3. Lupa tugas

36 6 21
                                    

Hai semua, gimana nih kabarnya? Aku kembali membawa kelanjutan kisah Arvell. Monggo di cicipi

***

Avelia mendengkus bosan, pelajaran kimia ini gurunya sedang ada problem. Bisa di bilang sekarang kelasnya sedang jamkos. Ia hanya duduk sendiri di pojok paling belakang. Tidak ada yang mau mengajaknya mengobrol dan ia tak mempermasalahkan hal itu.

Namun, entah ada angin apa, primadona kelasnya ini mendekatinya dan mengajaknya mengobrol.

"Vee," panggilnya.

Avelia melirik Yola seakan bertanya kenapa?

"Lo nggak bosen sendirian terus?" tanya sang primadona kelas yang bernama Mayolanda Giantania.

"Mau gimana lagi? Nasib udah begini ya jalanin aja," jawab Avelia dengan santai. Sendiri bukanlah hal yang memalukan.

Sebenarnya Yola sudah memperhatikan Avelia sejak pertama kali bertemu. Hanya saja Yola memperhatikan Avelia dari kejauhan, mau mendekat, tetapi dirinya belum bernyali apalagi Avelia adalah siswi korban bullying.

"Gue salut sama lo," puji Yola sambil tersenyum manis.

"Gue?" tunjuk Avelia pada dirinya sendiri. Yola mengangguk sebagai jawaban.

"Di dalam diri gue nggak ada yang bisa di banggain. Yang ada gue malah iri sama lo, punya banyak temen. Banyak yang suka lo, banyak yang peduli sama lo. Tanpa lo minta juga mereka bakal siap membantu lo dengan senang hati," tutur Avelia sendu. Bohong jika ia tak ingin memiliki teman. Sangat, sangat ingin, tapi apa boleh buat?

Yola terhenyak. Apakah setiap orang berpikiran seperti Avelia?

Tangan Yola memegang pundak Avelia untuk menyalurkan energinya. Andai lo tau gimana rasanya jadi gue batinnya berucap lirih.

"Sebenarnya ini nggak semulus yang lo lihat, tapi, kalau lo mau jadi temen baik gue. Gue akan seneng banget," Yola memandang Avelia tulus. Ia ingin mempunyai teman seperti Avelia.

Avelia tersentak, akhirnya setelah sekian lama dirinya mempunyai teman juga.

Hidup sebatang kara, dengan financial yang terlalu pas-pasan dan kadang bisa di bilang tidak cukup itu sangat berpengaruh pada kehidupan sosial Avelia.

Banyak dari mereka yang mau berteman karena merasa level mereka sama, bisa membanggakan harta orang tua masing-masing dan berfoya-foya sana sini tanpa memusingkan sulitnya mencari uang.

Namun, berbeda dengan Avelia. Dia harus bekerja untuk mendapatkan uang, dan di sekolah pun Avelia sibuk dengan urusan sekolah. Hal itu juga yang membuat dia tidak memiliki teman, dan jangan lupakan jika Avelia adalah siswi yang berada di bawah naungan Arjuna Dirgantara.

Bukan tergolong dalam orang terdekat Arjun yang notabene nya menjadi bagian dari pertemanan laki-laki itu, melainkan menjadi bahan bulan-bulanannya seorang Arjuna Dirgantara.

Bisa di bilang Avelia adalah korban bullying laki-laki bermarga Dirgantara itu, karena hal itu juga yang membuat Avelia tidak memiliki teman, banyak dari mereka takut kena imbas dari perundungan yang Arjun perbuat hingga menjauhi Avelia.

Jika di tanya kenapa Avelia tidak melaporkan pada pihak sekolah jawabannya adalah Arjun itu anak pemilik sekolah, Gantara School. Setiap warga sekolah selalu melindungi Arjun walau mengetahui perbuatan Arjun salah. Bukan orang tua Arjun yang tutup mata, melainkan warga sekolah lah yang patuh di bawah naungan Arjun dengan sogokan uang.

Tanpa banyak berpikir, dengan senang hati Avelia menerimanya.

"Gue mau," Avelia tersenyum menatap Yola. Ia berharap pertemanannya ini sungguh-sungguh tulus.

AVELIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang