Chapter 2

177 28 2
                                    

“Tidak, Taehyun. Lihat bukumu,” tegur Beomgyu saat melihat Taehyun yang terpaku melihat ke arahnya.

“Hehe.” Taehyun tersenyum dan melihat ke arah buku.

Taehyun merubah pikirannya soal ia yang tidak suka belajar bahasa Jepang. Ketampanan Beomgyu tentu saja tidak bisa ditolak. Taehyun tidak bisa memalingkan wajahnya sedikit pun. Beomgyu menjelaskannya secara pelan agar Taehyun paham. Namun ketampanan wajahnya seperti menutup kedua telinganya.

“Dalam bahasa Jepang, ada tiga jenis huruf yang harus dipelajari, Hiragana, Katakana, dan Kanji. Hiragana adalah bahasa Jepang asli. Kalau Katakana adalah kata-kata serapan dan yang terakhir adalah Kanji, salah satu huruf yang digunakan di Jepang yang jumlahnya mencapai ribuan huruf. ini level tersulit dan tentu kita akan belajar secara perlahan,” Beomgyu menjelaskan tentang materi bahasa Jepang, namun Taehyun tidak berkutik sama sekali. Lelaki itu hanya diam dan menatapnya sambil tersenyum.

“Ada yang ingin ditanyakan?” tanya Beomgyu.

Taehyun melirik buku tulisnya yang kosong, kemudian menggoyang-goyangkan pulpennya, hanya iseng. “Kalau bahasa Jepangnya ‘aku menyukaimu’ apa?”

Beomgyu terdiam sejenak, dapat terlihat Taehyun benar-benar tidak bisa fokus. Beomgyu mendekatkan dirinya dan menatap mata Taehyun, sontak yang lebih muda terkejut akan tingkah Beomgyu. Taehyun terdiam membeku dengan wajah memerah semu.

“"Taehyun-kun no koto suki desu,” beomgyu menopang dagunya dan kembali berkata, “Tsukiatte kudasai?”

Taehyun berteriak dalam hati. Meski tidak tahu artinya, tetapi suara Beomgyu yang terdengar dalam dan juga seksi membuatnya hampir gila. Dengan gugup Taehyun bertanya, “apa artinya?”

“Aku suka sama Taehyun. Maukah kamu jadi pacarku?” jawab Beomgyu. 

“Lalu cara membalasnya bagaimana?” tanya Taehyun dengan tatapan penuh penasaran.

Watashi mo. Yoroshiku ne Beomgyu-kun. Artinya, aku juga, mohon bantuannya ya Beomgyu,” jelas Beomgyu.

Taehyun mengkerutkan dahinya dan berkomentar, “kenapa kaku sekali?”

Beomgyu tersenyum. “Kebanyakan orang Jepang memang begitu, kaku. Tapi bukan berarti mereka tidak bisa romantis, biasanya mereka akan membawa kekasihnya melihat bunga sakura dan kembang api di pasar malam,” jawab Beomgyu.

Act of service?” tebak Taehyun, lalu Beomgyu mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Aku mau belajar mengucapkannya, tetapi bersama sensei,” kata Taehyun.

“Tentu.” 

Beomgyu tersenyum tipis dan menatap Taehyun yang sepertinya sedang berusaha mengingat-ngingat apa yang diucapkan Beomgyu sebelumnya. Beomgyu berinisiatif untuk membuka suaranya lebih dulu agar Taehyun bisa mengikuti setelahnya.

“Taehyun-kun no koto desuki desu,” ucap Beomgyu dan mencoba satu kalimat lebih dulu.

Watashi mo, Beomgyu-sensei,” jawab Taehyun dengan senyuman polos yang sengaja ditampakkan.

Beomgyu terdiam, mengedip-ngedipkan matanya. Sedangkan, Taehyun hanya bisa menunjukkan deretan giginya. Beomgyu tertawa pelan, baru sadar dirinya telah dijebak oleh Taehyun.

“Baiklah, sudah bercandanya. Kita fokus dulu bisa, hm?” kata Beomgyu. Taehyun tersenyum malu, lalu mengangguk dan mereka melanjutkan pelajaran bahasa Jepang, walau Beomgyu masih sering menegur Taehyun untuk tidak menatap wajahnya dan tetap fokus.

Setelah selesai pembelajaran, Beomgyu memberikan nilai pada catatan di buku Taehyun, lalu menutup buku panduan milik Taehyun dan berkata, “baiklah, kita akhiri dulu sampai disini.”

Taehyun mengangguk dan menatap Beomgyu. “Besok kau akan kembali 'kan?”

“Ayahmu minta khusus sabtu dan minggu saja,” jawab Beomgyu.

Taehyun terdiam sejenak, sejujurnya ia merasa sedikit kecewa akan kehadiran Beomgyu yang hanya bertemu di hari libur. Tak lama kemudian Beomgyu tersenyum dan berpamitan kepada Taehyun.

“Baiklah, saya pamit pulang,” 

“Sampai jumpa, sensei!”

Taehyun melambai-lambaikan tangannya, sambil tersenyum manis. Beomgyu terkekeh gemas, lalu pergi meninggalkan Taehyun. Sedangkan, Taehyun langsung datang ke ruang kerja milik Ayahnya.

“Aku mau protes,” ucap Taehyun yang baru saja diambang pintu. Sang Ayah terlihat sedang duduk sambil menyeruput kopinya, lalu menoleh ke arah anaknya.

“Ada apa?” tanya sang Ayah.

“Aku ingin les setiap hari. Aku merasa tidak cukup kalau les bahasa hanya sabtu dan minggu,” jawab Taehyun dengan spontan dan dengan bumbu kebohongan pastinya.

“Lalu, bukannya senin sampai jumat kau ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah?” tanya sang Ayah kembali. 

Taehyun terdiam, seketika ia merasa bingung dan dengan cepat ia berucap tanpa berpikir.  “Aku akan keluar. Aku mau les setiap hari.”

Sang Ayah menatap Taehyun lama. Tangan Taehyun sudah berkeringat, ia tidak ingin membuat Ayahnya curiga. Setelah beberapa menit kemudian, Ayahnya menampakkan senyumnya dan kemudian mengangguk.

“Baiklah, nanti Ayah pikirkan.”

Sakura SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang