Food lover✯

121 15 0
                                    

Wanda Atmaja

Hidup ini cuman sekali. Makannya, selama gue masi dikasih nikmat untuk makan dengan normal dan bisa mencicipi nikmatnya makanan dari negeri tercinta yakni, indonesia dengan segala rempah ruah dan bumbu kentalnya, gue akan terus mensyukuri hal itu seumur hidup melalui kuliner setiap weekend. 

Untuk gue si pecinta kuliner, makan selain daripada kebutuhan juga menjadi sebuah hobi yang menyenangkan. Ketika nikmatnya santan kelapa dan campuran dari berbagai bumbu khas yang dihaluskan diantaranya cabe, serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, bawang merah. melumuri rendang dengan begitu menggiurkan lidah dan harum yang mengenyangkan.

Dan disinilah gue, bersama sepiring nasi ditemani rendang, sambal hijau, dan sayur nangka. Tak lupa secangkir teh tawar panas. Sungguh, nikmat mana lagi yang engkau dustakan?

Gue ga sendiri, didepan gue ada Sakti yang kini tengah menyantap dengan porsi yang persis sama. Kecuali satu, dia nambah satu piring nasi. Entah sebesar apa lambungnya, tapi gue ga masalah karena gue udah hapal banget kebiasaan dia setiap makan bareng gue disini.

Dia sahabat gue dari jaman SMP sampai sekarang kita duduk dibangku kelas 11 SMA. 

"Makanhd gih, kenapajh malah ngeliatinnm gue?" ucapnya dengan mulut yang masih terisi sesuap nasi.

gue mendengus, "Makan dulu baru ngomong, lagian udah 5 tahun kita bareng tetep aja ya porsi lo gede." ucap gue lalu melanjuti makan yang tadi sempat terjeda.

Sakti tersenyum tipis menyebalkan, "ekhem, tumbenan lo merhatiin gue"

"Yaelah gitu doang baper, hahaha." gue tertawa kecil lalu menuntaskan makan.

"Beres ini mau kemana kita?" tanya Sakti.

"Ya balik lah, mau kemana lagi? sekarang perut gue udah kenyang. Ayok pulang, gue mau nonton series kesukaan gue."

Sakti memutar kedua bola matanya malas, "Main dulu lah kita wan.." pinta nya.

Gue menggeleng kuat, gak bisa. Ketika gue udah mengambil keputusan, ga akan ada yang bisa menggoyahkan keputusan gue. "Kalo lama, gue pulang sendiri aja naik angkot."

Sakti menghela nafasnya, "Yaudah ayok pulang"

gue tersenyum dan berjalan riang ke parkiran.

✯✯

Sakti Putra Radeva

Wanda, wanda.. coba aja lo tau kalau gue gak mau waktu kita cepet habis gitu aja. Gue masih pengen dengerin ocehan panjang lebar ga bermutu lo dan semua apapun yang lo lakuin. Gue gak tau kenapa, tapi seminggu terakhir ini gue ngerasa kalau gue gak bisa kalau gak di dekat lo. 

Gue seneng liat wajah ceria lo dan jalan kesana kemari kayak anak kecil, ngoceh ga jelas dan selalu review makanan yang padahal udah sering banget dicoba dan ditempat yang sama. rasa rasanya gue bakal panjang umur kalau bareng sama lo, tapi diwaktu tertentu kayak sekarang aja. Lo juga sering buat gue senewen sama kelakuan absurd lo itu.

"Ayo naik" kita udh sampe diparkiran dan gue udah naik di motor, tapi kenapa anak itu belum naik-naik ya?

"Yang bener sa? kan gue bilang apa, disana tempat makan paling enak. Pokoknya rekomendasi gue pasti trusted ko." suara riang nya bukan untuk gue, setelah gue nengok ke belakang. Ternyata dia lagi ngobrol sama Aksara Birendra. Tetangga kompleknya Wanda sekaligus kakak kelas gue. 

Dia natap mata gue sekilas, entah kenapa atmosfer sekitar gue terasa beda. Gue tau, tatapan itu adalah pertanda. Pertanda kalau bendera perang akan dikibarkan.

✯✯

Aksara Birendra

Dari jauh gue liat gerak-gerik perempuan yang sangat gue kenal, ternyata benar. Itu Wanda dan yang baru aja naik motor itu adalah Sakti. Adek kelas gue.

"Wanda! haii"

"Aksa!? heii dari mana?" Dia Wanda, tetangga gue sekaligus adek kelas gue yang memang dia ini kelupaan hormat sama gue. Tapi gue juga yang minta dia untuk ga perlu manggil gue kak, dari tk gue udah menanamkan itu ke dia. Lagipula beda kita cuma setahun dan gue ngerasa akrab sama dia.

"Gue abis makan sushi ditempat rekomendasian lo, kebetulan juga dapet diskon 30% sesuai sama apa yang lo kasih tau kemarin" jelas gue.

Dia tersenyum lebar, manis.

"Yang bener sa? kan gue bilang apa, disana tempat makan paling enak. Pokoknya rekomendasi gue pasti trusted ko." ucapnya semangat.

Gue mengangguk setuju, lalu melirik sekilas ke arah Sakti. Laki-laki itu selalu menemani Wanda kulineran setiap weekend. Sejujurnya, gue iri dengan kedekatan Sakti dan Wanda. Tapi ga masalah, gue juga tau kalau Wanda punya banyak temen laki-laki lainnya. Dia memang ga peka dan entah kapan dia serius mulai suka sama seseorang. Tapi gue juga tau, Sakti ga hanya menganggap Wanda sebatas sahabat. Dari tatapannya dan dari sikapnya ketika gue hadir. 

 ✯✯

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Wanda being exicted!

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Wanda being exicted!

 ✯✯

eitss masi pemanasan

Hm ayo komen taman-teman buat chapter 1 inii!

kalian tim siapa niii!

-with love moi

Sparkling with the Season ✯ Winter ft boysحيث تعيش القصص. اكتشف الآن