BAB 28

2 0 0
                                    

Curhat

Masih dalam situasi menegangkan setelah aku terpergok Naja berada di apartemen Jerre, dan masih belum ada yang bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih dalam situasi menegangkan setelah aku terpergok Naja berada di apartemen Jerre, dan masih belum ada yang bicara.

Namun, Hesa yang baru datang dengan kadar kepekaan tinggi langsung bisa mencerna situasi.

"Gue khawatir banget sama Jerre karena nggak bisa dihubungi. Gue udah ngasih tau kalian soal kekhawatiran berlebihan gue, kan? Dan itu alasan kalian akhirnya ke sini? Nah, sebelum itu gue nyuruh Gla buat ngecek karena dia punya—karena gue rasa cuman dia yang bisa gue mintaim tolong."

Hesa menatapku. Dengannya aku tidak sungkan memperlihatkan wajah sedih. Lalu cowok itu menghela napas, terdengar lelah.

"Kalau ada yang perlu disalahin, itu gue," ucap Hesa.

Tak ada tanggapan. Tapi Naja mengembuskan napas, kemudian menatapku. "Mau pulang?"

Aku mengangguk. Aku juga pasti sudah menciptakan semacam ekspresi sedih atau lebih dari itu ketika melihat wajah khawatirnya. Berbeda dengan kecemasanku yang mengira dia akan marah. Atau sebenarnya dia menyembunyikan kemarahannya.

Naja bahkan menarik tanganku dengan lembut, seolah gerakan kasar bisa membuatku rapuh. Lalu dia membawaku pergi untuk diantar pulang.

Sepanjang perjalanan pulang, aku terdiam bisu. Kali ini aku tidak bisa menyembunyikan wajah sedih nan murungku. Hal itu membuat Naja berkali-kali melirikku.

"Kamu nggak papa?"

"Nggak papa, kok," jawabku, tanpa menatapnya.

Aku sibuk dengan isi hati dan pikiranku sendiri. Pasca syok karena mengetahui Jerre menyukai Gladys, aku dibuat syok untuk yang kedua kalinya oleh tuduhan Reza. Semuanya membuat perasaan dan pikiranku jadi campur aduk.

Rasanya seperti aku terjebak dalam keadaan yang rumit. Aku merasa bahwa hubunganku dengan Jerre tak lebih dari seorang teman yang peduli, tetapi hubunganku yang dekat dengan Jerre rupanya memicu cemburu Naja, sehingga berkontribusi pada konflik di antara teman-temannya.

Kesalahan dan perasaan bersalah sudah menghantuiku. Aku berusaha mencari cara untuk mengatasi situasi ini tanpa merusak persahabatan yang telah aku bangun bersama Jerre, Naja dan anggota Aether lainnya. Ini adalah konflik internal yang rumit, karena aku merasa bertanggung jawab sekaligus merasa tidak pantas disalahkan atas masalah yang terjadi.

Ditambah, aku kebingungan luar biasa mengapa fakta Jerre menyukai Gladys sangat menggangguku. Berkali-kali aku mencoba memahaminya, tapi hasilnya begitu rumit untuk aku cerna.

"Udah sampai, Gla."

Kalimat Naja menarikku dari lamunan. "Makasih ya, Naja."

Walau aku tidak menjelaskan apa-apa, Naja tidak memintanya sehingga momen kami hanya sampai di dia mengantarku pulang.

Ekuilibrium E-Dan Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang