AYSHEL AMORA

70 13 5
                                    

Jangan lupa Vote+Komen yaa><

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa Vote+Komen yaa><

AISHEL AMORA

HAPPY READING ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING ❤️

🌟🌟🌟🌟

"APA APAAN INI!"

"KAMU PERINGKAT DUA PARALEL? PERINGKAT SATU NYA KAPAN?!!"

Ayshel Amora. Gadis cantik yang menatap mama nya tajam, ia tak takut tapi hati nya tidak bisa berbohong bahwa perkataan sang mama menyakitkan.

"Belajar belajar belajar! Jangan main hp terus!" sentak Lea.

"Jangan seperti papamu yang bodoh itu!" tambahnya membuat mata Ayshel berang.

Ia tidak suka di sama kan dengan Digo, papa nya itu brengsek, bodoh, binatang, pengecut.

"Sekali lagi mama sama sama in Ayhel dengan orang itu, jangan harap Ayshel akan pulang ke rumah."

Lea mendegus kesal. "Kamu ngancem saya?!"

Ayshel tersenyum sinis. "Engga, merasa terancam heh?"

"Sialan! Saya tidak mau tau tahun besok kamu harus peringkat satu!" titah Lea lalu pergi begitu saja.

Ayshel menghela napas lelah, ia menatap sekeliling rumah megah ini. Tidak ada foto keluarga, tidak ada foto dirinya saat kecil hanya ada beberapa lukisan mahal dan hiasan hiasan elegan.

Memilih beranjak ke kamar nya, Ayshel melangkah menuju kamar mandi. Menyalakan shower lalu merenung disana, itu memang sudah menjadi kebiasaan nya.

"Ayshel harus apa agar di hargai?" lirih nya.

Mata nya sudah memerah akibat menangis hampir dua jam, tubuhnya sudah memucat bak mayat hidup.

Tok tok...

"NON!"

"INI SAYA DIENER!"

Pintu kamar mandi terus di dobrak, wanita paruh baya itu nampak khawatir karna sang pemilik kamar sudah sangat lama di kamar mandi. Ia takut penyakit nona nya kambuh, apalagi baru kemarin Ayshel terapi.

"NON! DIENER BAWA MAKANAN KESUKAAN NON!"

Cklek

Pintu terbuka, Diener menghela napas lega lalu menatap Ayshel cemas. Ia menyuruh Ayshel berganti baju dan istirahat sementara Diener turun ke bawa untuk menyiapkan makanan kesukaan Ayshel.

Sembari menunggu, Diener memainkan ponsel nya lalu menunggu seseorang menjawab telfon nya.

"Hallo, tuan."

"..."

"Nona Ayshel kambuh, dia dan Lea baru saja bertengkar."

"..."

"Karna nona Ayshel tidak peringkat satu."

"..."

"Ya, sepertinya tuan harus mengalah agar nona Ayshel peringkat satu."

"..."

"Baik tuan."

Diener menatap masakan yang sudah matang setelah nya ia menuju kamar Ayshel. "Non!"

"Yaallah!"

Diener memegang kening Ayshel yang terasa panas. "Demam."

"Diener." lirih Ayshel.

"Butuh sesuatu?" tanya Diener.

"Saya mau makanan itu." tunjuk Ayshel pada nampan yang terletak di meja belajar nya.

"Setelah makan nona istirahat ya, dokter Abigail akan kesini memeriksa kamu." ujar Diener yang di angguki Ayshel.

Lagi lagi Diener tersenyum tulus, ia cukup khawatir melihat Ayshel yang seperti ini. Keluarga yang seharusnya saling suport, menghargai, memberikan cinta justru malah menyakiti, memberi trauma yang mendalam.

"Saya ke dapur dulu nona" pamit Diener.

Ayshel menahan pergelangan Diener. "Jangan pergi, a-ayshel cape, ayshel lelah diener."

🌟🌟🌟🌟

Setelah Ayshel ber ucap seperti itu, ia langsung tak sadarkan diri. Diener hanya menangis ketika dokter Abigail menjelaskan keadaan Ayshel, Diener tersenyum miris ketika tubuh majikan nya terlihat kurus, putih pucat, mata sembab dan pergelangan tangan yang memar.

"Saya harap anda bisa menjaga nona Ayshel dengan lebih ketat, jangan sampai nona Ayshel lepas pengawasan dari anda. Trauma nya makin parah, itu yang memicu Ayshel menyakiti diri nya sendiri, saya tidak tau kedepan nya Ayshel akan bertindak seperti apa pada dirinya sendiri." jelas dokter Abigail.

Dokter Abigail tersenyum lalu menepuk bahu Diener lembut. "Obat nya di minum teratur, oh iya! Saya tidak sendiri diener."

Ucapan dari dokter Abigail membuat Diener mengernyit heran, ia heran sekaligus penasaran. Maksudnya dokter Abigail tidak sendiri?

"Anda datang bersama istri anda?" tanya Diener.

Dokter Abigail menggeleng sembari tersenyum lalu dagunya bergerak menunjuk pintu kamar Ayshel.

Syok, diener menatap pria di depan pintu kamar Ayshel tak percaya.

"Tuan?"

"Ya, jangan lalai lagi Diener." suara deep voice yang keluar dari pria itu membuat Diener mengangguk paham.

"Silahkan tuan, nona akan sadar satu atau dua jam kedepan karna dokter Abigail membius nya." jelas Diener.

Diener dan dokter Abigail pamit undur diri meninggalkan pria tampan itu.

Pria itu mendekat ke arah Ayshel, ia duduk di samping ranjang Ayshel. "Aku merindukan mu Ay."

Pria itu beranjak lalu tidur di samping Ayshel dan memeluk pinggang ramping gadisnya.

"Aku harap kita akan selalu bersama dan-"

"Aku benci ada penghalang di antara kita."

"Geet well soon baby."

AXSHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang