05. Pukul Empat Sore

51 11 0
                                    

Persetan dengan berapa banyak gadis yang dijodohkan dengannya, Davin kali ini ingin mencoba peruntungannya. Dia langkahkan kaki menyeberangi jalanan sepi depan kantornya sekitar jam empat sore.

Tangannya begitu ringan membuka pintu kafe yang menjadi objek pandangan favoritnya beberapa hari ini. Sontak suara gemerincing bersahutan dengan langkah Davin memasuki bagian dalam kafe.

Seorang gadis yang tengah memeluk gitar itu menoleh dan segera beranjak dengan sigap. Senyumannya mengembang ramah dan segera dia menempatkan posisi di konter pemesanan. Andai saja Davin kehilangan kontrol, mungkin sekarang dia sudah bengong saja. Senyuman manis nan anggun gadis itu benar-benar membuat perasaannya gonjang-ganjing.

"Sore, Mas, ini menunya, silakan bisa dilihat dulu" ujar si gadis ramah

Davin mengangguk sekilas, dia baca cepat pilihan menu yang tertera di depannya. "Hot americano satu, sama lemon cheesecake deh"

"Baik, totalnya jadi 67.000, mau payment pakai apa, Mas?" tanya si gadis ramah

"Debet ya?"

"Boleh"

Davin mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dari dalam dompetnya, lalu dia serahkan kartu itu pada si gadis. Mata Davin kali ini benar-benar terkunci pada sosok cantik di depannya ini. Seolah dunia Davin berhenti di sana, seolah tak pernah ada hal buruk terjadi padanya sebelum hari itu.

"Silakan bisa diketik pinnya, Mas" ucap si gadis yang memecah lamunan Davin

"Oh, iya"

Davin mengerjap beberapa kali, berusaha mengembalikan kesadarannya dan mengetikkan enam digit angka pada mesin transaksi yang terdapat kartu miliknya tertancap.

"Ini kartu dan struknya. Untuk pesananya, silakan ditunggu ya, Mas"

"Eh, sebentar"

"Iya?"

Davin tergugu, dia usap tengkuknya sebagai bentuk menyalurkan kecanggungan. Dia sudah terlanjur membuka kesempatan, jadi harusnya dia lanjutkan sampai mendapatkan yang diinginkan.

"Ada yang bisa saya bantu lagi, Mas?" tanya gadis itu lagi

"Eh, enggak, cuma... boleh saya tahu nama Mbak?"

Davin sedikit menyesali tindakannya barusan, apalagi saat dia saksikan bagaimana reaksi gadis di depannya yang tampak risih dengan tindakan Davin barusan.

"Eh, nggak usah—"

"Sheyra, Mas, nama saya Sheyra" potong gadis itu yang dengan entengnya mengulurkan tangan

"Ah, iya, Sheyra, salam kenal" jawab Davin canggung sambil menyambut uluran tangan Sheyra

"Kalau Masnya? Boleh saya tahu namanya juga?"

"Saya Davin"

Raut wajah Sheyra tiba-tiba berbinar, senyumnya semakin lebar dan terlihat bersemangat hanya karena mendengar nama Davin.

"Oh, jadi ini yang namanya Mas Davin. Saya sering dengar karyawan kantor Mas ngomongin Mas. Tapi tenang aja, diomonginnya yang baik-baik kok"

Davin tertawa canggung sambil dia usap lagi tengkuknya yang tidak kenapa-kenapa.

"Saya siapin pesanan Mas dulu ya?"

"Iya, silakan"

Davin bergeser ke ruang tunggu, dia perhatikan Sheyra yang tengah meracik kopi dengan tangannya sendiri. Pandangan Davin jadi menyapu ke seluruh ruangan, bertanya-tanya apakah gadis itu benar-benar bekerja sendirian.

Masa || Kim Doyoung & Kim SejeongWhere stories live. Discover now