Lembar ke 81 - Kunjungan (1)

178 25 9
                                    

Pagi sekali, Pangeran Kumbaraka beserta orang-orangnya bergerak meninggalkan Desa Bayangan Hijau untuk kembali ke negeri Talawi.

"Ingat, jangan bocorkan kepada Gusti Prabu kalau mempelai sang kepala desa parasnya mirip dengan Wisnu!" ucap Kumbaraka meminta orang-orangnya merahasiakan hal mengejutkan itu. Hal itu karena dia tidak ingin membuat sang kakak terkejut sekaligus merana.

"Baik Gusti!" Jawab seorang pengawalnya. Beberapa pengawalnya yang lain tampak mengusung berbagai peti yang ternyata adalah upeti dari Desa Bayangan Hijau buat negeri Talawi sebagai ucapan terimakasih karena telah diberi tanah merdeka. Upeti itu berupa kain tenun, beberapa puluh keping emas, manisan buah kering, arak anggur dan juga aneka kerajinan.
***

Pradipto menyambut kepulangan rombongan sang adik dengan bahagia.

"Bagaimana Dinda? Menyenangkankah perjalananmu kali ini?" Tanya Pradipto.

Kumbaraka tersenyum.
"Tentu saja kanda, Desa Bayangan Hijau benar-benar indah, dikelilingi tebing, perkebunan dan persawahan yang asri, juga air terjun yang gagah. Benar-benar layak jadi tempat plesiran di waktu senggang, apalagi disana banyak gadis-gadis cantik berambut pirang" Kumbaraka sedikit berbohong, karena kenyataannya ada satu hal yang mengganjal pikirannya yaitu sosok Ashkar yang mirip dengan Wisnu. Nyaris tak ada bedanya.

Selanjutnya Kumbaraka mempersembahkan upeti dari Desa Bayangan Hijau. Putri Gandari langsung tertarik dengan kain-kain tenun bermotif indah, bahkan perempuan itu langsung mencobanya. Begitu juga dengan kerajinan perhiasan, meski tidak terbuat dari emas namun perhiasan itu tampak begitu cantik dan unik.

Pradipto dan Kumbaraka lebih memilih menikmati arak anggur.

"Luar biasa! Ternyata kau benar dinda, arak dari desa itu benar-benar nikmat" puji Pradiptk yang mengagumi arak yang barusan diteguknya, arak terbaik yang pernah dicicipinya.

"Hati-hati kanda, jangan terlalu banyak! Nanti kau mabuk" ingat Kumbaraka.

"Biarlah dinda, agar kandamu ini bisa lupa sejenak akan beban hati dan pikirannya selama ini" kilah Pradipto seraya meneguk kembali secangkir arak.
***

Dua bulan berlalu cepat, dan ternyata Putri Gandari hamil, karuan saja Pradipto menjadi pucat, dia diantara kebimbangan antara senang atau justru sedih karena merasa bersalah.

Senang karena akan menjadi ayah, namun juga sedih karena merasa bersalah karena telah menghianati Wisnu. Dia tidak tahu bahwa anak yang dikandung Gandari bukanlah darah dagingnya, melainkan titisan dari Datuk Segala Sesat yang terkadang masih sering menemui perempuan itu secara diam-diam buat bercinta.

Sedangkan di Desa Bayangan Hijau, Ashkar dan Garik hidup dengan bahagia, perkebunan mereka semakin maju, bahkan banyak kerajaan tetangga yang membeli hasil kebun mereka dengan harga mahal. Hasil panen selalu melimpah hingga dalam waktu singkat kemakmuran desa itu meningkat pesat. Desa itu menjadi desa terkaya diantara desa-desa di negeri-negeri sekitarnya.

Lambat laun kabar kemajuan desa itu sampai pula ke telinga Pradipto. Dia tertarik ingin mempelajari kelebihan perkebunan tata cara perkebunan dan pertanian di desa itu. Hingga dia mengundang kepala desa itu tepat di bulan-bulan dimana Putri Gandari akan melahirkan.

Di balai agung desa Bayangan Hijau Garik tengah bimbang, dia baru saja menerima sepucuk surat dari Prabu Pradipto yang dibawa seorang utusan.
Surat berisi undangan buat berkunjung ke istana Talawi, kedatangan ingin menolak namun tidak enak. Bagaimana pun, meski desa mereka merdeka namun semua itu tak lepas dari jasa Prabu Panduka, raja negeri Talawi sebelumnya. Namun jika memenuhi undangan itu Garik takut ketahuan bahwa dia telah mempersunting Ashkar  yang tak lain dan tak bukan merupakan mantan pendamping hidup dari prabu Pradipto sendiri.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Onde histórias criam vida. Descubra agora