#52 : Fulfill a Promise

92 17 0
                                    

Hidup ini entah kenapa makin kesini makin kesana

Dahlah enjoy

*

Kami bertiga berjalan beriringan di sisi sisi tebing batu. Mataku meneliti setiap jengkal bebatuan, mencari korban lain. Belum lama kami berjalan, terdengar suara tangisan anak kecil tak jauh dari tempat kami berdiri.

Kami saling berpandangan lalu bergegas menghampiri asal suara.

"Ketemu !" seruku melihat seorang anak kecil yang terjebak di batu yang menempel di sisi tebing.

"Kami akan segera menyelamatkanmu !" Kirishima mencoba mengulurkan tangannya sambil berpegangan pada pinggiran tebing. Namun letak batu itu masih terlalu jauh.

"Seseorang harus turun ke situ," aku memutuskan, "biar aku saja. Pijakan batu itu bisa saja rapuh dan aku yang paling ringan di antara kita."

Kirishima mengangguk, "wakatta. Berhati hatilah, Ryuna."

"Kalau kau jatuh kau akan terluka parah lho," celetuk Bakugo menakut nakuti walau aku tahu sebenarnya dia juga khawatir.

Aku melompat ke pijakan batu tempat anak itu terjebak. Ketika aku mendarat, kerikil dan batu batu kecil rontok ke bawah menandakan pijakan itu tidak kokoh seperti dugaanku. Aku cepat cepat memeriksa keadaan anak itu. Selain kepalanya yang sedikit berdarah, sisanya baik baik saja.

Aku tersenyum padanya kemudian mengangkat tubuhnya, menyerahkannya pada dua rekanku di atas, "kalian bisa membantuku ?"

Kirishima hendak menyambutnya.

BUM!!

Belum sempat anak itu sampai di tangannya, terdengar suara ledakan dari seberang arena kemudian disusul ledakan beruntun di sekitar kami. Tebing itu bergetar. Batu batu besar dan kecil berjatuhan.

"Cepatlah, Kirishima ! Bawa dia ke tempat yang aman !" aku memberi perintah. Kirishima buru buru mengangkat anak itu sambil memandang ragu padaku. "Jangan cemaskan aku," lanjutku lagi.

"Saat ini telah terjadi serangan besar oleh villain !" suara Mera bergema di seluruh arena. Ternyata skenario selanjutnya.

"Cepatlah naik !" Bakugo mengulurkan tangannya padaku.

Aku bergegas menggapai uluran tangannya. Namun, pijakan batu itu sudah keburu runtuh tertimpa batu. Tubuhku meluncur jatuh bersamaan dengan reruntuhan batu batu.

"RYUNA !!"

Bakugo melompat menolongku. Dia menangkap pinggangku tepat sebelum tubuhku menghantam tanah. Belum sempat aku menarik napas, bongkahan batu besar sudah meluncur di atas kepala, siap menimpa kami. Bakugo mengangkat tangannya menghancurkan batu besar itu dalam sekali serang.

"Terimakasih. Aku selamat," aku menghela napas lega, "aku harap yang lainnya baik baik saja. Kita susul mereka ?"

Bakugo mengangguk. Dia meraih pinggangku lagi, membuatku memekik kaget, "hii ! Kau mau apa hah ?!"

"Diamlah ! Kelamaan kalau jalan !" Bakugo lalu melesat terbang ke udara menggunakan sebelah tangannya yang meledak ledak. Aku dibawanya serta.

Di seberang arena sana terlihat tornado api yang berputar. Para peserta lain juga tampak sedang bertarung melawan para villain. Aku berpikir dimana Akira saat ini.

"Itu Kirishima !" aku menuding ke bawah setelah melihat rambut merah Kirishima yang mencolok.

TENGG!!

Tepat setelah kami mendarat di samping Kirishima, alarm berbunyi. "Saat ini, semua HUC sudah berhasil diamankan dari area berbahaya."

"Eh sudah selesai ?" aku berkata heran.

RELEASED || BNHA X OCOnde as histórias ganham vida. Descobre agora