Chapter 2

642 26 2
                                    


– All About Him-


"Kita harus buka pintunya sekarang."

Meski masih tetap bertahan, mau tak mau aku mengagumi kegigihan sahabatnya di balik pintu.

"Tapi apa kau bersungguh - sungguh ingin membukanya?"

"Apa kau tidak ingin tahu kenapa temanmu datang?"

Meski berteman, biasanya mereka harus memberitahumu terlebih dahulu jika ingin datang menemuimu. Jika temannya memberitahu akan datang, dia tidak akan mengundangku untuk datang ke kamarnya. Oleh karena itu, aku tidak bisa memikirkan hal lain selain karena teman-nya yang datang tanpa pemberitahuan, itu pasti ada alasannya.

"Aku tahu alasan kenapa mereka ada di sini."

"..." Aku mengangkat sebelah alis karena terkejut. Tapi aku tidak bertanya bagaimana dia tahu.

Pemilik rumah berambut abu-abu itu membuka pintu sedikit, menyembunyikan tubuhku dari teman-temannya, lebih memilih agar mereka tidak melihatku. Tanpa membuka pintu sepenuhnya, Him menghela nafas lelah sebelum mengulurkan tangannya untuk menyambut para tamu.

Begitu Him memperlihatkan wajahnya, ketiga suara itu berteriak agar pintu dibuka, berteriak dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

Aku segera mengerti kenapa teman-temannya ada di sini.

Dan aku mengerti kenapa Him tahu kenapa teman-temannya datang.

Setelah lagu ulang tahun berakhir, salah satu temannya berkata, "Doa terbaik Daddy, tapi kita belum membeli apapun."

Him meniup lilinnya sampai padam sebelum mengusir temannya. "Apa kalian sudah selesai?"

"Selesai."

"Kalau begitu, kalian bisa kembali".

"Kenapa kau jahat sekali? Kami membawa alkohol." terdengar suara lain dari balik pintu.

"Buka pintunya cepat! Hari ini kita akan tinggal bersama Daddy Him."

Aku diam-diam tersenyum saat mendengar suara yang dalam, berpura-pura imut dan mengecilkan suaranya.

"Buka, buka, buka!!!" pintunya didorong, namun tidak terbuka lebar karena Him menahannya terlebih dulu. Saat itulah aku baru sadar, jika aku tidak berpakaian dengan benar.

"Tunggu sebentar," Dia tersenyum pada temannya, tapi kemudian menutup pintu. Dia menghela nafas pelan sebelum berbalik untuk berbicara kepadaku dengan nada yang lebih lembut.

"Tidak apa-apa. Hari ini adalah hari ulang tahunmu... akan lebih baik jika bisa bersenang-senang bersama teman-temanmu. Tentang ini, kita bisa melakukannya lagi lain kali."

"Tapi aku ingin bersamamu," dia mendekat, mengusap pipiku dengan ujung hidungnya menggoda.

"Mungkin di lain hari".

"Itu tidak bisa membantu." Tentu saja aku sangat gembira, begitu pula dia.

"Jadi... apa kau ingin tinggal lebih dulu?" Him bertanya pelan. Sebuah pertanyaan yang penuh dengan nada memelas "Tinggal saja dan ikut minum, na...."

"Tapi aku sama sekali tidak mengenal teman-teman mu, jadi bukankah akan terasa canggung?"

"Dengan mereka, aku yakin kau tidak akan merasa canggung."

Aku berpikir sejenak... mengetahui aku tidak seharusnya tinggal. Tapi sepertinya menyenangkan.

Dan satu hal lagi, saat kembali ke kamar, aku masih tidak melakukan apa pun. Mungkin duduk sendirian menonton TV dan akhirnya mati (tertidur ). Tidak ada lagi Jay yang bisa duduk dan menonton film atau mengobrol. Ini sudah berakhir.

DIAWhere stories live. Discover now