- PROLOGUE -

54 27 2
                                    

Derap langkah kaki terdengar di lorong yang sepi. Seorang pemuda tampak berjalan tergesa-gesa. Ia lupa bahwa seseorang memintanya untuk datang pukul empat sore. Kesalahan tetap kesalahan, ia seharusnya segera bangun saat alarm itu berbunyi, bukan mematikannya dan kembali tidur.

Di sisi yang berbeda, seorang pria juga berjalan dengan tergesa-gesa. Ia tak berhenti memaki pada orang yang memberinya informasi, "jam empat? Dan dia memberitahuku di jam empat lebih empat puluh menit?! Dasar gila!"

Entah mengapa perjalanan menuju ruangan itu terasa lebih lambat untuk dua pria ituㅡSvarga dan Helio. Setelah perjuangan melewati lorong-lorong yang cukup merepotkan, mereka masuk pada sebuah pintu ruangan secara bersamaan.

"Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pria beralis tebal bernama Svarga.

"Memenuhi panggilan, apa lagi?" balas Helio.

"Oh."

Seorang pria tampak duduk di meja kerja ujung ruangan itu lengkap dengan beberapa lembar kertas di tangannya, jangan lupakan jari - jarinya yang setia memijat pelipis saat dua pria itu datang, "kalian terlambat empat puluh lima menit." Pria itu membuka suara.

"Kau yang salah kali ini." Bisik Helio pada Svarga.

"Aku? Kau yang salah. Bagaimana kau bisa lupa?" Bantah Svarga.

"Siapa yang memintamu untuk terus - terusan tidur?" Runtuk Helio tak mau kalah.

"Kalian mau bertengkar sampai kapan?" Potong pria itu, "astaga, kenapa aku punya bawahan seperti kalian?" Ucapan itu membuat Helio dan Svarga terdiam. Hanya lirikan mata yang berbicara dan saling menabrakan siku satu sama lain.

"Baca berkas ini." Titah pria itu pada Svarga dan Helio. Beberapa lembar kertas yang membuat Helio dan Svarga membolak balikkan benda itu berulang kali.

"Tuan?" Panggil Svarga.

"Apa yang kau butuhkan Svarga?"

"Ini benar tugas kami?"

"Iya, apalagi."

"Mengapa tidak ada foto wajahnya?"

"Disini tidak ada tambahan apapun kecuali deskripsi tanda milik mereka, Tuan," imbuh Helio ikut mengimbangi. Svarga meneguk ludahnya kasar, memikirkan hal buruk akan terjadi pada tugasnya kali ini. Kegiatan bernama tidur siang yang ia lakukan mengacaukan jadwalnya.

"Kalian tau berkas seseorang rahasia bukan? Kalian ingat konsekuensinya?" Helio menutup matanya. Mencoba merutuki dirinya sendiri atas apa yang ia lakukan. Berkas itu akan hilang perlahan - lahan setelah diberikan. Maka dari itu guardian harus datang cepat begitu mendapat jadwal panggilan.

"Ini bukan kuasaku tuan - tuan. Hanya deskripsi tanda mereka saja yang kalian dapatkan. Berkas kalian akan sepenuhnya hangus. Jadi ingatlah petunjuk terakhir yang tertulis disana."

Perdebatan yang cukup panjang, akhirnya Helio dan Svarga keluar dari ruangan itu. Mereka masih saling melempar kesalahan. Keterlambatan mereka menjadi bencana untuk mereka sendiri.

"Ada milyaran manusia dan kita harus mencari dua orang gadis yang entah dimana keberadaanya," Svarga mengomel tanpa henti. "Harusnya tenggat dokumen itu dibuat lebih lama, aku yakin mereka bisa membuatnya tidak hilang."

"Tidak usah terus berbicara, suaramu membuat telingaku bengkak," sulut Helio.

"Cih."

"Tapi entah kenapa aku yakin akan ada radar yang menghubungkan antara kita dan mereka."

"Tahu apa kau? Jangan sok pintar."

"Bukan aku yang sok pintar, kau saja yang tidak pernah menggunakan otakmu," Helio berjalan mendahului Svarga. Ia berjalan menuju sebuah mobil yang akan mengantar mereka melaksanakan tugasnya.

"Kau berbicara seakan kau selalu menggunakan otakmu, cih."

Sepersekian detik kemudian orang di depan kursi kemudi menyuruh mereka untuk turun. Baru saja mereka melangkahkan kaki menuju dunia luar dan sedetik kemudian mobil itu telah hilang.

"Dasar tidak sopan. Setidaknya ucapkanlah selamat tinggal atau beritahu dimana kami akan tinggal," suara Svarga tak kunjung berhenti. Sementara Helio hanya diam menatap sebuah bangunan tinggi di depannya. Ia secara bergantian menatap gedung itu dan gedung di belakang mereka.

"Aku akan tinggal disana," putus Helio menunjuk bangunan di depannya.

"Hah?"

"Mereka memberi kita dua apartment, sayangnya tempat kita terpisah karena rata-rata unit sudah terisi. Dan aku memilih di gedung itu. Kau? Pergi ke gedung di belakang."

"Kau tidak bisa seenaknya, bahkan aku belum memilih. Darimana kau tau mereka memberi Kita apartment itu?"

"Karena aku memakai otakku, pergilah. Aku ingin beristirahat. Lain kali kau harus membaca catatan kecil di bagian bawah."

"Tunggu dulu! Bagaimana dengan nomor kamarnya, bodoh?!"

"Ikuti saja kakimu," ucap Helio setengah berteriak. Ia sudah berjalan menjauh meninggalkan Svarga begitu saja.

"Ya Tuhan...."

Svarga berjalan gusar menuju unit miliknya, benar kata Helio. Ikuti saja kakimu, ia sudah sampai depan pintu. Setidaknya itu yang bisa dia lakukan dengan mengikuti instingnya.

-To be continued -

Don't forget to give vote and write down your comments!

- alphanorv & beatterbluu -

CHOSEN GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang