Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Johan Yanuar
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
✯✯
Wanda Atmaja
"Bun liat tu si Wanda, abang udah capek-capek nungguin dia malah pergi sama Aksa. Nanti aja kalau ditinggalin marah, kalau gitu mah aku gausah nungguin dia ya bun! mana ga ada sopan sopannya lagi ke abangnya tuh."
Ternyata Hendra masih berlanjut rudetnya, masih mempermasalahkan gue yang berangkat bareng Aksa. Bukannya intropeksi diri dia malah makin rudet setelah pulang sekolah, heran. Mana sekarang anaknya ngadu ke Bunda lagi, kenapa semua orang di dunia ini ya ampun.
Bunda ga ambil pusing, "Makan ni tadi mama nya Aksa ngasih bolu, oh iya kita kan ada lebih iga sapi yang belum dimasak, bang nanti kamu kalau mau ke rumah Aksa sekalian bawain ya. Wanda juga bantu abang bawain sop iga buatan bunda ya."
Gue dan abang mengangguk serempak, inilah cara Bunda ketika memperbaiki hubungan gue dan Hendra. Dia gak bisa nolak perintah bunda dan ini juga secara gak langsung bunda nyuruh gue untuk minta maaf. Sebenernya gue juga merasa banyak kurang ajar, sebagai adik gue tetep harus minta maaf atas kelakuan gue.
✯✯
"Bang, just want to say that i'm sorry for today. Gue nyebelin ya?" Sembari membawa semangkuk sup iga dan berjalan ke rumah Aksa, gue membuka percakapan.
Hendra dan sekantung plastik berisi iga sapi itu akhirnya tersenyum, "Merinding gue liat lo tiba-tiba punya adab. okey,cause you already sound sincere then i forgive you. Gue juga minta maaf ya udah rudet aja padahal masi pagi" hal kecil seperti inilah yang bikin gue ngerasa bersyukur.
Maaf bukanlah kata yang diucap untuk masalah yang besar dan keruh aja, dia bisa jadi pengakuan atas kesalahan kecil yang mungkin ga disadarin sama kita.
