Episode 2

7 1 0
                                    

Happy reading.

Happy reading.

"AAAA!" Seojin yang kesakitan langsung teriak dan membuka matanya. Dia memukul-mukul kepala Renjun dan mendorong bahu pria. Renjun tidak memedulikan perlawanan dari Seojin, dia justru terlena akan darah yang terasa lezat daripada darah yang sebelumnya diminum olehnya.

"Renjun berhenti! Dia manusia!" Teriak Jeno yang baru saja masuk ke dalam kamar Seojin. Renjun pun langsung berhenti menghisap lalu membuka matanya yang merah itu. Dia langsung menjauhkan dirinya dari Seojin yang menangis.

"Maafkan aku," ujarnya sambil memeluk tubuh Seojin. Sedangkan wanita itu, dia memejamkan matanya sambil terisak pelan. Namun, beberapa saat kemudian, Seojin tidak lagi membuka matanya. Renjun yang mendengar detak jantung Seojin pelan langsung bangkit dari kasur lalu mengangkat tubuh Seojin.

"Dia kenapa?"

"Sepertinya pingsan, detak jantungnya lemah," ujarnya sambil berjalan keluar dari kamar. Dia langsung menghilangkan dirinya dengan Seojin dan muncul di parkiran mobilnya. Renjun langsung membuka pintu mobil itu dengan kekuatannya lalu membawa tubuh Seojin dengan perlahan. Dengan tangannya yang sibuk mencengkeram pinggang Seojin, tangan satunya lagi dia gunakan untuk menyetir mobil.

Renjun membawa Seojin ke rumah sakit dunia manusia, karena tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan. Tentu saja dia menggunakan masker untuk menutupi wajahnya, karena kekuatan untuk mengubah wajah itu akan sangat menguras tenaganya. Setelah Seojin mendapatkan pemeriksaan,. dokter itupun tersenyum manis ke pria yang ada didepannya itu.

"Dia hanya sedang mengalami menstruasi, yang mana setiap bulan selalu dia dapatkan. Tidak apa-apa, hanya perlu meminum obat penambah darah, dan jangan biarkan dia meminum kopi ataupun minuman beralkohol, apalagi yang bersoda," saran dokter itu.

"Aku bisa membawanya pulang kan?".

"Bisa tuan," balas dokter itu. Renjun pun langsung kembali menggendong Seojin. Dia pun membeli obat yang diresepkan oleh dokter tadi lalu segera saja kembali ke mobil.

"Bawa dia ke istana saja, sekalian dengan obatnya," ujar Jeno yang sejak beberapa menit yang lalu berada di dalam mobil.

"Baiklah, bawa mobilnya ke dorm, dan bilang sama manajer kalau aku ada urusan," ujar Renjun. Dia langsung menghilang bersama dengan Seojin. Sedangkan Jeno hanya bisa mendengus kesal.

Sesampainya di dorm, dia langsung menghubungi manajernya. Dia juga memanggil Jaemin dan Haechan. Untuk mendiskusikan tentang pamitan dengan para fans.

"Kalian pernah sadar tidak, ada satu momen dimana kita lagi konser dan aku merasakan ada mate kita di gedung itu," ucap Jaemin.

"Kapan itu terjadi?" Tanya Haechan.

"Lupa, karena kita melakukan konser hampir setiap bulan," jawab Jaemin.

"Sekarang kita bagaimana? Kontrak kerja kita sebentar lagi akan selesai, kalian akan meneruskan karir kemana?" Ujar Jeno.

"Lha bukannya kita ini seorang pangeran? Akh!" Jaemin meringis sakit, kakinya diinjak oleh Jeno, dan pria itu melirik ke arah manajer, Chenle dan Jisung.

"Ooh, maksudnya pangeran di keluarga masing-masing," ucap Jaemin meluruskan.

Chenle dan Jisung pun mengangguk paham. Mereka berfikir, akan bekerja di mana setelah menyelesaikan kontrak kerja dengan agensi. Mereka pun merenung, kecuali, manajer, Jeno, Haechan dan Jaemin. Manajer itu berkutat dengan ponselnya dan ketiga pria berkomunikasi dengan cara telepati.

Disisi lain, Renjun menatap dokter itu dengan tajam, bagaimana bisa dokter itu terlihat tergoda oleh aroma yang keluar dari tubuh matenya itu. Dia langsung meminta dokter itu untuk segera keluar dari kamarnya dan segera mengunci dan memberikan pelindung agar aroma tubuh matenya tidak sampai keluar dari kamarnya.

EmperorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang