bab 3.

12 1 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana Ezran akan melaksanakan KKN di sebuah desa. Ezran berharap dengan aktivitas barunya saat ini bisa membuatnya melupakan masalahnya sejenak tentang Arun yang kini sudah menjadi status calon istri orang. Terkadang hatinya menolak akan kebenaran itu. Namun, Ezran kembali harus di tampar kenyataan bahwa Arun bukan ditakdirkan untuknya.

"Ezran!" Panggil gadis cantik yang menggunakan hijab itu. Gadis yang menggunakan almamater yang sama dengan dirinya.

"Eh iya, Aisyah ada apa?" tanya Ezran sadar dari lamunannya.

"Bagaimana persiapan kamu dalam menjalani KKN?" tanya Aisyah.

Aisyah adalah gadis cantik yang diam-diam mencintai Ezran setelah mendengar kisah Ezran yang ternyata seorang mualaf dia tahun yang lalu meskipun begitu Aisyah tidak terlalu mengejar Ezran seperti wanita yang lain. Bukan hanya itu Ezran juga ternyata cukup terkenal di kampus karena wajah juga sikapnya baik. Aisyah bisa mengatakan itu karena pertemuan pertamanya waktu itu Ezran pernah memberikan kusrsinya di bis untuk dirinya. Dan momen itu selalu Aisah ingat. Hingga beberapa pertemuan-pertemuan lain yang membuat Aisyah yakin dan menyebutkan nama Ezran di sela do'anya.

"Semuanya sudah siap kok."

Aisyah tersenyum menatap Ezran.

Ezran yang ditatap seperti itu pun merasa heran.

"Kenapa?" tanya Ezran dengan perasaan yang tidak nyaman karena di tatap intens seperti itu oleh Aisyah.

"Jujur aja Ezran. Sebenarnya aku itu kagum banget sama kamu. Apalagi pas tau ternyata kamu itu seorang mualaf," ucapnya dengan senyum yang tidak luntur di bibirnya.

Ezran diam tidak membalas ucapan Aisyah. Dia tidak tahu harus beraksi bagaimana, jujur saja. Bukan satu dua orang wanita yang mengatakan kagum padanya. Akan tetapi Ezran tidak bisa menjawabnya. Jujur saja ia baru masuk Islam beberapa tahun yang lalu. Ilmu agama Islam yang di dapatnya belum banyak seperti orang-orang yang sudah masuk Islam sejak lahir. Keimanannya juga masih naik dan turun. Kala ada di mana dirinya sangat senang beribadah dan kadang juga biasa saja. Akan tetapi Ezran akan selalu berusaha melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Muslim seperti apa yang dilakukan Arun dan lagi-lagi pikiran Ezran tidak lepas dari Arun.

"Astagfirullah." Ezran berulang kali mengucapkan istighfar ketika sekelebat bayangan Arun di otaknya.

"Kenapa?" tanya Aisah ketika melihat ekspresi Ezran yang seperti terkejut.

"Gak papa, lebih baik sekarang kita kumpul bersama dengan teman-teman yang lain," kata Ezran, ia pun segera menggendong tasnya dan ikut bergabung dengan yang lain. Begitu juga dengan Aisyah ia mengikuti langkah ke mana Ezran pergi.

"Ezran, kamu tahu. Aku itu selalu berdoa sama Allah. Aku minta supaya kita itu berjodoh. Jika aku mengejar kamu secara action tidak bisa. Maka aku akan mengejarmu dengan jalur langit. Aku yakin, do'a yang aku panjatkan tidak akan sia-sia," ucap Aisyah dalam hati. Tidak ada pemuda yang dapat menggetarkan hatinya kecuali Ezran selama ini.

Semua orang kini masuk dalam mobil yang akan membwa mereka ke salah satu desa pelosok yang ada di salah satu kota yang masih terkenal dengan kental akan budaya. Untuk itu mereka akan melaksanakan KKN di sana. Selama perjalanan menuju ke sana. Ezran merasa tidak asing dengan jalan dan juga alamat yang akan mereka tuju.

"Jalan ini seperti ke desa Arun," pikir Ezran. Namun Ezran menggelengkan kepalanya.

"Tidak mungkin. Mungkin aku terlalu banyak berpikir tentang Arun. Makanya apapun yang aku lakukan dan pikirkan pasti teringat Arun," batin Ezran. Ia menghembuskan nafasnya pelan. Mungkin jika Arun bukan miliknya, Ezram pikir maka dia tidak akan mencintai wanita lain selain Arun. Hingga tidak terasa akhirnya mereka pun sampai di desa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Takdir cinta seorang Mualaf Where stories live. Discover now