BAB 5

4 2 0
                                    

          Setelah dari mall bertemu dengan Meysha, Syafira langsung pulang ke rumah. Saat ini ia sedang berada di kamar dan memikirkan sifat Rafael kemarin di telepon. Menurutnya, Rafael jarang berbicara tapi dipikir dulu. Dibenak Syafira pun mulai bertanya-tanya.
         
“Apa yang dipikirin Rafael ya?”

“Ga biasanya lho dia ngomong terus dipikir dulu baru ngomong apa”

“Dia langsung ceplas-ceplos aja. Aneh deh” ujarnya
Namun, dia tersadar bahwa pikiran dia tentang Rafael ini sudah cukup jauh.

“Duh Firrrrr, ngapain sih mikir kayak gitu. Kamu udah ga percaya sama Rafael?”

“Udah ah jangan mikir yang begitu-begitu lagi” ucapnya.

          Saat ini keluarga Wicaksono sedang menikmati makan malam bersama.
         
“Kata mami, Rafael mau masuk Islam ya Fir?” tanya Mahatir membuka percakapan

“Oh, iya pi” jawab Syafira

“Papi ga percaya” ujar Mahatir

Mendengar pernyataan papinya tersebut, Syafira terkejut.

“Lah? Kenapa pi?” tanya Syafira bingung

“Fira, mana mau si Rafael masuk agama kita” jawab Mahatir yang seolah-olah akan memulai perdebatan antara dia dan Syafira

“Papi, jelas-jelas kemarin Rafael bilang ke Fira kalau dia mau masuk Islam” balas Syafira

“Kenapa mendadak banget dia mau masuk agama kita? emang orang tuanya sudah tahu?” tanya Mahatir

“Yaaa karena dia ga mau Fira diambil sama yang lain. Kalau urusan orang tua, Rafael bilang dia akan memberi tahu semuanya” jawab Syafira

Mahatir menghembuskan nafas, bagaimana bisa anaknya mempunyai pemikiran seperti itu.

“Nak... ga ada istilah ambil-mengambil atau apalah itu, kalau memang udah jodoh pasti akan bertemu. Dan kalau Rafael memang sudah ditakdirkan untuk kamu, papi ga bisa berbuat apa-apa,”

“Untuk masalah agama, papi masih berat hati untuk membahasnya, biarlah itu urusan Rafael dengan tuhannya. Papi hanya berdoa yang terbaik saja” jelas Mahatir dan kembali menyelesaikan makannya.

          Dikamarnya Syafira termenung, memikirkan ucapan papinya tadi.
         
“Diawal papi bilang kalau ga percaya Rafael mau masuk Islam,”

“Terus, diujung papi bilang “kalau Rafael memang sudah ditakdirkan untuk kamu, papi ga bisa berbuat apa-apa”  “untuk masalah agama, biarlah itu urusan Rafael dengan tuhannya”  berarti, papi udah setuju dengan hubungan aku dan Rafael dong?”

“Eh, iya lho, dari kalimatnya itu. Aaaaaaa seneng banget!!” ujar Syafira

“Ini harus dikasih tau nih sama Ael sayang” sambung Syafira lagi seraya meraih telepon genggamnya

           Seberang sana tampak seorang lelaki tengah memikirkan hidupnya kedepan. Tetapi lamunannya buyar ketika telepon genggam dia berbunyi.
          
“Haii Aelll!” ucap Syafira tersenyum lebar

“Eh hai” jawab Rafael singkat

“Kok cuma gitu doang sih jawabnya. Ada masalah ya?” tanya Syafira

“Ya, ada Fir. Maaf, aku ga bisa ceritain ini semua ke kamu. Kalau aku ceritakan semuanya, kamu pasti bakalan benci banget sama aku,”

“Aku benar-benar hilang arah Fir, aku udah ga tau gimana kelanjutan hubungan kita. Kalau kita ujungnya memang ga bisa bersama, aku ikhlas Fir,”

“Maafin aku”  ujar Rafael dalam hati

Sedangkan Syafira dari tadi menunggu jawaban Rafael tak kunjung datang.

“Halo? Ael?” tanya Syafira lagi

Rafael pun tersingkap akan lamunannya tadi.

