74.... 18+ Lelah

2.2K 77 4
                                    

Ciuman yang berangsur kurang lebih lima menit ini cukup membuat deguban jantung berhenti sejenak. Meski hanya saling menempelkan bibir bukan ciuman menuntun seperti yang biasa Javas lakukan. Rinjani mengalihkan wajah mendorong tubuh Javas menjauh. Sebab berada pada posisi sedekat ini membuat jantungnya tidak aman.

Javas memprotes tindakan tangan Rinjani dengan kerutan pada dahi, smirk mematikan juga terpancar disana.

"Tolong hargai saya sebagai wanita."

Ucapan Rinjani mampu membubarkan segala pikiran, Javas bukan akan memperkosa ditempat seperti ini dia masih mampu membayar sewa hotel. Javas hanya ingin bicara berdua tanpa ada orang lain sementara Rinjani terus menghindar. Sehingga jalan akhir mereka harus bicara dengan posisi seperti ini.

"Ehmmm.." deheman ringan dari Javas sebelum memulai obrolan. Javas memegang kedua bahu. "Rinjani, aku hanya ingin bicara empat mata dengan mu. Tolong kamu juga hargai ku."

"Kalau itu tentang pekerjaan bukan disini tempatnya."

"Tentang kita."

"Ck!" Rinjani mengalihkan kedua tangan Javas yang ada dibahunya. "Hubungan kita sudah selesai, tidak ada lagi yang perlu dibicarakan."

Javas tersinggung dia kembali meraih bahu ditatapnya lekat-lekat wajah yang mulai mengeluarkan ketakutan. Javas meraih ponsel dari dalam saku memperlihatkan sebuah video pada Rinjani. Video tersebut adalah hasil rekaman mereka berdua tengah bercinta yang di rekam secara diam-diam oleh Javas tanpa sepengetahuan Rinjani.

Dalam video terlihat jelas seluruh tubuh mereka berdua. Rinjani menganga melihat ponsel yang masih menampilkan video tidak pantas itu. Rinjani akan merebut ponsel tetapi Javas menghindari dengan mencekal dagu.

"Kemarin aku meminta mu baik-baik tetapi selalu ditolak, dan sekarang tinggal pilih video ini menyebar atau ikuti perintah ku."

"Brengsek! Kau penjahat! Beraninya hanya mengancam!!" maki Rinjani

Javas menyunggingkan senyum remeh, pegangan pada dagu kembali mengerat bahkan Rinjani sampai berjinjit karena pegangan tersebut.

"Aku hitung mundur, keputusan akan menentukan masa depan mu." Javas terkekeh, "Lima..... empat... tiga...."

Dalam kurun waktu dua detik otak Rinjani dipaksa berfikir, memikirkan segala kemungkinan yang pertama jika video tersebut tersebar akan berpengaruh pada bisnis yang sedang dijalani lalu yang kedua jika menuruti perintah Javas, Rinjani tidak memiliki kebebasan. Dia akan hidup dalam sangkar emas milik Javas.

"Du---dua....."

"Tunggu! Jika video tersebar perusahaan Roni yang akan kena imbasnya. Anda tidak lupa kan pak Javas, kita memiliki kontrak kerja sama?" Rinjani tersenyum bisa mengancam balik pria sombong ini.

"Tidak jadi masalah, sebab aku belum mengeluarkan dana sepeser pun dan untuk perusahaan Roni, kita masih bisa manipulatif semua kontrak kerjasamanya." Javas tertawa diakhir kalimat.

"Sial!" maki Rinjani dalam hati. Tadinya Rinjani sudah percaya diri.

"Pikirkan baik-baik Rinjani, waktu mu tersisa satu detik. Setelah ku tekan tanda kirim maka video ini akan muncul di internet."

Rinjani memejamkan mata menarik nafas sebelum mengeluarkan keputusan.

"Sa....."

"Saya memilih pilihan ke dua." lirih Rinjani dengan intonasi pasrah.

Seriosly? Rinjani memilih opsi kedua? Apa Javas tidak salah dengar? Itu artinya.... Javas tidak bisa tidak tersenyum. Dia menang atas wanita angkuh ini.

Cupid Lonestly 2 (END)Where stories live. Discover now