7. Memiliki Perasaan?

13 3 0
                                    

"Tania, aku mau tanya sesuatu sama kamu, boleh?" kata Nindia sambil menyantap bakso yang memang biasa kami pesan dikantin.

"Kenapa, Nin?"

"Kamu sama Pena lagi berantem? tadi Pena bilang sama aku kalau kamu menghindar terus dari dia?"

Aku diam. Pikiranku mendadak berantakan dan hatiku meronta-ronta tak karuan. Membahas Pena dalam hidupku sebulan terakhir ini sama saja dengan membunuhku perlahan-lahan.

"Tania?"

"Bisa gak kita jangan bahas itu dulu."

"Jadi, benar?"

"Aku ada kelas nih, Nin, aku duluan ya." kataku pada akhirnya, menghindari pertanyaan Nindia.

Kuliah tidak lagi sama semenjak saat itu, lebih tepatnya saat aku sadar bahwa aku adalah orang yang hadir ditengah-tengah kisah Pena dan Talita. Kampus juga tidak semenyenangkan biasanya, rasanya berbeda. Tempat-tempat yang jika kudatangi selalu ada Pena juga tidak seru lagi, mushola, kantin, perpustakaan, semuanya berbeda. Forum apalagi.

-----

Hari ini, genap satu bulan lewat seminggu aku menjalani kehidupanku tanpa bayang-bayang Pena, hingga lama-lama aku mulai sedikit terbiasa menjadi Tania yang dulu, Tania yang tidak pernah bergantung dengan siapapun. Sampai suatu ketika Kak Ken lagi-lagi menemuiku. Kali ini kita tidak membahas forum seperti biasa, melainkan kita membahas mengenai sesuatu yang sedang tidak ingin kuingat lagi.

"Ayolah Tania, kamu jenguk Pena ya." kata Kak Ken, entah untuk yang ke-berapa kalinya terdengar di telingaku.

"Maaf kak, aku belakangan ini lagi dapat banyak tugas jadi kayanya nggak bisa." ucapku yang juga sudah berkali-kali menolak.

"Tania, nggak biasanya Pena sakit kayak gini, dia butuh kamu." kata Kak Ken sambil menatapku seolah memohon.

"Maaf kak, 10 menit lagi aku ada kelas, aku duluan ya." jawabku sedetik sebelum pergi meninggalkan Kak Ken.

Baru kali ini aku merasa bertingkah tidak sopan, meninggalkan seniorku terlebih dahulu dengan alasan yang sengaja kukarang. Jadwal kelasku hari ini sebenarnya masih 30 menit lagi, tapi aku sudah muak jika harus mendengarkan permohonan Kak Ken yang tak bosan memintaku untuk menjenguk Pena. Pena yang sakit sejak kemarin.

-----

Keesokan harinya, saat aku baru saja selesai sholat dhuha di mushola, aku bertemu dengan Kak Ken lagi. Kukira dia akan memintaku menjenguk Pena lagi, namun kenyataannya tidak, Kak Ken justru hanya tersenyum saat melihatku lalu dia pergi begitu saja melewatiku.

Apa mungkin Pena sudah sembuh, ya? Makanya Kak Ken tidak memintaku menjenguknya lagi?

Ponselku kemudian bergetar, dua Pesan datang dari Ilana mengatakan bahwa ia menungguku di kantin sekarang. Seperti biasa, Ilana selalu mengajakku makan di kantin, terlebih ada jam kosong karena Dosen Matematika Bisnis tidak hadir di karenakan sakit, ini menjadi waktu luang yang biasanya jarang terjadi.

"Tania?" kata Nindia tiba-tiba di tengah perjalananku menuju kantin.

"Iya?"

"Pena sakit."

"Terus?"

"Kok terus sih? Pena sakit, Tania." balas Nindia.

"Kak Ken udah ngomong itu kemarin." kataku.

"Terus?" balas Nindia.

"Kok terus sih?" kataku mengikuti ucapan Nindia tadi.

"Ya maksud aku, kamu kan udah dikasih tahu Kak Ken, terus kamu udah jenguk Pena?"

Aku hanya menggeleng.

"Kenapa?"

"Nanti aku ceritain pas pulang kuliah ya."

"Kenapa gak sekarang? atau mau di kantin ceritanya?"

"Pulang kuliah aja ya sekalian kita makan ice cream. Ilana udah nunggu di kantin, nanti dia bisa marah kalau kelamaan nunggu."

Nindia hanya mengangguk-angguk menurut.

-----

Tepat saat jam mata kuliah berakhir, aku dan Nindia pergi ke sebuah taman dekat kampus, di taman itu memang ada tempat langganan anak-anak kampus biasanya membeli ice cream.

"..............jadi kaya gitu, Nin." kataku saat selesai menceritakan semua kejadian yang kualami belakangan ini bersama Pena.

"Jangan bilang kamu cemburu?" kata Nindia.

"Atau jangan-jangan kamu jatuh cinta lagi sama Pena?" kata Nindia lagi.

Aku diam. Aku tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan Nindia kali ini.

"Ingat nggak? Dulu kamu bilang gini, Nindiawati Malika Dewi, denger ya. Sampai kapan pun, kamu gak akan pernah denger kata-kata dari mulutku kalau aku suka sama dia. Nggak akan pernah."

Aku tersenyum kecut.

"Aku nggak jatuh cinta sama Kak Pena, aku hanya merasa harus tahu diri, agar nantinya tidak ada kekeliruan di antara aku, Kak Pena atau Talita."

"Yakin bukan karena kamu jatuh cinta sama Kak Pena?" balas Nindia yang kurasa ia sedang meledekku kali ini.

"Do you trust me?"

"I always trust you, Tania. But somehow, you must understand about your felling. Aku tahu kamu punya perasaan untuk Pena, tapi kamu tidak sadar dengan hal itu."

Mendengar jawaban Nindia aku menjadi terdiam.

Sekarang pertanyaannya adalah: Apa mungkin aku jatuh cinta dengan manusia aneh itu ?

Aku sendiri tidak tahu.

-----

Hari ini sudah sebulan lewat tujuh hari aku berusaha keras menghindari Pena. 

Tunggu tunggu, ini berarti sudah tiga hari aku tidak melihat Pena di kampus, semenjak Kak Ken bilang Pena sakit, Pena tidak pernah lagi kelihatan batang hidungnya. Pena juga tidak lagi mengirim pesan untukku. Aku sempat melihat Talita tadi, tapi dia sendiri. Apakah itu berarti Pena.....masih sakit?

"Ya ampun Tania, kenapa baksonya cuma diaduk-aduk doang?" pertanyaan Ilana kali ini berhasil membuatku terkejut bukan main.

"Kenapa Kak?" sahutku spontan.

"Kok kak sih? Aku Ilana bukan kakak kamu."

Aku tersenyum kecut saat mendengar gerutuan Ilana, aku tadi sedang melihat kalender di ponselku dan mengingat pena lalu melamun begitu saja.

"Iya, maaf." kataku.

"Kamu lagi mikirin siapa sih?"

"Nggak mikirin siapa-siapa."

"Mikirin Kak siapa? Kak Ken? Kak Imam? Atau Kak Pena?" cetus Ilana sambil mendekatkan wajahnya ke arahku.

"Apaan sih, Na? I'm fine" kataku.

"Sure?"

Aku mengangguk sembari menciptakan senyum terbaik yang kupunya.

Sebab aku tidak ingin ada satu orang pun yang tahu jika aku hari ini sangat merindu....rindu yang salah, rindu yang tidak seharusnya, rindu yang tersesat dan rindu ini tertuju untuk Pena?

Ah sudahlah, sepertinya aku harus segera pulang dan menenangkan pikiranku yang berantakan.

Tinta tentang PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang