BAB 1

39 13 2
                                    

Tahun 2005
Surakarta, Jawa Tengah

Malam ini langit sangatlah cerah, dimana bintang bertaburan sangatlah ramai diatas sana mengundang senyuman manis dari gadis kecil yanng kini duduk diluar rumahnya, tepatnya ia sedang duduk dibawah pohon Keres dan Mangga. Ayahnya yang membuat tempat duduk tersebut yang berada diantara dua pohon besar.

Gadis berusia 4tahun itu bersikap layaknya orang dewasa, ia menatap langit seakan sedang termenung karena beratnya kehidupan. Namun, kenyataannya memang seperti itu.

Gadis tersebut memiliki nama Wendy, ia murah senyum dan memiliki hati yang sangat baik. Kesehariannya bermain layaknya anak pada umumnya, namun ada kalanya juga ia akan membantu Ibunya untuk mengurus Adiknya yaitu Joy yang berusia 2 tahun.

"Nih susunya," seorang perempuan yang lebih dewasa dari Wendy menyodorkan segelas Susu putih, ia adalah Kakak sulung Wendy yaitu Irene. Mereka adalah empat bersaudara, dengan Irene yang kini berumur 24 tahun. Jarak umur mereka sangat jauh.

Wendy yang awalnya tampak antusias mendadak kesal, "Kak, tadikan Wendy  udah bilang ke Ibu buatin Susu Coklat bukan putih ihh!!!"

"Ibu tadi buru-buru, Adikmu Joy nangis terus soalnya. Jadi Kakak yang anterin Susu ini, Kakak juga gatau kalu kamu mau Susu Coklat," jelas Irene dengan lembut sembari mengusap rambut adiknya.

"Gaenak Susu putih, maunya yang coklat. Nanti Wendy bisa pusing," Wendy menolak gelas susu pemberian Irene dan marah akibat ia mendapatkan Susu putih, padahal sudah sekitar 30 menit ia menunggu diluar dan menahan dingin. Namun yang ia dapat tidak sesuai dengan keinginannya dan ia tak menyukai hal itu.

"Diminum ya biar hangat? Besok Kakak buatin Susu Coklat buat kamu, ini juga susunya sedikit." nasehat Irene pada Wendy, akhirnya dengan terpaksa Wendy meminum Susu tersebut.

Ia meminum dengan sangat lambat, Irene terus memandanginya sejak tadi. Kemungkinan besar Wendy memang tidak menyukai Susu putih, "Pusing, rasanya engga enak Kakk!" rengek Wendy pada Irene sembari menyodorkan gelas yang masih berisikan Susu tersebut. Mau bagaimanapun Irene harus menerimanya, daripada Adiknya menangis dan Joy juga akan terbangun karena tangisannya.

"Kakak taruh gelas dulu ya didalam?" Wendy mengangguk dan tersenyum simpul.

"Bilang apa Wen sama Kakak?" tanya Irene menatap Wendy dengan lembut.

"Makasi Kak Irene,"

"Sama-sama, Kakak masuk dulu balikin gelas. Nanti Kakak kesini temeni kamu ya?" Wendy membalasnya dengan anggukkan, kemudian Irene berjalan memasuki Rumah.

Rumah yang kini mereka huni cukup unik karena berbeda dengan rumah kebanyakan orang, bisa dibilang memiliki dua lantai. Bukan berdiri dalam dua tingkat, melainkan menurun layaknya ruang bawah tanah. Begitulah rumah dua tingkat milik mereka.

"Bu, ini gelasnya. Wendy gasuka Susu putih, malah aku yang habisin nih." ujar Irene sedikit kesal.

Ibu dari empat Anak itu menatap Putri sulungnya dengan perasaan bersalah, "Maafin ibu, tadi Joy nangis terus jadi Ibu minta Bapak yang buatin. Ibu lupa juga bilang buat Susu Coklat, harusnya kamu paksa Wendy biar diminum semuanya, biar besok ga manja terus ren."

"Biarin lah bu, namanya anak kecil juga pasti susah kadang kalau disuruh."

"Yaudah, ren kamu ajak Wendy masuk. Joy udah tidur nih, Bapak kamu nanti keatas juga habis ini, Seulgi sudah menata tempat tidur soalnya." Irene mengangguk paham. Seulgi adalah Adik pertama Irene. Usia mereka berjarak tiga tahun, dengan Seulgi yang kini berusia 18tahun. Seulgi sudah lulus dari bangku SMA dan bekerja.

Irene berlalu begitu saja, ia menaiki anak tangga dan pergi kedepan rumah. Melihat adiknya yang melamun menatap bintang bertaburan membuatnya mengambangkan senyum manisnya, ia gemas menatap Wendy yang kini berusia empat tahun. Walau kadang ia kesal karena Wendy seringkali tantrum.

"Lihatin bintangnya sudah? Bagus banget ya?" Irene duduk disebelah Wendy dan mengusap surainya.

"Eum, warna-warni kak. Banyak banget, pengen pegang satu bisa ga ya?" Irene tertawa kecil mendengar celotehan adiknya.

"Emm mungkin bisa ya kalau Wendy sudah dewasa,"

"Kapan aku dewasa kak?" tanya Wendy menatap wajah Irene dengan polosnya.

"Kalau kamu tidur siang sama tidur malam cukup, nanti kamu bisa cepet dewasa."

"Nanti tinggi seperti Kak Irene dan Kak Seulgi yak?" tanya Wendy dengan antusias, Irene kembali tersenyum senang, jika ia berbicara dengan Wendy tidak akan ada habisnya. Karena Wendy sangat suka berbicara dan ia memiliki rasa ingin tahu yang berlebih.

"Iyaa bener, ini sudah malam Wendy tidur dulu yuk? Sini Kakak gendong!" Irene dengan siap menggendong tubuh kecil Wendy dan gadis kecil itu merentangkan tangannya dengan senang menyambut Irene yang menggendong ia layaknya Koala.

"Kak Seulgi!" seru Wendy saat melihat Seulgi sedang menata temoat tidur mereka, yakni terdapat Ayahnya, Irene, Seulgi dan Wendy. Karena mereka hanya memiliki kasur lantai dalam satu ruangan, maka dari itu Seulgi menata semuanya dulu agar siap untuk ditempati.

"Yok udah siap tidur?" Seulgi menyambut Wendy dengan senang saat gadis kecil itu berhambur kedalam pelukannya. Sedangkan Irene, ia langsung merebahkan dirinya di kasur miliknya.

Irene dan Seulgi tidur dengan kasur mereka masing-masing, sedangkan Wendy tidur dengan sang Ayah. Terkadang Seulgi yang sering menidurkan Wendy karena sifat keibuannya sangat besar, jika Ayah mereka sudah datang, Seulgi baru pindah kekasur miliknya. Bahkan ia tidak akan tertidur sebelum Wendy bisa tidur dengan lelap.

"Wendy berdoa dulu ya?" ajak Seulgi pada Wendy dan keduanya menyatukan kedua tangan mereka untuk berdoa.

Sesekali Wendy membuka salah satu matanya melihat Seulgi sedang membaca Doa dan dia akan berpura-pura selesai saat Kakaknya itu mengucapkan 'Amin'

"Bapak dimana Kak?" tanya Wendy pada Seulgi yang kini masih setia mengusap-usap surai adiknya dengan sabar.

"Dibawah, habis ini pasti datang kok. Kamu tidur dulu ya?"

"Iya kak, Wendy juga sudah ngantuk hoaaammm!" Seulgi tertawa kecil, ia menaikkan selimut tipis milik Adiknya agar tidak kedinginan.



******




WINGS

RED VELVET FANFICTION
STORY BY.WYOHANA406

Do you like it?

WINGS || RED VELVET FF by.wyohana406Where stories live. Discover now