20

6K 251 13
                                    

"Enak nggak?" Tanyaku. Yang baru saja menyodorkan sepotong kue ke mulut Bhaskara. Aku tersenyum senang melihatnya yang mengangguk dengan kedua jempol yang terangkat.

Ada yang berbeda dengan akhir pekanku beberapa bulan ini. Kalau biasanya hanya ada aku dan Ibu yang berkutat di dapur. Maka sekarang kami sudah menambah personil baru yang semakin rutin berkunjung.

"Entar bawain buat anak - anak ya. Aku bikin banyak soalnya." Anak - anak yang kumaksud adalah karyawan bengkel. Mereka tahu hubungan kami, dan mendukung dengan penuh semangat.

Aku kembali melihatnya mengangguk dengan mulut yang sibuk mengunyah. Kalau ditanya siapa orang yang paling sering menghabisi kue buatanku. Maka jawabannya adalah lelaki ini. Bahkan ia bisa menghabiskan setengah loyang hanya dalam sekali duduk. Tapi tidak masalah. Aku senang bahkan semakin giat untuk membuatkannya kue. Rasanya semenyenangkan itu mendapati seseorang yang menghargai usaha kita.

"Ke teras samping aja." Ajaknya. Meraih jemariku dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya membawa sepiring kue.

Aku sempat menoleh ke dalam, dan mendapati Ibu yang sedang mengobrol dengan Tante Dewi. Beliau Ibu kandung Bhaskara, yang ternyata sudah akrab dengan Ibuku. Aku tak tahu bagaimana cara menjelaskan yang sebenarnya. Intinya mereka berdua sudah sangat siap dengan hubungan kami.

Jujur! Aku tak tahu bagaimana cara mengungkapkan semua ini. Aku yang awalnya sudah tak mau terlibat dengan lawan jenis. Ternyata bisa secepat itu berubah pikiran, dan itu semua karena lelaki ini. Di mana rasa canggungku selama ini? Aku bahkan bisa bertingkah apa adanya hanya dalam hitungan hari padanya. Dan ia pun begitu. Ia layaknya seseorang yang sudah dekat denganku dari dulu. Bahkan bertingkah lebih apa adanya dariku. Tapi itulah yang membuatku suka. Aku merasa nyaman berada di dekatnya.

Aku tak berharap banyak dari hubungan kami. Tapi jujur saja, aku takut kalau tak bisa sedekat ini lagi dengannya. Aku sudah terlanjur nyaman, dan tak lagi memikirkan kalau sendiri itu lebih baik. Dia membuatku berpikir kalau mencoba sekali lagi bukanlah sesuatu yang salah.

***

Minggu sore dengan rintik hujan yang sebentar lagi akan hilang, menemani kegiatan kami hari ini. Duduk di teras samping dengan tanaman Ibu sebagai pemandangannya yang menyejukkan. Ibu sangat suka berkebun, dan semua yang beliau tanam selalu tumbuh subur. Sedangkan aku sendiri lebih suka menanam bunga. Rasanya sangat menyenangkan melihat bunga - bunga bermekaran dengan kupu - kupu yang hinggap di atasnya.

"Lihat!" Tunjukku. Pada satu kupu - kupu yang sepertinya sudah mati dan berada di atas tanah. Warnanya sangat cantik, perpaduan hitam dan biru. Tapi sayang sayapnya hancur. "Cantik, tapi sudah mati." Ucapku lagi.

"Kupu - kupu memang seperti itu. Hidup mereka terlalu singkat, tapi mereka selalu mengagumkan."

Aku mengangguk, setuju dengan perkataan Bhaskara. Walau masih tak terima kalau serangga secantik itu tak bisa menikmati hidupnya lebih lama. Dan aku tak bisa menahan senyumku karena merasakan telapak tangan seseorang yang mengelus pelan rambutku. Hal yang baru aku ketahui darinya. Bhaskara sangat suka menyentuh, mencium atau memainkan rambutku. Hal yang tak bisa kupungkiri kalau itu sangat mendebarkan.

