Just His 'Gentleman' Side

94 17 1
                                    

Di musim hujan seperti ini, harusnya Joselyn bisa ngotak dikit buat setidaknya membawa payung atau jas hujan sebagai bentuk persiapan dirinya dengan perubahan cuaca yang sering berubah di jam makan Siang seperti jam 1 tadi. Dan yang sulit Joselyn terima adalah ketika hujan yang mengguyur Sekolahnya tidak memberikan tanda-tanda akan reda sama sekali.

Joselyn galau. Antara mau terobos tapi tasnya juga tidak punya jas hujan, bisa marah nanti teh Lia kalau tau dia basah-basahan. Tapi kalau tidak diterobos, perutnya sudah tidak dapat lagi menahan kekosongan dan perihnya kelaparan (anjay)

Padahal biasanya hujan sudah reda jika waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Joselyn harus gimana???

"Pak, mending diterobos apa ditungguin reda?" Akhirnya gadis itu pun bertanya pada Pak Samsul, security shift Siang Sekolahnya.

"Tungguin reda aja, habis ini paling."

Joselyn hanya mengangguk paham dan akhirnya menatap lapangan Sekolahnya yang sudah dipenuhi air sedari tadi. Teman-teman sekelasnya sudah banyak yang pulang dijemput, termasuk Happy yang sampai dijemput saudaranya karena ibunya yang khawatir gadis itu tak kunjung pulang. Ya gimana, pasalnya ini bisa dihitung sebagai hujan badai juga.

Gadis jangkung itu menunggu sampai 30 menit lamanya, kata 'habis ini' yang diucapkan Pak Samsul tak lagi bisa menenangkannya.

"Pak, saya terobos aja kali, ya?" Meskipun begitu, Joselyn tetap bertanya pada Pak Samsul terkait keputusannya itu.

Pak Samsul yang paham keresahannya pun keluar dari pos-nya lalu menatap langit yang mulai gelap, "apa saya anterin aja? Udah mulai malem, bahaya kalo pulang sendirian."

"Gausah, Pak. Kalo bapak nganterin saya, yang jagain Sekolah siapa?"

Percayalah, ucapannya itu hanya sekedar formalitas saja, karena jika Pak Samsul tetap memaksa, maka Joselyn akan mengiyakan tawarannya tanpa berpikir 2 kali.

Namun apa daya, ekspektasinya tak sesuai dengan realita.

"Iya juga."

Sepertinya Joselyn terlalu memakai akalnya ketika memberikan alasan penolakannya tadi.

Joselyn tersenyum paksa, "tapi jam segini selain saya masih ada yang kejebak hujan juga nggak menurut bapak?"

Masih berusaha memberi kode rupanya.

"Kayaknya ada, soalnya kesiswaan, guru-guru, anggota OSIS sama anak Ekskul suka langganan pulang sore."

Sialan, lagi-lagi jawabannya tidak sesuai ekspektasi.

Joselyn menyerah, ia pun hanya mengangguk paham dan mulai bergerak untuk menjadikan tas miliknya sebagai payung pelindung dirinya selama pulang nanti.

Kalau kalian penasaran kenapa Joselyn tidak menggunakan ponselnya untuk menghubungi orang-orang di Kostnya, ponsel Joselyn itu punya kelainan tersendiri. Baterainya tidak mau terisi kalau tidak memakai charger milik ponselnya. Jadi setiap memakai kabel charger lain, dayanya tidak terisi melainkan tertahan, tidak mengurang dan bertambah, sedangkan dirinya itu tak membawa chargernya hari ini.

Joselyn sudah berkali-kali bertekad ingin membeli ponsel baru karena ponselnya itu selalu menyusahkannya di setiap keadaan yang seperti ini. Tapi apa daya, dia liat diskon roti kemarin aja langsung borong.

Susah emang jadi orang yang suka laper mata.

"Jos?"

Joselyn yang baru saja hendak memantapkan diri untuk melangkah pun berhenti dan berbalik. Di sana terpampang Kenzo yang setengah basah sedang menatapnya heran.

Chasing YouWhere stories live. Discover now