ini karena dendam pada Ibu, kenapa aku yang harus menjadi pelampiasannya sekarang.

Chisaki meraung dan salah satu tangannya yang paling besar mengayun ke arahku. Aku berhenti mengeluh dalam hati dan segera membuat tameng cahaya untuk melindungi diri. Bahkan tameng cahaya itu terlalu lemah untuk menghadapi pukulannya. Aku terhempas beberapa meter dan terbanting ke dinding batu.

“Dimana kekuatanmu yang dulu, Seiya?” Kudengar Chisaki berdesis dengan suara berat yang bergema mengerikan. “Tunjukkan kekuatanmu dan lawan aku!”

Sulur sulur batu melesat ke arahku yang masih terpaku di dinding tempatku terhempas. Aku segera bergerak ke samping dan berlari cepat mengelilingi Chisaki sambil berpikir keras sementara sulur sulur batu itu terus mengejarku. Mereka berdebum di sekitarku, menghancurkan setiap tanah yang baru kupijak menjadi serpihan.

Aku meluncur ke balik tembok batu ketika kehilangan pijakanku karena sulur batu itu berhasil membidik kakiku. Aku terengah dan mengatur napas seraya bersembunyi dari monster itu.

Suara Chisaki kembali menggema di dalam lubang itu. “Bersembunyi, Seiya? Hanya itu yang bisa kau lakukan sekarang? Menyedihkan!”

Aku mendengar Chisaki tertawa lalu menarik napas tajam sebelum berseru kencang, “MENYEDIHKAN! Kalian para Seiya menyedihkan! Kalian hanya bisa bersembunyi saat ini, hah?! Kemana nafsu membunuh kalian yang dulu?! Nafsu untuk menghancurkan dan menguasai! Kemana semua itu?! DIMANA SEIYA YANG DISEBUT KETURUNAN IBLIS ITU?!!”

Aku mengatupkan rahang dengan geram ketika mendengarnya lagi lagi tertawa lepas setelah mengatakan itu. Sesuatu dalam hatiku bergejolak. Perasaan marah saat keluargaku, klanku diolok olok. Api amarah yang sama seperti waktu itu. Ketika tubuhku terbanting keras ke dinding toilet oleh seseorang. Dan ketika dia meremehkanku dan mengolok olok aku dan klanku. Amarah yang sama dengan yang mengawali semua ini. Aku merasakannya lagi.

“Lucu sekali! Inikah klan iblis Seiya yang dulu ditakuti?!” Chisaki berseru lagi, “lucu sekali! Karena sekarang klan iblis itu hanyalah KLAN IBLIS PENGECUT!!”

Itu adalah finalnya ketika aku melompat keluar dari balik dinding batu dengan membidikkan busur dengan panah yang berkilau biru terang dengan kilatan kilatan petir. Pupil mataku mengecil ketika menatap tajam ke arah monster di depanku dengan wajah gelap, hanya diterangi kilatan kilatan petir dari panahku.

“Berisik sekali kau mengoceh, gagak sialan.”

Aku hanya butuh satu kalimat bernada dingin yang menusuk jantungnya untuk membuat monster itu menutup mulutnya dan terpaku, sementara aku menarik busurku dan melepaskan panah petir ke arahnya.

“Lightning Arrow. Gandakan.”

Suara lengking pelan yang biasanya muncul sebelum petir menyambar bergema nyaring dari satu panah biru yang melesat ke arahnya dan membuatnya tersadar. Namun sudah terlambat baginya untuk menghindari ketika dilihatnya panah itu menggandakan diri menjadi puluhan lalu ratusan. Sepersekian detik berlalu dalam keheningan sebelum suara menggelegar ratusan petir menyambar tubuh besar Chisaki.

Aku mendengar villain itu mengerang kencang ketika tubuhnya pasrah menerima sambaran petir. Itu anehnya membuat jantungku berdebar. Suara erangan kesakitan itu membuatku puas. Tanpa aku sadar, seringai muncul di bibirku ketika petir masih berkilat kilat di depanku. Dan aku baru menyadari itu ketika petir berhenti menyambar diiringi sosok besar Chisaki tampak berubah gelap dan terhuyung huyung pelan.

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now