"Jangan bilang sedang membayangkan kalau kupu - kupu itu adalah kamu?"

Aku tertawa dengan telapak tangan yang menutupi wajahku. Merasa malu karena ia tahu apa yang aku pikirkan. "Mau cerita?" Tanyanya. Meraih tanganku agar tak lagi menutupi wajah.

Tatapan kami bertemu, dan aku tersenyum menatap sorot tajam itu. Sesuatu yang dulunya tak aku suka, nyatanya kini menjadi candu untukku.

"Bukankah kupu - kupu itu cantik?" Tanyaku. Masih menatapnya yang mengangguk pelan.

"Mereka bilang aku cantik." Ucapku tersipu malu. "Mereka bilang nggak ada yang kurang dari fisikku, bahkan mereka sangat ingin sepertiku. Tapi itu dulu, ketika mereka nggak tahu dengan kekuranganku. Dan sekarang semua tahu. Mereka pergi! Ada yang pergi karena muak, ada yang pergi karena lelah, dan ada yang pergi tanpa alasan yang jelas."

Aku sama sekali tak mengalihkan tatapanku darinya, masih menatapnya yang kini meremas pelan jemariku. Tidak sakit sama sekali.

"Aku seperti kupu - kupu. Dia mengagumkan tapi rapuh. Dia menyedihkan tapi tetap saja terlihat cantik. Dan itu yang aku rasakan. Kata mereka aku cantik, tapi nggak sempurna sebagai wanita. Aku menyedihkan tapi nyatanya bisa bangkit dan bahagia sampai detik ini."

"Sayang?"

Aku mengulum senyum mendengar panggilannya. Untuk pertama kalinya ia memanggilku seperti itu. Dan rasanya sangat mendebarkan. Sial! Aku sudah jatuh cinta padanya.

"Wanita itu sempurna dengan caranya masing - masing. Dan dia semakin sempurna bila berada di tangan yang tepat. Kalau kamu masih merasa nggak percaya diri. Ingat! Sekarang bukan Danu yang ada di samping kamu. Tapi aku. Aku yang bakal berusaha lebih keras lagi."

"Tapi aku merasa nggak pantas." Ucapku lirih. Memilih menunduk tak lagi menatapnya. Tapi sekali lagi jemari itu menyentuh daguku dan memintaku untuk mendongak menatapnya.

"Nggak pantas buat apa?"

"Aku janda dan nggak bisa ngasih keturunan."

"Terus?

"Ya, Kak Abbas pasti tahu konsekuensinya."

"Nggak Papa, Ann."

Aku mencebik mendengar jawabannya yang terdengar tenang tanpa beban. Bagaimana bisa ia berpikir seperti itu?

"Kita menikah ya? Aku mohon. Pertama kalinya kita ketemu lagi, aku sudah memikirkan hal ini. Aku nggak memikirkan usiaku. Tapi aku sudah ada dititik yakin ketika ketemu kamu. Sayang! Aku nggak pernah seyakin ini sebelumnya."




Tamat.

Terima kasih buat kalian yang udah baca cerita Kupu - Kupu Tanpa Sayap. Apa pun ending yang aku bikin mohon diterima aja ya.

Seperti yang pernah aku kasih tahu sebelumnya, kalau extra part nggak bisa aku Up di sini. Dan seperti biasa lanjutannya bisa kalian baca di Karyakarsa. Di sana, romantisme Anne dan Bhaskara bakal lebih gemesin dan panas 😁😁

Buat yang nanya tentang Danu dan Naura. Ada kok. Mereka pasti muncul. Tapi sayangnya bukan di sini, tapi di extra part.

Kok nggak munculin di sini? Karena dari awal aku pengin Anne double happy dulu baru ketemu mereka. Cerita ini udah aku pikiran konsepnya dengan part yang segini aja. Jadi, kalau aku paksa buat nambahin part, ceritanya bakalan aneh karena harus diubah.

Maaf ya kalau udah bikin kalian kecewa ✌️

moimoiyaa.


Kupu Kupu Tanpa Sayap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang