70.... 21+ Dendam

2.9K 74 1
                                    

Selesai makan siang Javas berencana mengunjungi bengkel guna melihat mobilnya yang rusak. Ia berjalan tergesa menuju basemen tetapi langkahnya terhenti mendengar namanya dipanggil.

"Javas,"

Suaranya tidak familiar ditelinga untuk itu Javas tetap melanjutkan langkah. Dan orang yang tadi memanggilnya berusaha mengejar hingga keluar kantor.

"Javas tunggu,"

Javas menoleh ternyata ia tidak salah mendengar, orang yang tadi memanggilnya sudah berdiri dibelakang. Dia adalah Sinta yang sengaja datang menemui Javas.

"Hai,"

"Ada urusan apa?" tanya Javas tanpa basa-basi.

"Boleh kita bicara,"

Javas tampak menilik arloji, jarum jam masih diangka pertengahan satu dan waktu makan siang masih tersisa tiga puluh menit. Javas juga tidak memiliki agenda penting. Selain meeting bersama client yang akan diadakan sore nanti.

"Oke."

"Tapi untuk lebih leluasa, aku ingin bicara di ruangan mu."

Kedua alis Javas terangkat, "Why?"

"Karena ini penting."

"Oke,"

Putusan final mereka akan bicara diruangan Javas. Sebenarnya Javas juga ada hal penting yang harus dibicarakan dengan Sinta, kebetulan sekali wanita ini yang datang ke kantornya sehingga Javas tidak perlu bersusah payah ke rumah Sinta seperti semalam.

Disinilah mereka saat ini, di lantai dua sembilan dimana ruangan Javas berada. Untungnya Javas memiliki ruangan khusus sehingga ia bisa menerima tamu siapa pun tanpa menganggu pekerja lain.

Sinta tampak memperhatikan ruangan yang luas ini, tidak banyak furniture disana hanya rak lemari berisi berkas, meja dan kursi serta sofa hitam yang memang diletakkan didekat jendela sehingga saat menerima tamu mereka akan di hidangkan pemandangan kota dari ketinggian.

"Silahkan duduk."

Sinta tampak gelagapan mendengar suara Javas, ia pun mendudukkan bokong di sofa hitam itu.

"Sebenarnya tujuan ku datang kemari untuk membicarakan hal kemarin."

"Soal pembebasan Barron?"

Sinta menggeleng, "Bukan bukan, kalau soal itu aku menolak membebaskan Barron. Bagaimana pun kita harus memberi efek jera pada pelaku."

Javas tersenyum miring, tadinya Javas mengira kedatangan Sinta untuk memberitahu jika dia setuju dengan usulan Rahadi untuk membebaskan anaknya.

"Ini soal rahasia, semoga tidak ada orang yang tahu kedatangan om Rahadi kemarin." Sinta tampak diam sekian detik hingga kembali bersuara,
"Rahasiakan juga dari Rinjani." lanjut Sinta lagi.

Huft... Javas menarik nafas dalam-dalam, Sinta mengira jika Javas masih berhubungan baik dengan Rinjani.

"Kau takut pada Rinjani atau tante Amelia?"

"Lebih ke Rinjani. Aku tidak peduli dengan orang lain."

Javas memajukan tubuh dengan wajah mesumnya, "Lalu kenapa kau masih mau diajak ke atas ranjang?"

Sinta terdiam tidak bisa menjelaskan apa pun, karena memang semalam mereka berdua sempat beradegan panas diatas ranjang.

"Sinta dengar, dengan kamu mau diajak bercinta lagi bukan tidak mungkin Rahadi akan kembali memegang kendali atas emosional mu."

Javas benar, dengan kejadian semalam Rahadi bisa mengendalikan Sinta lagi. Dan Sinta mengakui kebenaran itu.

"Javas kamu tentu tahu alasannya."

Cupid Lonestly 2 (END)Where stories live. Discover now