Part 13.

91 13 0
                                    

"Kamu jangan pergi sendirian ya?"

"Kenapa?"

"Kalau kemana mana sama kakak kamu, atau minta jemput aku ya!"

"Iya, tapi kenapa?"

"Nggak apa apa, aku nggak mau kamu sendirian."

"Iya iya--ini aku udah di tempat biasa. Kamu udah dimana?"

"Iya sebentar, ini mas kamu ngasih ngomong dulu. Aku berangkat ya, batre ku lowbat."

"Mas Renjun? Apa?"

"Yang, jangan kemana mana ya? Ini batreku 2 persen lagi. Bye!"

Baru saja Salwa mau menjawab tapi Haekal cepat memutus telepon itu. Salwa menunggu Haekal didepan sekolah seperti biasa. Salwa penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Renjun pada Haekal. Namun dia malas untuk bertanya pada Renjun, lebih baik nanti saja saat ia bertemu Haekal nanti.

Jam menunjukan pukul 6 sore, namun Haekal belum juga datang. Sudah 2 jam lamanya Salwa menunggu Haekal diwarung depan sekolah, tadi Haekal ke tempat futsal dulu karena mau memberikan uang futsal pada Renjun tetapi sampai sekarang belum juga tiba. Ponsel Haekal juga mati.

"Salwa ya?"

Sebuah mobil Jazz hitam berhenti didepan Salwa duduk, "Iya. Kenapa?" Tanyanya.

"Oh bener. Ini gue Bara--temennya Haekal. Tadi Haekal minta gue jemput lo--dia motornya mogok jadi enggak bisa kesini. Gue anter lo ketemu dia ya?"

Salwa tampak ragu menatap Bara yang langsung melepas kaca matanya. Namun dari pada Salwa menunggu Haekal disini sampai malam, lebih baik dia langsung menyusulnya saja. Lalu Salwa langsung masuk ke dalam mobil Bara.

Mobil Jazz itu langsung pergi meninggalkan sekolah Salwa. Didalam mobil hanya terdengar suara radio saja, Salwa sesekali melihat ponselnya, siapa tahu Haekal menghubunginya kan?

"Ini mau kemana?"

"Bengkel, Haekal minta gue anterin lo ke sana."

Salwa mengangguk, dan dia tak sadar jika dia sudah dibawa Bara ke jalan yang kanan kirinya pohon beringin dan ilalangan. Dengan kata lain, jalanan itu cukup sepi.

"Ini dimana?"

Bara memberhentikan mobilnya, dan dia mengunci pintu mobilnya. Firasat Salwa mendadak tidak enak, Salwa langsung memeluk tasnya dan menatap Bara dengan tatapan penuh tanya. Bara langsung mengelus pipi Salwa dan membuat Salwa merinding. Jujur dia takut sekarang.

"Lo secinta itu sama Haekal ya? Makin gampang gue bales dendamnya dong?" Ucap Bara.

Bara terkekeh tanpa menunggu Salwa merespon, Bara langsung menarik wajah Salwa. Kemudian dia menciumi bibir Salwa sampai ke leher Salwa. Yang bisa Salwa lakukan hanyalah berontak. Tenaga Bara sangat besar dan tentunya Salwa akan kalah. Bibir Salwa sudah memerah karena diciumi dan digigit oleh Bara.

Belum puas menghabisi wajah Salwa, kini Bara langsung membuka kancing baju sekolah Salwa dengan paksa. Salwa sudah menangis sejadi jadinya, apa lagi saat tangan bajingan itu berhasil menyentung aset berharganya. Hal itu membuat Salwa memohon untuk dilepaskan, air matanya sudah tidak bisa Salwa tahan lagi.

"Gue yakin Haekal udah cicipin lo ya?"

"Tolong--lepasin gue.." lirih Salwa.

Salwa bodoh. Andai saja dia tidak mengiyakan ajakan Bara, mungkin dirinya sudah bertemu Haekal sekarang.



°°


Sekar mengetuk ngetukkan jarinya ke mejanya. Ini sudah pukul setengah 4 sore dan kelasnya sudah sepi, tadi saat ke gerbang dia melihat abangnya ada di depan gerbang. Fikiran Sekar sudah kemana mana, dia juga tahu pasti dirinya akan di seret untuk ikut abangnya. Sekar tidak mau, dia sudah lelah sebenarnya. Terakhir saat dia menginap di rumah Nalendra, dia sudah tidak bertemu lagi dengan abangnya itu. Dan abangnya selalu mengirimi Sekar pesan ataupun menelepon Sekar.

My Family is My Universe Where stories live. Discover now