14. tidak sesuai harapan

20 9 3
                                    

Gara-gara jari tangan keseleo jadi ga bisa ngetik cerita, akhirnya seminggu ga nulis apa-apa.  Padahal niatnya bisa nulis tiap hari dan di publish tiap hari juga, sedih banget ih😭 tapi siapapun yang baca cerita aku makasih ya udh mampir, kasih vote Sama komennya kalo berkenan 🤭

Selamat membaca.

***

Pada lampu merah yang menyala, Bama gunakan kesempatan itu untuk menatap perempuan yang tengah duduk disampingnya. Senyuman terukir tipis mendapati Binta yang tengah lahap memakan roti sandwich isi coklat yang gadis itu beli di mini market tadi.

"Binta." panggilan Bama membuat kepala Binta menengok kehadapan pria itu.

Bama mengulurkan tangannya dan menyentuh ujung bibir Binta yang terdapat setitik coklat di sana, karena tidak ada tisu untuk mengelap jarinya, lelaki itu lantas memasukan jarinya ke dalam mulutnya sendiri.

Binta terperangah akan apa yang di lakukan Bama, jantungnya tiba-tiba saja berdetak cepat. Ia bahkan kesulitan untuk menelan roti yang berada di dalam mulutnya.

Sementara Bama, lelaki itu kembali fokus melajukan mobilnya ketika traffic light berganti warna menjadi hijau.

"Sekali lagi makasih ya, Kak. Udah selalu ada di saat-saat aku butuh pertolongan." ucap Binta menetralisir kecanggungan.

Pandangan Bama yang sedang fokus ke jalanan harus terbagi bergantian menatap gadis yang duduk di sebelahnya. "Iya, tapi semua itu nggak gratis lho."

"Nggak gratis? maksudnya minta bayaran?" Binta mendengus, membuang pandangan kearah jalanan. "Udah jelas aku nggak punya uang sepeserpun.

Tangan Bama terangkat. "Bukan itu bayaran yang aku maksud."

"Terus apa?"

"Hmmm... Kamu izinin aku ketemu ayah kamu juga."

"Kak Bama." Binta menegur Bama. "Tadi kita udah sama-sama sepakat kalau kak Bama cukup anter aku ke lapas penjara. Setelah itu kak Bama bisa pergi. Aku sama ayah benar-benar mau ngobrol berdua."

"Aku tau, Ta. Tapi sepertinya aku juga pengen bicara dan ketemu sama ayah kamu ada hal yang harus aku diskusikan." ucap Bama yang masih kekeuh ingin bertemu Prasetya juga.

"Bukannya kemarin pas di gedung KPK, kak Bama udah temuin ayah aku."

"Belum. Cuma pengacara keluarga yang menemui pak Prasetya. Kalau aku, ya cuma temuin kamu di ruang khusus kemarin." balas Bama bercerita. "Jadi gimana? Boleh kan?"

"Ya, yaudah deh boleh, tapi ada syaratnya."

"Apa, Ta?"

"Jangan ceritain kejadian tadi, yang aku di omelin sama supir taxi dan petugas minimarket." ucap Binta sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

"Iya." meski matanya tengah fokus pada jalanan, Bama pun membalas mengaitkan satu jari kelingkingnya.

***

Sebuah ruangan khusus menjadi tempat pertemuan antara Binta dengan prasetya ayahnya. Mereka saling berpelukan, tangisan keduanya pecah mengisi ruang kosong yang hanya terdapat empat stool dan satu meja persegi panjang.

"Kamu sudah mulai masuk sekolah?" ujar Prasetya sambil melepas pelukan hangat putrinya. "Tapi kenapa baju kamu kotor begini? Terus bukannya sekarng jam sekolah berlangsung kenapa kamu di sini?"

"Binta habis berantem sama Kana, yah. Anak tirinya kakek Baskara, liat yah pelipis Binta sampai luka karena kena ujung meja." inilah tujuan Binta mau menemui ayahnya, gadis itu ingin mengadu selayaknya anak kepada orang tuanya. Ya meskipun sekarang Prasetya tidak bisa berbuat apa-apa setidaknya gadis itu masih memiliki tempat untuk mengadu atas apa yang terjadi.

BAMA BINTAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن