[✨Note 17✨]

753 70 7
                                    

Halo lagi para pembaca setia saya! hari ini saya akan meng-upload chapter terbaru lagi!

Saya begitu semangat menulis karena sekarang sedang tahun baru dan sudah lama saya tidak melanjutkan untuk menulis!

Selamat membaca para pembaca setia saya!

.

Solar menatap ke arah Lana yang tadi secara tiba-tiba menggebrak meja, dia begitu terkejut dan perilaku itu tidak diduga-duga bagi Solar bahkan Lucano sekalipun.

Akhirnya hanya ada keheningan di antara mereka bertiga, kecanggungan tiba-tiba datang tanpa diundang karena Solar yang biasa mencairkan suasana juga ikut diam merasakan aura mood buruk dari Lana.

"Hentikan omong kosong mu, aku bukan iblis dan adikku tidak dirasuki oleh iblis!" bentak Lana terdengar begitu marah dan jengkel, dia menatap tajam ke arah Solar sembari Solar baru menyadari bahwa dia melakukan hal yang salah.

Solar tersenyum canggung dan mengangguk sambil berusaha menenangkan anak kecil di depannya sekarang yang sedang marah dengan ekspresi dan aura nya yang mengerikan.

"Baiklah. Maafkan aku, Lana." Nada suara Solar terdengar canggung dan menyesal. Intonasi nadanya terdengar begitu pelan karena campuran canggung dan rasa penyesalan.

Akhirnya Lana menjadi cukup tenang dan kembali diam tanpa ekspresi, Lucano dari tadi hanya diam karena meneliti dan memperhatikan situasi secara seksama sebelum dia menyadari ada kejanggalan dari perkataan Lana—Gena.

"Apa madsud anda dengan kata adikku?" kini Lucano membuka suaranya setelah dia diam sekian lama, dia menatap ke arah Lana dengan ekspresi datar tapi, tatapannya terlihat begitu meneliti dan curiga.

Solar juga akhirnya menyadari itu dan sekarang perhatian berpusat kepada Lana meminta penjelasan dari kata-kata nya yang begitu janggal, Solar diam sejenak dan berusaha menebak-nebak.

"Apakah kau pelindung Gena?" tanya Solar menatap ke arah Gena bingung dan heran, suaranya terdengar ragu dan tidak yakin karena memang, Solar hanya sekedar menebak-nebak saja.

Lucano yang mendengar tebakan Solar merasa itu cukup masuk akal dan akhirnya tatapannya kembali ke arah Lana.

"Benar, bisa dibilang semacam seperti itu tapi ada sesuatu yang kurang." Jawab Lana pelan tanpa ekspresi, ada rasa percaya diri di wajah Solar saat ini mendengar jawaban Lana sekaligus keheranan.

"Apa yang kurang?" tanya sekali lagi Lucano tampak heran dan tidak sabar, dia hanya ingin jawaban yang langsung tanpa basa basi. Anaknya—sesuatu yang sedang merasuki putrinya ini begitu menjengkelkan.

"Aku kakak kembarannya."

Disisi lain dan di waktu yang sama.

Terlihat seorang laki-laki sedang berdiri di depan sebuah peti yang didalamnya terdapat mayat yang masih terlihat begitu cantik, bahkan tidak hancur maupun dimakan oleh hewan rakus ketika sudah meninggal.

Laki-laki itu hanya diam sambil tangannya perlahan menyentuh pipi pucat itu, dia terdiam sejenak tanpa ekspresi sekalipun merasaakan dinginnya malam dan kesunyian malam.

"Bahkan meskipun tahun-tahun berlalu, aku tetap tidak bisa berpaling maupun melupakan mu, berlianku."

Nadanya terdengar begitu lirih dan pelan seolah-olah mayat itu dapat mendengar apa yang dia katakan, meskipun waktu telah berlalu entah kenapa dia tidak bisa melupakan manusia berjenis kelamin perempuan di depannya ini.

Rasa cinta dan rindu terus menerus memupuk dan mengakar di hatinya dan dia hanya bisa memandangi wajah sang wanita yang kini sedang memejamkan matanya dan tampak begitu cantik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

✨Menjadi Tokoh Antagonis!?✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang