Episode 3

8 2 0
                                    

Happy reading.

Pagi harinya, Seojin terbangun dengan punggung dan leher terasa begitu pegal. Dia juga merasakan perutnya seakan-akan ditimpa oleh sesuatu yang berat. Matanya mulai membuka dengan pelan-pelan. Pemandangan yang sungguh menyenangkan baginya. Wajah tampan Jaemin yang sedang tidak memakai makeup.

Dengan pelan tangannya terangkat untuk menyentuh hidung mancung pria itu. Inikah yang disebut mimpi indah. Jaemin pun membuka matanya lalu menatap wajah Seojin yang terlihat terkejut. Wanita itu langsung menarik tangannya lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke atas. Astaga, Seojin melupakan sesuatu, segera wanita itu melepaskan kedua tangan pria itu dan bangkit dari tempat tidurnya.

Dia langsung berlari ke kamar mandi, melihat pantulan dirinya di cermin wastafel itu. Bajunya terbuka setengah, serta lehernya terdapat tiga bekas gigitan dari ketiga vampir itu. Seojin meringis ketika jarinya menyentuh bekas itu.

Seojin pun keluar dari kamar mandi, berjalan ke dapur. Dia mengambil segelas air putih dan langsung meneguknya sampai tandas. Tenggorokan yang tadinya terasa kering pun mulai terasa segar. Seojin pun langsung duduk di sofa, menyetel televisi. Terlintas ide dipikirkannya, segera Seojin mengambil pakaian yang ada di lemari, lalu berganti pakaian di kamar mandi.

"Kamu mau kemana?" Tanya Jeno.

"Bukan urusanmu, dan jangan mengikutiku, aku ingin sendirian," jawabnya datar. Jeno yang menyadari akan sesuatu pun langsung berpindah berdiri di depan Seojin.

"Jika kamu keluar sendirian, kamu dalam keadaan bahaya Seojin," ujarnya lembut.

"Itukan musuh kalian, bukan urusanku," balas Seojin sambil berjalan melewati pria itu. Dia segera saja berjalan keluar dari apartemen. Sebenarnya, dirinya hanya ingin jauh-jauh dari kedua pria itu ataupun makhluk seperti mereka berdua, untuk menghilangkan rasa takut yang ada di dalam hatinya. Selama pelatihan militer, Seojin selalu menahan dan membuang rasa takutnya terhadap apapun itu.  Tapi, ini sekarang beda, yang dihadapinya bukan manusia.

Kejadian yang menimpanya selama lima hari ini membuat Seojin penasaran dan tak bisa berhenti berfikir kenapa dirinya bisa sampai seperti ini? Kenapa harus dia yang menjadi mate mereka? Beberapa pertanyaan itu membuatnya pusing.

Seojin langsung menuju ke cafe dekat dengan gedung apartemennya. Dia langsung membeli americano dan juga makanan full coklat. Dia ingin menenangkan pikirannya di pagi ini dengan suasana tenang cafe itu. Seojin langsung berjalan ke bangku yang terdapat di pojokan cafe sambil membawa minuman Americano.

Seojin masih memakai baju piyamanya, hanya jaket tebalnya saja yang memberikan rasa hangat. Seojin pun meneguk minumannya dengan tenang memandangi meja yang ada di depannya. Tatapannya terlihat kosong. Dia juga sadar di depannya ada seseorang yang duduk dengan tenang.

"Ayo pulang, tubuhmu masih lemah, daripada sakit, udara dingin disini tidak baik untuk tubuhmu," ujar Jaemin datar tatapannya juga datar.

"Tak bisakah kalian membiarkanku hidup dengan tenang tanpa adanya kalian di hidupku?" Balas Seojin dingin. Jaemin pun hanya tersenyum tipis, lalu dia menghilangkan diri. Dia berfikir, menjaga matenya dari jauh tidak masalah. Dia ingin memberikan sedikit ruang untuk wanita itu menyendiri.

Seojin yang merasa bahwa pria itu menghilang entah kemana, pun menghela napas lega. Setidaknya mereka tidak berbuat macam-macam dengannya. Walaupun begitu, setelah merasakan darahnya di hisap oleh mahluk itu membuatnya merasa sedikit waspada dan takut.

Seojin pun merogoh kantong jaketnya, mencari ponsel. Dia menyadari tidak membawa ponsel ketika keluar apartemen tadi. Dia menghela napas kesal. Segera bangkit dari tempat itu lalu keluar dari cafe. Melihat pemandangan di pagi hari yang dingin ini, Seojin menghembuskan napasnya ke udara.

EmperorМесто, где живут истории. Откройте их для себя