#76 : A Path To Become A Leader

60 5 7
                                    

Ada kemungkinan mingdep libur dulu yes 🙏

Maafkan saya yang hanya manusia biasa yang gasuka sibuk tapi terpaksa

Enjoy!

*

"Eirene," suaraku memanggil namanya ketika aku merasakan pemiliknya duduk di sampingku. Keberadaannya hampir seperti hantu, hanya aku yang dapat melihatnya. Tapi aku tidak sedikitpun menoleh padanya. Tatapanku terkesan dingin menatap ke bawah dari atap pabrik ketika Iida sedang mengatur penduduk yang akan dievakuasi lalu beralih ke hamparan langit dini hari yang masih gelap, "aku merasakan keberadaanmu makin pudar akhir akhir ini."

Gadis itu tertawa getir. Rambut emasnya yang berkibar tertiup angin masih tampak berkilau walaupun dalam gelap. "Yah, kau benar. Berarti memang artinya aku akan segera pergi, Ryu."

Baru kali ini aku akhirnya menoleh padanya dengan cemas dan penuh tanya, "kau akan menghilang? Dan menyerahkan Blanche sepenuhnya padaku?"

Eirene mengangguk sebagai jawaban, senyum lembut terukir di wajahnya, "kurasa waktunya datang lebih cepat dari yang aku kira."

"Sou ka," aku menundukkan kepalaku, melirik ke arah kerumunan orang di bawah sana.

Fajar akan segera menyingsing dan kami mulai melaksanakan rencana yang kami sudah susun beberapa jam sebelumnya. Entah bagaimana, aku mengambil peran yang cukup penting dalam penyusunan rencana itu. Aku akan berusaha menjadi pemimpin untuk kali ini saja walaupun tidak bisa dibilang memimpin juga karena kami bekerja sama disini.

"Kita ketahui bahwa ada empat villain dan satu sudah kita amankan jadi ada tiga villain yang harus kita urus," Midoriya yang menyimpulkan situasi seraya menggelar peta pulau di atas meja. Dia lalu menunjuk sebuah daratan kecil di sisi Pulau Nabu, "menurutku kita gunakan reruntuhan benteng ini sebagai markas kita sehingga para villain hanya punya satu rute untuk kesana."

Aku bahkan tidak tahu di sebelah sana ada pulau kecil. Entah bagaimana si rambut hijau ini mengetahuinya. Kurasa dia sudah bepergian keliling pulau sebelum ini.

Midoriya menunjukkan salah satu titik di pesisir daratan kecil itu dimana jalanan pasir ramping yang menghubungkan Pulau Nabu dengan daratan kecil itu berakhir, "aku berencana untuk memisahkan mereka. Kita akan lakukan itu disini dengan menggunakan tanah. Penduduk akan dievakuasi di gua gua yang ada di balik reruntuhan dan kita akan lindungi Mahoro dan Katsuma sebisa mungkin. Kurang lebih begitu garis besarnya."

Aku mengangguk paham. Ternyata kakak Katsuma namanya Mahoro. Benar juga, aku tidak pernah menanyakannya. Baiklah, sekarang saatnya aku mengurus strategi.

"Aku mengetahui sesuatu ketika aku sempat melawan Nine ketika Midoriya dan Bakugo tumbang," aku memulai seraya menopang satu tanganku di meja, "dia mendadak terlihat kesakitan setelah dia mencoba mengambil quirkku. Kurasa kondisinya akan seperti itu ketika dia menggunakan quirknya terlalu sering karena itulah dia membutuhkan Katsuma. Dia membutuhkan quirk regenerasi sel untuk memulihkan tubuhnya saat menggunakan quirk."

"Benar. Aku sempat melihatnya sebelum aku pingsan," timpal Midoriya menyetujui, "jadi kau akan memanfaatkan itu?"

Aku mengangguk lalu menunjuk pada peta, "khusus untuk Nine, kita akan serang dia secara bergelombang setelah kita memisahkan mereka bertiga."

Aku lalu menjelaskan rencanaku dan memutuskan siapa siapa saja yang akan berada di setiap gelombang, juga siapa siapa saja yang akan mengurus dua villain lainnya. Aku memutuskan untuk menempatkan Akira bersama Todoroki dan timnya untuk mengurus si kepala serigala sedangkan aku akan berada di daerah Nine.

Aku hampir selesai hingga menyusun pertahanan terakhir ketika Bakugo menginterupsi karena namanya belum kusebutkan sejak tadi, "oi aku yang akan menghabisinya di akhir!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RELEASED || BNHA X OCWhere stories live. Discover now