“I-iya sayang” jawab Rafael

“Kamu kenapa tadi diem aja?” tanya Syafira lagi

“Engga sayang tadi aku ke bawah mau ambil minum terus lupa ngasih tau kamu” jawab Rafael ngasal

“Ooh, eh Ael, kamu tau ga, kalau papi udah ngerestuin hubungan kita!!” ucap Syafira semangat

“Hah?!” ucap Rafael kaget kenapa papinya Syafira tiba-tiba merestui hubungan mereka dengan keadaan Tania yang meminta pertanggungjawabannya

“Iyaaa Ael, serius,”

“Masalah tunangan itu nanti aja, yang penting kamu ucapkan syahadat aja dulu” sambung Syafira

“Tolong jangan berekspektasi tinggi, kita udah ga bisa Syafira”  ucap Rafael dalam hati dan tanpa ia sadari, air matanya turun

“Iya Fira, nanti ya, aku bakal secepatnya kok ngelakuin itu semua, tenang aja ya” balas Rafael seraya menenangkan Syafira

“Okey, aku tahu itu bakal butuh mental yang kuat, aku paham kok Ael. Maaf ya kalau sekiranya aku memaksa kamu” ucap Syafira meminta maaf

“Iya gapapa sayang” jawab Rafael

“Yaudah, aku tutup yang teleponnya, aku cuma ngasih tau itu aja sama kamu” ujar Syafira seraya menutup teleponnya.

Sembilan bulan kemudian. . . . .

          Memasuki usia kehamilan sembilan bulan, Tania, sudah berada di Amsterdam, Belanda. Orang tuanya mengirim Tania, agar nanti jika dia menikah dengan Rafael, rekan-rekan bisnis mereka tidak mengetahui hal ini. Kebetulan juga, orang tua Tania memiliki kediaman keluarga di Amsterdam.
         
“HPL kamu kapan nak?” tanya Gracia

“14 Januari, ma” jawab Tania

“Oke, mama beres-beres dulu ya” ucap Gracia dan pergi meninggalkan Tania sendirian

         Di Indonesia, Rafael sudah didesak oleh kedua orangtuanya untuk pergi menyusul Tania namun, Rafael terus menunda-nunda. Bukan tanpa sebab Rafael menunda kepergian dia ke Belanda sebab, ia masih memikirkan Syafira. Ia tidak sanggup untuk meninggalkan Syafira.
        
“Rafael, ayolah, Tania sebentar lagi lahiran dan kamu akan tes DNA disana” ucap Andrew

“Iya pa iya, tapi tunggu dulu, aku masih mikirin gimana caranya ngomong dengan Syafira pa” jawab Rafael

“Syafira Syafira Syafira lagi, dia aja terus yang kamu pikirkan. Pikirkan tentang diri kamu Rafael. Udahlah Syafira itu, putuskan saja dia” balas Andrew

“Ga semudah itu ya pa!!” sambung Rafael

“Bilang aja ke dia kalau kamu ada urusan bisnis di Belanda, pasti dia percaya kok” ucap Andrew memberikan sebuah ide untuk Rafael

Rafael berpikir sejenak tentang ide yang diberikan oleh papanya, dan ia pun merasa itu adalah alasan yang tepat.

Rafael pun langsung berlari ke kamarnya dan menelepon Syafra, karena jika semakin ditunda orang tua Tania dan orang tuanya akan makin memaksanya.

“Halo sayang, ada apa?” tanya Syafira dari seberang sana

“Hmm, sayang maafin ya kalau kita harus LDR,”

“Ada urusan bisnis di Belanda, papa ga bisa kesana karena harus handle yang di Jakarta. Jadinya, papa suruh aku yang ke Belanda” ujar Rafael yang begitu sangat meyakinkan

“Gapapa kok sayang, lagipula kamu kesana karena urusan bisnis kan, jadi gapapa” jawab Syafira yang sudah dibohongi oleh kekasihnya tersebut.

         Ketika selesai memberitahu (membohongi) sang kekasih, Rafael langsung membereskan semua pakaiannya untuk ke Belanda bersama kedua orang tuanya.
Tak lama, hari itu juga Rafael dan keluarganya terbang ke Amsterdam, Belanda.

—BERSAMBUNG

Petualangan Menggapai Cinta SejatiWhere stories live. Discover now