Sebuah Pesan

86 22 0
                                    


Kamu adalah pesan, yang dikirim Tuhan untuk memberi tahu saya, bahwa cinta yang tulus itu masih ada dan kebahagiaan masih hadir karenanya.

Arzali Bimantara

"Apa dia membohongi saya?" gumam Arzali, ibu jarinya aktif menggulir layar ke atas ke bawah. Ia tengah mencari kontak Prillyza. Sudah beberapa hari berlalu dan baru hari ini ia ingat kalau dia  pernah meminta nomor gadis itu.

Dari seratus delapan puluh sembilan kontak di ponselnya tidak ada nama Prillyza tertera, Arzali dengan jelas melihat gadis itu mengetik sesuatu di ponselnya. Namun, dengan nama apa Prillyza menyimpan nomornya?

"Dia benar-benar membuat saya merasa hilang akal," umpatnya dengan perlahan ia menggulir dari abjad A hingga Z. Sebuah nama asing membuatnya tertarik. Ia berusaha mengingat kira-kira siapa yang dia simpan dengan nama ini? Arzali merasa tidak pernah mengenal orang bernama Zaza.

"Zaza? dia mengerjai saya?" gumam Arzali.

Suasana malam ini cukup sepi, ditambah dengan gerimis di luar sana ditemani angin yang berembus kencang. Dinginnya bahkan sampai menusuk lapisan kulit terdalam. Tapi entah kenapa Arzali malah memilih duduk di balkon kamarnya.

"Apa ini nomornya?" Arzali membaca berulang nama Zaza yang entah bagaima ada dalam kontaknya. "Sebaiknya coba saja," putusnya, mulai membuka room chat di aplikasi WhatsApp.

Zaza

Assalamualaikum Zaza–

Arzali tersenyum setelah pesannya terkirim. Ia terus mengamati layar ponsel tanpa mau berpaling. Beberapa menit kemudian ia mendapat balasan.

–Waalaikumsalam, siapa?

"Ini benar Prillyza, kan? Jika sampai salah kirim pesan, bisa malu saya." Arzali berpikir apa yang karus ia ketik, sampai akhirnya ia memilih kata yang menurutnya sedikit menjebak.

Lupa?–

Kamu sendiri yang menyimpan–

nomormu dengan nama ini

bukan?

Pesannya langsung dibaca, tapi butuh waktu beberpa menit sampai si penerima membalas. Ada tulisan 'Mengetik...' dibagian bawah nama, entah kenapa kata itu membuat Arzali merasa tegang. Seperti seseorang yang tengah menanti sebuah kepastian. Eh, tapi bukankah memang benar begitu? Ia sedang memastikan apakah benar ini nomor Prillyza atau bukan.

–Bagaimana bisa tahu?

Dan pesan singkat itu berhasil membuat Arzali bernapas lega. Benar dugaannya, ini memang Prillyza tapi ia harus memastikannya dulu.

Karena hanya nama ini–

yang membuat saya penasaran.

Kamu berusaha mengerjai saya?–

sayatidak bisa ditipu dengan mudah Zaza 

Arzali membayangkan wajah Prillyza yang pasti sudah memerah karena membaca pesannya. Atau mungkin gadis itu tengah kebingungan? Apa pun itu Arzali yakin akan satu hal. Prillyza akan terlihat sangat menggemaskan.

–Berhenti memanggil saya Zaza!

Arzali menyernyitkan keningnya, apa sekarang gadis itu merasa kesal?

ArzaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang