BAB 3

14 6 5
                                    


Wendy, anak kecil berumur empat tahun itu sedang sibuk bermain dikebun milik tetangga. Walau sinar matahari sangat terik disiang hari ini, namun tak membuat aktivitas gadis itu terganggu sedikitpun.

Berbeda dari anak-anak seusianya, kebanyakan mereka berada dirumah dan tidur siang berasama sang Ibu. Namun Wendy seperti tak tertarik dengan hal tersebut.

Ia memagang kantong plastik yang kini berisikan hasil buruannya, hingga tak terasa juga bahwa hari sudah sore.

"Aduh gerimis ya? Padahal langit sangat cerah," melihat gerimis mengguyurnya, gadis itu menggerutu karena buruannya harus bepergian.

"WENDY PULANG SEKARANG!!! WENDY CEPAT PULANG!!!"

Teriakam maut dari Ibu gadis itu berhasil membuatnya gelagapan, ia langsung berlari kencang menuju rumahnya.

"Ya Tuhan! Apaa inii? Ihhh, mandi sana! Kenapa kamu ngambil ulat bulu, ihh gatel lho!!" sang Ibu hanya bisa menatap geli hewan tangkapan putri ketiganya itu. Dia sangat aneh dari anak-anaknya yang lain dan Wendy memiliki semangat yang berlebih.

Saat Wendy sudah memasuki kamar mandi, Ibunya membungkus plastik berisikan ulat dan kupu-kupu tadi, kemudiam membuangnya ke sungai dibelakang rumah.

Ia tak memikirkan apapun lagi, bahkan ulat bulu bisa sangat menyakitkan bagi anak seusia Wendy yang sangat aktif. Ia merasa geli sekaligus jijik, apalagi dengan ulat berbulu itu, bagaimana bisa anaknya memiliki keberanian yang sangat tak masuk akal?

"Wen, makan dulu. Lalu tidur siang," titah Ibu Wendy yang kini sudah menyiapkan nasi serta Sup yang sudah ada di mangkok.

"Ibu, dimana tadi kupu-kupunya?"

"Terbang tadi, ibu tidak tahu kemana."

Seketika kedua mata Wendy memerah, ia bahkan bisa meledakkan tangisnya kapanpun, "Ih kok gitu sih aaaaaa! Wendy sudah capek-capek carinya!"

"Wendy, hewan tidak bisa bernafas kalau didalam plastik kelamaan. Nanti mereka mati, Wendy mau berdosa?" Wendy menjawabnya dengan gelengn kepala.

"Tapi kan tadi Wendy susah banget dapetinnya hiks,"

"Gapapa, besok cari lagi yaa. Ibu carikan tempat yang bagus, nanti ada udaranya juga. Tapi tidak perlu tangkap ulat ya?"

"Kenapa bu?"

"Ulat itu gatal, nanti kamu sakit kalau kena ulat."

"Tapi Wendy ga sakit bu?"

"Udah makan dulu ya? Kamu belum makan siang dari tadi."

"Heem," Wendy akhirnya duduk dengan tenang sembari melihat Televisi tabung berukuran kecil yang kini menampilkan kartun kesukaannya.

"Makan dikunyah, jangan dideimin aja Wendy,"

"Iya bu, ini dikunyah lhoh," kemudian  ia menerima suapan lagi dimulutnya. Menu yang sangat sederhana, namun Wendy menyukainya yaitu sayur Bayam. Tak berharap lebih tetapi gadis kecil itu memakan apapun dan menghargai apapun yang ada dikeluarganya.

****

Seulgi yang kini telah menyelesaikan pekerjaan Part time memutuskan untuk pulang, namun langkahnya terhenti saat menyadari bahwa uang yang ia miliki tidak akan cukup untuknya naik Bus. Akhirnya ia memustuskan untuk mengambil arah yang berbeda, mengingat perkataan ibunya pagi hari ini membuatnya sangat sedih.

"Tak pantaskah dia mendapatkan hak miliknya?"

"Kapan kebahagiaaan bisa memihak dirinya?"

Derap langkah kakinya begitu berat, bahkan saat ini hujan mengguyur tubuhnya tanpa ampun. Tapi gadis itu tetap tak bergeming, ia memang memakai mantel plastik, namun tak memiliki niat untuk berteduh.

"Bu Pak, kenapa harus Seulgi yang mengalah? Kenapa dari kecil Seulgi tak pernah dianggap ada? Seulgi juga ingin sekolah seperti Kak Irene dulu saat masuk TK. Tapi Seulgi berusaha sendiri, hingga dapat beasiswa. Tapi uang beasiswaku, kalian hamburkan.

Saat Seulgi lulus SMA, Seulgi juga ingin kuliah seperti Kak Irene. T-tapi kenapa akhirnya hanya Kak Irene yang bisa kuliah, padahal Seulgi yang kerja keras mencari uang. Ibu bahkan memberinya uang saku dan lainnya. Sedangkan Seulgi harus mencukupi semuanya sendiri, Seulgi juga perlu. T-tapi, kenapa kebutuhan adik-adik menjadi tanggung jawab Seulgi juga?"

Air mata Seulgi menangis begitu deras dibawah guyuran air hujan, mengingat-ingat sejak kecil, kelayakan hidup apakah yang pernah dirinya terima? Masa kecil membahagiakan seperti apakah yang membuanya tersenyum?

Ia begitu iri akan kehidupan yang dijalani Irene Kakaknya, mengapa begitu sempurna? Kenapa dirinya tidak?

Sejak usia lima tahun setiap masalah yang hadir dikeluarga, dirinyalah sebagai pelampiasan semata. Tubuhnya berkali-kali terluka, ditambah pekerjaan rumah yang berat, fitnah dan perilaku buruk Irene padanya. Semua adalah luka menyakitkan dalam dirinya yang bahkan belum bisa sembuh, bahkan rasanya mustahil agar luka itu bisa sembuh.

Irene adalah anak kebanggaan kedua orangtuanya, apapun yang dia inginkan selalu terwujud, bahkan saat orangtua mereka tidak memiliki uang sepeserpun.

Saat pertama kali Irene memasuki bangku TK, Seulgi hanya bisa menatap iri Kakaknya. Ia tak bisa sekolah karena keuangan keluarga, ayahnya hanya seorang Tukang becak dan pekerja serabutan di Sekolah, yakni sebagai pelukis cat dan tukang kebun.

Disaat Ayah mereka bekerja, Seulgi hanya bisa berjalan-jalan disekolah yang cukup besar seorang diri. Ia begitu tertarik dengan aktivitas didalamnya. Hal itu berlalu hingga hampir tiap hari Seulgi mengintip dari luar sekolah menggunakan bangku, sampai tak sadar ia berteriak untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Sejak saat itu dari pihak sekolah memutuskan untuk memberi Beasiswa kepada Seulgi, hingga Seulgi bisa sekolah. Bahkan dari semua kebutuhan sekolah sudah ia terima dan miliki semua. Guru-guru disekolah sangatlah bangga padanya. Ia merupakan murid yang sangat cerdas, sangat disayangkan bahwa dia tak bisa sekolah karena keterbatasan ekonomi keluarga.

Hingga saat ia lulus SMA, beasiswa miliknya telah berakhir. Ia memiliki impian untuk masuk Kampus terbaik, karena nilainya yang tak pernah mengecewakan. Uang hasil kerjanya sehabis sekolah juga sudah terkumpul banyak, begitu juga uang Beasiswa yang seharusnya ada digenggamannya.

Sayangnya saat itu, ia pulang kerumah dengan keadaan yang tidak baik. Semua kotak celengan miliknya barusaja terbuka dan kosong, hanya beberapa uang receh yang disisakan disana.

Ia menjadi murka, karena tabungan miliknya telah digunakan ibunya untuk membayar uang semester milik Irene. Bahkan setelah kejadian itu, mereka masih memanfaatkan Seulgi untuk terus menghasilkan uang, karena bagi mereka Seulgi tidak pantas untuk kuliah, bahkan memiliki gelar pendidikan yang lebih tinggi dari Irene.









.....

Suka ga?

28.02.2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WINGS || RED VELVET FF by.wyohana406Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang